Pemilihan Ketua Umum KONI Kalteng Berakhir Deadlock

Pemilihan Ketua Umum KONI Kalteng dalam Musorprov berakhir deadlock. Dua kubu, Rahmadi G Lentham dan Cristian Sancho saling mempertahankan argumen.
Pelaksanaan Musorprov KONI Kalteng di Hotel Royal Global Palangka Raya, Sabtu 21 Desember 2019 berakhir deadlock. (Foto : Tagar/Tiva Rianthy)

Palangka Raya - Pemilihan Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kalimantan Tengah dalam sidang Musyawarah Olahraga Provinsi (Musorprov) di Hotel Royal Global Palangka Raya, Sabtu 21 Desember 2019 malam berakhir deadlock.

Sampai larut malam antara kedua kubu bakal calon ketua umum KONI Kalteng periode 2021-2024, tetap kekeuh mempertahankan argumen masing-masing. Bahkan sejak awal pelaksanaan, sering hujan interupsi dan adu mulut antara kedua pendukung hingga diskorsing berkali-kali harus dilakukan.

Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran sempat memanggil dan bertemu kedua kandidat bakal calon, Rahmadi G Lentham dan Cristian Sancho. Tujuannya agar bisa menyelesaikan pemilihan dengan mufakat. Namun keduanya memilih tetap bersikeras melanjutkan kompetisi di arena Musorprov.

Musorprov berjalan alot. Dalam pembahasan tersebut ada sejumlah cabang olahraga (cabor) pendukung Cristian Sancho tidak terima calon mereka dijegal sebelum pelaksanaan Musorprov. Alasannya surat kesehatan yang dilampirkan adalah persyaratan kesehatan untuk persyaratan calon legislatif.

Menanggapi hal itu Wakil Ketua Umum II KONI Pusat Bidang Organisasi, Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Mayjen TNI (Purn) Nanang Juana Priadi, mengatakan sesuai AD ART, apabila organisasi tidak bisa berjalan karena sesuatu hal, maka KONI Pusat dapat mengambil alih. KONI Pusat bisa dengan cara menunjuk caretaker, yang bertugas mempersiapkan dan melaksanakan Musorprov luar biasa. 

Menurut dia dasar KONI Pusat menunjuk caretaker dari laporan pimpinan sidang. Karena sekarang pengurus KONI Kalteng demisioner atau masa jabatan selesai. "Sementara dipegang 5 orang pimpinan sidang. Jika ada carakter ditunjuk ke sini, berarti orang KONI Pusat, yang ditugaskan begitu juga dengan Tim Penjaringan dan Penyaringan atau TPP," ujarnya.

Sementara itu Christian Sancho mengatakan akan pikir-pikir untuk kembali mendaftarkan diri sebagai bakal calon Ketua KONI Kalteng, setelah terjadi deadlock dan diambilalih pusat. Sebab akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk bolak balik ke pusat.

Berarti orang KONI Pusat, yang ditugaskan begitu juga dengan Tim Penjaringan dan Penyaringan.

Dia sebelumnya meminta pertimbangan dan berunding dengan rekan-rekan cabor pendukungnya, terutama Ketua Umum Persatuan Menembak dan Berburu Indonesia (Perbakin) Mayjen TNI Joni Supriyanto yang mendapat dukungan untuk maju sebagai bakal calon Ketua KONI Kalteng.

Menurut dia dengan adanya deadlock, mematahkan pernyataan TPP bahwa hanya ada satu calon tunggal dan membuktikan ke publik bahwa sebenarnya ia layak sebagai bakal calon.

Di sisi lain, Rahmadi G Lentham meski tidak secara lugas apakah dirugikan dengan terjadinya deadlock, padahal sesuai hasil verifikasi dan validasi TPP, dirinya merupakan calon tunggal. Makanya hasil TPP nantinya akan dibawa ke Jakarta untuk dilakukan penilaian mengenai kinerjanya

"Menurut hemat saya apabila ada hasil penilaian TPP dari KONI pusat dianggap legal maka kembali akan di gelar Musorprov lanjutan, bukan Musorprovlub," katanya. []

Baca Juga:

Berita terkait
Apa Kabar Dugaan Korupsi Proyek Sumur Bor Kalteng?
Masyarakat bertanya-tanya kelanjutan kasus korupsi proyek pembasahan dan pembuatan sumur bor Kalteng. Kejari memastikan kasus tetap berlanjut.
3 Komoditas yang Berpeluang Picu Inflasi di Kalteng
Menjelang akhir tahun, harga sembako di Kalteng masih stabil. Namun ada tiga komoditas yang berpeluang memicu inflasi di Kalteng.
Ini Dia 4 Agenda Strategis PKS Kalteng pada 2020
Empat agenda strategis yang dibahas dalam Rakerwil PKS Kalteng, salah satunya pemenangan PKS pada Pilkada serentak 2020.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.