Karo - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo bersama Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi melakukan peletakan batu pertama pembangunan Hunian Tetap (Huntap) Siosar tahap ke tiga di Siosar, Karo, Sumatera Utara, Jumat 18 Oktober 2019.
Sejumlah 892 unit hunian tetap ditargetkan selesai pada Desember tahun ini. Demikian rilis yang disampaikan Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNPB Agus Wibowo.
Dikatakan, peletakan batu pertama ini sebagai penanda simbolis pembangunan huntap tahap ke tiga yang telah dimulai pengerjaannya pada Agustus 2019 lalu.
Doni tidak hanya melakukan peletakan batu pembangunan huntap tetapi juga mendiskusikan kepada pemerintah daerah terkait kendala yang dihadapi.
"Kami ingin melihat pembangunan huntap ini berjalan dengan baik dan memastikan bantuan kepada korban yang berhak mendapatkan bantuan dari pemerintah," ujar Doni, di hadapan warga Siosar yang telah menetap di sana terlebih dahulu.
Pembangunan kawasan huntap tahap ke tiga akan menelan anggaran Rp 162 miliar dari hibah rehabilitasi dan rekonstruksi tahun anggaran 2018.
Dana tersebut dialokasikan untuk pembangunan rumah, infrastruktur dasar seperti jaringan air, penerangan dan jalan. Sedangkan lahan, pemerintah daerah masih melakukan proses pematangan lahan sejumlah 1.022 petak.
Sulit ketika bercocok tanam pertama kali, tapi kami mencoba untuk menikmati apa yang kami peroleh
Huntap Siosar dibangun bagi masyarakat yang tidak dapat lagi menetap di rumah mereka yang berada di dalam kawasan rawan bencana Gunung Sinabung.
Total pembangunan rumah yang telah dibangun mencapai ribuan, tahap pertama 370 unit, tahap ke dua 1.655 dan lanjutannya 156.
Serangkaian erupsi yang terjadi sejak 2010 telah mengakibatkan total kerugian dan kerusakan berjumlah Rp 1,80 triliun.
Rincian kerugian dan kerusakan tersebut mencakup sektor lintas Rp 18,4 triliun, ekonomi Rp 1,14 triliun, perumahan Rp 505,9 miliar, infrastruktur Rp 83,9 miliar dan sosial Rp 53,4 miliar.
Doni juga berharap perekonomian masyarakat dapat segera kembali pulih, salah satunya dengan bertanam kopi. Di sela-sela memberikan arahan, Doni meminum segelas kopi hasil panenan dari warga Siosar.
Menurut salah satu warga Gerga, dirinya telah menanam kopi sejak tinggal di lereng Sinabung. Setelah dirinya direlokasi dari Desa Simacem, dia dan suaminya masih bisa menanam kopi.
"Rasa kopi di sini berbeda, mungkin karena ketinggian dan jenis tanah. Ada permintaan dari Jerman namun kami belum siap karena kami baru menanam pada 2016," kata Gerga yang dulu tinggal 2,5 Km dari puncak Sinabung.
Dia optimis dapat membangun kembali pundi-pundi kehidupan di tempat yang baru ini meskipun awalnya memang sulit karena harus memulai dari nol.
"Sulit ketika bercocok tanam pertama kali, tapi kami mencoba untuk menikmati apa yang kami peroleh," tuturnya.
Sementara itu, Gunung Sinabung dengan ketinggian 2.460 mdpl yang meletus sejak 2010 masih berstatus level III atau siaga.[]