Pelukan Terakhir Nenek Regina Sebelum Tewas Ditabrak

Nenek Regina Sendeng sempat memeluk cucu dan cicitnya sebelum ditemukan meninggal akibat ditabrak motor. Ternyata itu adalah pelukan terakhirnya.
Motor penabrak Regina Sendeng diamankan petugas kepolisian setempat, Minggu 10 November 2019. (Foto: Tagar/Yos Syukur)

Manggarai Timur - Meninggalnya Regina Sendeng, 80, menyisakan kisah pilu bagi keluarganya. Nenek yang tinggal di Kampung Tanggo, Kota Ndora, Kecamatan Borong, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu sempat memeluk cucu dan cicitnya sebelum meninggal ditabrak. 

Kisah tersebut disampaikan Hironumus Moi, cucu Regina. "Saat itu kami masih menerima tamu dalam perayaan Komuni Pertama anak saya, Etryn Hiu," kata dia, Selasa 12 November 2019. 

Moi menceritakan pada Minggu 10 November 2019, ia dan warga Tanggo lain tengah bersuka cita merayakan putera puteri mereka di penerimaan Komuni Pertama yang digelar di Kapela Stasi Tanggo, tak jauh dari kampung Tanggo. Acara dimulai pukul 07.30 Wita dan rampung sekira pukul 10.37 Wita.  

Warga dan anak-anak Tanggo kembali ke rumahnya masing-masing. Perayaan sebagai ungkapan rasa syukur kemudian digelar di rumah warga. Para tamu udangan disambut dengan dentuman musik nan meriah.  

Pun demikian yang dilakukan Hironimus Moi bersama keluarga besarnya. "Pada saat itu kami sekeluarga sedang merayakan pesta penerimaan Komuni Pertama. Ketika sedang menjamu para undangan, tiba-tiba ada yang berteriak nenek Regina ditabrak," kata Moi.

Dia juga memeluk saya sambil menangis dengan suara keras. 

Kaget bukan kepalang jika pada akhirnya kabar itu benar. Warga dan keluarga Regina menemukan yang bersangkutan tergeletak di jalan lintas Flores Borong - Wae Lengga, sekira pukul 15.40 Wita. Upaya pertolongan dilakukan dengan membawa si nenek ke puskesmas setempat. Namun nyawanya tak tertolong. 

"Saya mengangkat tubuh almarhum. Semua badannya dingin, lalu diantar ke Puskemas Borong menggunakan mobil," tutur dia. 

Tidak ada firasat atau pertanda apapun sebelum nenek Regina pergi selamanya. Hanya saja memang ia terlihat agak beda usai prosesi misa Komuni Pertama rampung digelar. Ketika pulang dari Kapela Stasi atau Gereja Tanggo, Regina memeluk Etryn dan beberapa cicitnya sambil menangis dengan suara keras. 

"Dia juga memeluk saya sambil menangis dengan suara keras. Saya kira itu pertanda bahagia karena beberapa cucunya menerima Komuni Pertama," tutur Moi.

Ternyata, peluk tangis luapan kegembiraan tersebut merupakan salam perpisahan dari sang nenek. Beberapa saat kemudian, ketika tengah kumpul dengan keluarga besarnya sambil menyeruput kopi, Regina pamit keluar. 

"Pada saat itu nenek meminta izin ke toilet dan menyeberang kemudian ditabrak oleh kendaraan roda dua," ucap dia lagi.

Moi mengaku sempat melihat pengendara motor penabrak neneknya. "Saya melihat pelaku bersama dua temannya. Mereka ada tiga orang dan berboncengan mengunakan satu motor, pelaku berada di tengah, kepalanya berdarah," jelas dia. 

Praktis suka cita yang tengah berlangsung di Kampung Tanggo berubah 90 derajat. Alunan musik di rumah warga yang tengah pesta Komuni Pertama langsung dimatikan. Keluarga menerima dengan linangan air mata ketika jenazah Regina tiba di rumah duka. 

Kepala Unit Lalu Lintas Polsek Borong, Ipda Irmawan Pujianto menyatakan kasus tersebut masih dalam penanganan pihaknya. Pelaku penabrak bernama Dionisius Gaso Bali 21 tahun, warga Rantang, Desa Haju Ngendo, Kecamatan Elar, Manggarai Timur. Ia diduga melaju dengan kecepatan tinggi dan tidak mengetahui korban menyeberang. []

Baca juga:

Berita terkait
Dokter RS di Samosir Tak Ada, Korban Kecelakaan Pulang
Akibat dokter bedah tidak standby, pasien yang harusnya menjalani operasi pulang.
Kecelakaan Berujung Penikaman di Bulukumba
Dua motor tabrakan di Kabupaten Bulukumba sulsel, naasnya salah satu pengendara menikam lawannya menyebabkan korban meninggal dunia.
Kali Ini Tiang Telpon yang Sial, Jadi Korban Laka Lantas
Supri patut bersukur, ia bukanlah incaran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sehingga kejadian ini tak jadi heboh nasional. Sang tiang pun pasrah, diam membisu hingga kini.
0
Usai Terima Bantuan Kemensos, Bocah Penjual Gulali Mulai Rasakan Manisnya Hidup
Dalam hati Muh Ilham Al Qadry Jumakking (9), sering muncul rasa rindu bisa bermain sebagaimana anak seusianya. Main bola, sepeda.