Yogyakarta - Masyarakat Yogyakarta menyelenggarakan “Solidaritas Masyarakat Jogja Cinta Papua Damai” dengan menggelar aksi damai dan simpatik di Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Senin sore, 2 September 2019, yang menampilkan Tari Gambyong.
Ratusan orang yang berpartisipasi dalam aksi tersebut ternyata tidak hanya warga Yogyakarta, tetapi melibatkan sejumlah mahasiswa dari suku lain di Indonesia yang sedang mengenyam pendidikan di Kota Pendidikan ini. Massa aksi tidak sekadar membawa poster yang berisi pesan damai.
Dalam pantauan Tagar di lokasi, terdapat dua penari membawakan seni tari khas Jawa Tengah yang dikenalkan sejak Raja Kasunanan Surakarta Pakubuwana IV (1788 - 1820). Kedua penari itu berasal dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, yakni Rahma Indra Sari dan Nilam Ayu.
Kami menyabut dengan suka cita dan lapang dada warga Papua. Selamat datang Papua, kita bagian dari Indonesia. Bagian dari NKRI.
Keduanya berdandan lengkap dengan busana tarian legendaris Jawa ini. Aksi tersebut ternyata menyita perhatian publik, termasuk warga yang berlalu lalang di pusat Kota Yogyakarta. Tidak sedikit warga pun mengabadikan momen langka ini.
Menurut Rahma, salah satu penari, Tari Gambyong biasanya dibawakan untuk menyambut tamu kehormatan dan istimewa. Tari ini sengaja dibawakan khusus untuk warga Papua yang menyebar di seluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Itu bermakna kami menyabut dengan suka cita dan lapang dada warga Papua. Selamat datang Papua, kita bagian dari Indonesia. Bagian dari NKRI," kata Rahma.
Salah seorang peserta aksi, Haryanto mengatakan Tari Gambyong bermakna agar warga Papua yang berada di Yogyakarta atau merantau di daerah lain tidak pulang kampung halaman karena persoalan yang belakangan ini memanas.
"Kami berharap masyarakat Papua di Yogyakarta khususnya, untuk menolak ajakan pulang kampung dan meninggalkan proses pendidikan yang dihembuskan pihak-pihak tidak bertanggung jawab," kata dia.
Haryanto menerangkan, massa aksi terus mendukung warga Papua untuk tetap belajar dan meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) demi membangun Bumi Cenderawasih yang lebih baik ke depannya.
Selama aksi, perwakilan elemen bergantian berorasi. Poin yang paling sering dilontarkan dalam orasi itu adalah meminta pemerintah segera mewujudkan kedamaian di tanah Papua yang saat ini bergejolak disulut isu rasisme.
Koordinator aksi Apriyanto berharap agar warga Papua tidak mudah terprovokasi dengan upaya yang memecah belah bangsa. Dia juga minta pemerintah secara tegas menindak provokator yang menjadikan Papua menjadi tidak kondusif.
"Kami minta pemerintah harus tegas. Aparat penegak hukum menindak tegas provokator yang sudah menjadikan Papua bergejolak," kata dia. []
Baca juga: Akses Internet di Papua Akan Dibuka Bertahap