Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai pelabuhan memiliki peran sangat penting dalam perdagangan internasional, karena sebagai pintu gerbang utama dalam proses bongkar muat ekspor dan impor. Pelabuhan juga memberikan beragam manfaat bagi perekonomian pusat maupun daerah melalui peningkatan pajak dan pendapatan negara sebagai dampak meningkatnya konsumsi dan produksi.
Keberadaan Pelabuhan Patimban bakal mendongkrak daya saing industri otomotif di Tanah Air.
"Kami berpendapat, Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang, Jawa Barat yang akan diluncurkan oleh Bapak Presiden Joko Widodo dalam waktu dekat, tentunya memiliki nilai yang sangat penting bagi pengembangan industri otomotif nasional," kata Sekretaris Jenderal Kemenperin, Achmad Sigit Dwiwahjono di Jakarta.
Pelabuhan Patimban, kata Sigit, didedikasikan untuk menjadi hub besar dalam produksi kendaraan bermotor di Indonesia maupun ekspor produk otomotif ke pasar global. Selain itu, diharapkan operasional Pelabuhan Patimban dapat membangkitkan optimisme perusahaan industri dan pelaku usaha lainnya terkait pemulihan ekonomi nasional melalui peningkatan aktifitas ekspor-impor serta peningkatan produksi dan konsumsi dalam negeri.
"Kami mengajak seluruh pelaku industri otomotif baik pabrikan kendaraan bermotor, produsen komponen dan sparepart, sampai ke industri bahan baku untuk dapat menjadikan Pelabuhan Patimban sebagai mitra strategis dalam aktifitas bongkar muat barang untuk ekspor-impor sehingga pelabuhan ini dapat menjadi pusat perdagangan internasional," ucapnya.
Sigit optimistis, keberadaan Pelabuhan Patimban bakal mendongkrak daya saing industri otomotif di Tanah Air. Terlebih, industri otomotif menjadi salah satu sektor andalan yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional.
Saat ini, ada 19 perusahaan industri kendaraan bermotor roda empat atau lebih yang ada di Indonesia dengan nilai investasi sebesar Rp 93,22 triliun untuk kapasitas produksi sebesar 2,35 juta unit per tahun. "Menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 38 ribu orang, serta lebih dari 1,5 juta orang yang bekerja di sepanjang rantai nilai industri tersebut," ujarnya.
Selain itu, produk kendaraan bermotor produksi dalam negeri telah mampu menembus pasar ekspor ke lebih dari 80 negara di dunia. Selama Januari-September 2020, ekspor kendaraan CBU (Completely Build Up) sebanyak 155,25 ribu unit atau senilai Rp 28,20 triliun, kemudian ekspor kendaraan CKD (Completely Knock Down) sebanyak 34,72 ribu set atau senilai Rp 1,10 triliun, dan pengapalan komponen sebanyak 40,36 juta pieces atau senilai Rp 15,20 triliun.
"Dalam program Making Indonesia 4.0 yang diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada 4 April 2018, sektor industri kendaraan bermotor nasional ditargetkan akan menjadi pemain global dan ekspor hub kendaraan bermotor baik untuk kendaraan berbasis bahan bakar minyak atau ICE (Internal Combustion Engine) maupun kendaraan listrik atau EV," tutur Sigit.
Pemerintah juga menargetkan produksi kendaraan listrik pada tahun 2025 sebesar 20 persen dari total produksi nasional, termasuk Hybrid Vehicle, Plug in Hybrid Vehicle, Battery Electric Vehicle, dan Fuel Cell Electric Vehicle. Nantinya, target tersebut bisa mendukung pencapaian target pemerintah dalam menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29 persen pada tahun 2030 (atas upaya sendiri), menarik investasi di sektor industri komponen utama (baterai, motor listrik dan power control unit) yang memiliki nilai ekonomi sangat tinggi, serta mendorong hilirisasi bahan baku baterai di Indonesia. []
- Baca Juga: Menhub: Pelabuhan Patimban dan Geliat Ekonomi Nasional
- Patimban City di Subang sebagai Support System Pelabuhan