Para Penyaksi Kejayaan Bioskop di Pamekasan Madura

Bioskop di Kabupaten Pamekasan, Madura, pernah mengalami masa kejayaan, namun kini muncul pro dan kontra terkait keberadaan bioskop di sana.
Bangunan bekas Bioskop Irama di Jalan Agus Salim, Pamekasan, Madura, tampak dari depan. (Foto:Tagar/Nurus Solehen).

Pamekasan - Bangunan bergaya arsitektur kuno di Jalan Agus Salim, Pamekasan, Madura tersebut terlihat lusuh tak terawat. Beberapa bagian pada dindingnya sudah terkelupas dan cuil, menampakkan susunan batu bata berwarna oranye kecoklatan di dalamnya.

Pintu dan kusen bangunan itu berwarna biru, yang sama kusamnya dengan warna putih pudar dinding temboknya. Kaca-kaca jendela di lantai atas bangunan itu pun terlihat tidak jauh berbeda kondisinya, kusam tak terawat.

Bangunan itu dulunya merupakan salah satu bioskop terbesar di Pamekasan, yakni Bioskop Irama. Sudut-sudut bangunan itu menjadi saksi kejayaan bioskop di Kabupaten Pamekasan, bersama dua bioskop lain, yakni bioskop Madu Ratna, di Jalan Diponegoro, bioskop Irama, dan Bioskop Jaya, di Jalan Trunojoyo

Kondisi kedua bangunan bekas bioskop lainnya pun tidak kalah memprihatinkan jika dibandingkan dengan kondisi Bioskop Irama.

Karena sudah tidak beroperasi, bangunan ini di antaranya ada yang dijadikan tempat pertokoan, dan dimanfaatkan tempat berjualan oleh pedagang kaki lima. Seperti bioskop Madu Ratna dan Jaya.

Masa Kejayaan

Kejayaan bioskop-bioskop tersebut di Pamekasan pada masanya, dibenarkan oleh seorang warga bernama Dedy Priyanto 36 tahun. Dia mengatakan, industri perfilman seperti hiburan bioskop, kala itu cukup diminati masyarakat.

"Kalau ada penayangan film, pasti banyak masyarakat berbondong-bondong datang ke Pamekasan hanya untuk menonton film," kata Dedy Priyanto kepada Tagar, Selasa 25 Februari 2020.

Seingat Dedy, setiap ada film baru yang mau ditayangkan, pihak manajemen tidak punya banyak cara untuk mempromosikan, kecuali hanya memanfaatkan selebaran pengumuman, lalu diberikan kepada pengendara yang melintas di jalan raya.

"Dulu tidak ada handphone android. Informasi seputar film hanya didengar oleh warga kota. Hanya saja meski dalam keadaan terbatas, pada akhirnya informasi ini juga sampai ke pelosok-pelosok desa," ujarnya.

Biasanya, lanjut Dedy, apabila warga desa mengetahui informasi tentang jadwal penayangan film, mereka tidak segan-segan memanfaatkan kesempatan tersebut ke kota sekaligus berbelanja dan bermalam di rumah sanak familinya, lalu pulang keesokan harinya.

Warga desa yang datang, sambung Dedy, bukan hanya dari Pamekasan, melainkan warga di tiga kabupaten lain, seperti Kabupaten Sumenep, Sampang, dan Bangkalan. Bahkan untuk film-film tertentu, ada pengunjung dari luar Madura yang sengaja datang ke Pamekasan untuk menonton.

Sama seperti Dedy, seorang warga Pamekasan lainnya, Anwar Sadad, 44 tahun, juga menuturkan hal senada. Anwar yang mengaku pernah menjadi bagian dari pengelola dan manajemen Bioskop Madu Ratna ini mengatakan, saat itu antusiasme masyarakat untuk menonton sangat besar.

Setahu saya, bioskop Irama dan Jaya. Di sini bioskop (Madu Ratna, red), yang didirikan sekitar tahun 1952, cuma selang berapa tahun terjadi kebakaran.

Anwar yang saat ini tengah mendirikan usaha bisnis minyak parfum di sekitar bekas gedung Bioskop Madu Ratna, menjelaskan, kejayaan bioskop di Madura waktu itu tidak lepas dari kondisi masyarakat. Ketika itu, siaran televisi masih sulit dijangkau dan masuk rumah warga. Sehingga film di layar lebar jadi solusi hiburannya.

Anwar SadadMantan pengelola bioskop Madu Ratna, Anwar Sadad saat ditemui Tagar dan menjelaskan seputar bioskop. (Foto: Tagar/Nurus Solehen)

Sementara, Kadarisman Sastrodiwirdjo seorang budayawan juga pernah merasakan kejayaan bioskop di Pamekasan, menjelaskan bahwa dulu Pamekasan menjadi satu-satunya daerah di Madura yang memiliki bioskop.

"Saat itu Pamekasan dikenal dengan bioskopnya. Daerah lain seperti Sumenep dan Bangkalan sebenarnya juga punya, cuma lebih terkenal bioskop Pamekasan," kata mantan Wakil Bupati Pamekasan ini.

Pria yang akrab disapa Pak Dadang itu kemudian menjelaskan seputar legalitas perizinan yang saat itu pengurusannya masih disatukan ke pemerintah pusat. Pemilik bioskop cukup memohon izin pendirian dan genre film yang akan ditayangkan.

"Film yang diajukan untuk ditayangkan tentu harus lulus sensor. Biasanya pemilik bioskop berkonsultasi dengan masyarakat soal film. Sebab jika tidak sesuai dengan kearifan, bisa juga ditolak," ungkanya.

Kejayaan bioskop di Pamekasan saat itu, kata dia, semakin lengkap dengan dinobatkannya Bioskop Irama sebagai bioskop terbaik di Jawa Timur oleh dari pemerintah pusat. Bioskop Irama mengalahkan bioskop terbaik di Kabupaten Tulungagung.

Dia menyampaikan, meski bioskop di Pamekasan pernah jaya, namun kejayaan itu tidak bisa dipertahankan seiring dengan hadirnya industri televisi yang secara perlahan menurunkan minat masyarakat terhadap bioskop.

"Pada akhirnya, pemilik bioskop bisa jadi bangkrut," tutut Dadang menjelaskan.

Pro dan Kontra Kehadiran KCM

Saat ini di Kabupaten Pamekasan telah berdiri bioskop baru, Kota Cinema Mall (KCM). Berdirinya bioskop tersebut menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan masyarakat.

Kelompok yang menyetujui terhadap hadirnya bioskop merupakan kelompok yang ingin Kabupaten Pamekasan tidak ingin jadi kota mati akibat minimnya hiburan. Bioskop dinilai jadi salah satu perangsang untuk menghidupi kota.

Alasan lainnya didorong dengan pandangan yang dilihat dari aspek pertumbuhan ekonomi. Sebab ketika bioskop jadi ikon hiburan, diyakini perekonomian masyarakat akan semakin tumbuh berkembang dan berdampak baik.

Kemudian, bagi kelompok yang tidak menyetujui, mereka berpandangan hadirnya hiburan bioskop cenderung lebih banyak menimbulkan dampak mudarat, di antaranya, akan jadi celah tempat bagi pasangan yang tidak semahram.

Kelompok ini pijakan pandangannya terhadap syariat agama, dengan alasan lain bahwa di Pamekasan tempat hiburan dianggap lebih dari cukup dan masih banyak menyisakan masalah yang cukup kompleks.

Jumat 14 Februari 2020, sekitar pukul 13.00 WIB silam, kelompok massa yang tergabung dalam Laskar Pembela Islam (LPI), berunjuk rasa di depan Kantor Bupati Pamekasan, di Jalan Kabupaten, menuntut bioskop KCM ditutup.

Mereka meminta kepada orang nomor satu di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pamekasan, yakni Bupati Baddrut Tamam, untuk menutup bioskop, sebab dialah yang dinilai berwenang untuk menentukan beroperasi atau tidaknya bioskop hiburan tersebut.

Terkait pro dan kontra tersebut, Dadang mengaku bersikap netral. Namun dia menyarankan, agar polemic tersebut tidak berkepanjangan itu, dia menyarankan agar pemerintah daerah segera mengambil keputusan.

Kadarisman Sastrodiwirjo Mantan Wabup PamekasanBudayawan sekaligus mantan Wakil Bupati Pamekasan Kadarisman Sastrodiwirdjo menjelaskan seputar kejayaan bioskop di Pamekasan. (Foto: Tagar/Nurus Solehen)

"Karena kebijakan pemerintah yang dulu dengan sekarang beda. Kalau sekarang sepertinya perizinannya harus selesai di bawah dulu," ujarnya.

Sementara, Anwar mempersilakan publik untuk berpikir cerdas dan kritis. Artinya sama-sama mempertimbangkan, alasan dasar menolak dan menyetujuinya.

"Kalau kita berbicara agama, kemaksiatan. Tapi kalau berbicara kemajuan, itu juga sangat penting," ujar Anwar.

Dia berpendapat, tidak masalah jika bioskop berdiri selama izin usahanya lengkap. Penayangan sah-sah saja ditonton banyak masyarakat, selama aktivitas penayangan film tersebut tidak menimbulkan keresahan akibat ada perilaku asusila.

Hanya saja, saran dia, pemerintah dengan pihak manajemen bioskop harus punya kesepakatan untuk membuat tata tertib aturan soal penayangan film, utamanya yang diberlakukan bagi penonton.

"Kemudian, kalau KCM ini resmi berdiri, tolonglah infrastruktur bisa diperbaiki dengan melebarkan jalan. Karena ini akan memperluas wilayah kota ke sisi utara," pintanya. []

(Nurus Solehan)

Berita terkait
Perjuangan Siswa di Maros Cari Jaringan Internet
Warga Desa Cenrana Baru, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan harus rela berjalan kaki sejauh empat kilometer untuk mendapat jaringan internet.
Mobil Internet Gratis untuk Anak di Yogyakarta
Seorang jurnalis di Yogyakarta berkolaborasi dengan komunitas Untuk Teman menyediakan internet gratis dan perpustakaan untuk anak.
Kisah Dosen Cantik Multitalenta dari Bantaeng
Arini Nur Annisa, yang akrab disapa Rini atau Arini adalah seorang dosen cantik yang juga berprofesi sebagai pembawa acara atau MC.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.