Mobil Internet Gratis untuk Anak di Yogyakarta

Seorang jurnalis di Yogyakarta berkolaborasi dengan komunitas Untuk Teman menyediakan internet gratis dan perpustakaan untuk anak.
Febfi Setiawati, Ketua Komunitas Untuk Teman, sedang mengajar seorang anak di lokasi yang dikunjungi mobil iinternet gratis dan perpustakaan jalanan, Sabtu, 22 Agustu 2020 (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana).

Sleman – Suara riuh anak-anak terdengar dari depan salah satu rumah di Kramen, Desa Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Sabtu pagi, 22 Agustus 2020. Di teras rumah terlihat puluhan anak bermasker ditemani beberapa pemuda.

Anak-anak itu berkumpul bukan sekadar bermain. Sebagian mereka terlihat memegang gawai, sementara beberapa lainnya asyik membaca buku. Tak jarang mereka mengobrol antara satu dengan lainnya di sela kegiatan belajar dan membaca.

Beberapa pemuda yang menemani mereka adalah relawan dari komunitas Untuk Teman, yang menyediakan internet keliling gratis untuk anak-anak itu belajar dari rumah. Relawan ini melayani internet gratis untuk seluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Di bagian belakang ruangan tersebut, tempat anak-anak dan para pemuda itu berkumpul, satu unit mobil klasik jenis VW Combi terparkir. Warnanya cukup menyolok, kuning terang. Mobil itu milik Hendy Kurniawan, seorang jurnalis media cetak di Yogyakarta, yang sekaligus merupakan pemilik perpustakaan jalanan, yang menyiapkan buku bacaan gratis untuk anak-anak sejak beberapa tahun lalu.

Mobil itu digunakan sebagai kendaraan operasional untuk Hendy dan relawan Komunitas Untuk Teman, dalam menyediakan internet gratis dan perpustakaan keliling.

Datang Atas Permintaan Warga

Hendy menceritakan awal dirinya bergabung dalam kegiatan penyediaan internet gratis oleh Komunitas Untuk Teman tersebut.

Hendy KurniawanHendy Kurniawan, seorang jurnalis di Yogyakarta, yang menyediakan perpustakaan keliling gratis untuk anak-anak dan berkolaborasi dengan Komunitas Untuk Teman dalam menyediakan mobil internet gratis. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana).

Basic aku kan perpustakaan, gerakan literasilah. Dikontaklah karo konco-konco (teman-teman), jenenge (namanya) Komunitas Untuk Teman). ’Mas, bikin gerakan yuk, aku nyediain internet gratis, terus Mas Hendy bawa bukunya, terus kita muter, nyediain fasilitas untuk anak-anak yang BDR (belajar dari rumah)’. Yo okelah, siap, aku ngono (Ya okelah, siap),” kata Hendy.

Mereka pun mulai bergerak dengan memenuhi permintaan warga yang anak-anaknya membutuhkan internet gratis serta buku-buku bacaan.

Meski mereka datang atas permintaan warga, tetapi Hendy dan kawan-kawanlah yang menentukan waktu kedatangan, sebab mereka juga memiliki kesibukan lain, seperti bekerja dll. Biasanya mereka melakukan kegiatan itu pada hari Rabu, saat Hendy libur.

Komunitas Untuk Teman, lanjut Hendy, pada awalnya mengajak Hendy untuk berpartisipasi di enam titik. Jika nantinya setelah enam titik terlaksana dan komunitas tersebut menghentikan kegiatan ini, Hendy berniat untuk tetap melanjutkan gerakan itu meski harus bergerak sendiri.

“Internetnya dari Komunitas Untuk Teman, aku bawa bukunya. Mereka juga bawa pengajar. Jadi misalnya untuk mengerjakan PR dll. Waktu pertama datang ternyata banyak yang minta diajarin. Kadang kalau pas istriku selo (senggang) ya tak ajak juga. Istriku ngajar juga,” lanjutnya..

Dalam sekali kegiatan, Hendy menyiapkan sekitar 150 hingga 200 eksemplar buku koleksi pribadinya, mulai dari buku pelajaran sekolah, buku cerita anak, majalah, buku-buku karakter dan sebagainya. Sebaian buku yang dibawanya adalah buku milik anaknya.

Biar Langit yang Menentukan

Kegiatan perpustakaan keliling atau yang disebutnya sebagai perpustakaan jalanan itu dilaksanakan oleh Hendy bukan tanpa tujuan, meski tujuan dan harapannya tidak muluk-muluk.

Aku nggak bawa misi elitis menyebarkan minat baca, virus baca. Terlalu elitis itu. Masalah mereka minat baca atau nggak itu biar langit yang menentukanlah.

Hendy hanya berharap kegiatan semacam itu bisa memantik semangat warga dan menularkan pada mereka. Terlebih untuk sebagian orang, buku merupakan sesuatu yang mahal, dalam artian buku bukan merupakan kebutuhan pokok, sehingga tidak jarang orang merasa enggan mengeluarkan uang untuk membeli buku.

Cerita Mobil Internet Gratis di Jogja 2Beberapa anak sedang membaca buku milik perpustakaan jalanan di lokasi mobil internet gratis, di Yogyakarta, Sabtu, 22 Agustus 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana).

Tapi dengan adanya perpustakaan jalanan itu, orang tua diharapkan mampu melihat bahwa anak-anak mereka antusias untuk membaca buku, dan warga berkenan menyisihkan sebagian uang mereka untuk membuat perpustakaan di wilayahnya masing-masing.

“Harapanku mereka terbersit untuk kampungnya bikin perpustakaan, urunan (patungan) masyarakat setempat, jadi semakin banyak perpus atau taman baca masyarakat. Yang aku pengin sih itu. Jadi memantik minat merekalah,” harapnya.

Mengenai tempat atau lokasi perpustakaan jika nantinya warga berminat untuk mendirikan sendiri, kata Hendy, bisa ditempatkan di mana saja, misalnya balai RW atau rumah warga yang cukup luas.

“Ditambah sekarang anak-anak kecil pada bermain gadget kan, jadi untuk mengimbangi itu,” kata Hendy.

Hendy juga menegaskan bahwa selama dirinya membuka perpustakaan jalanan, dia sama sekali tidak pernah meminta donasi, terlebih donasi berupa uang. Bahkan jika ada yang ingin berdonasi buku, biasanya Hendy akan menyarankan agar mereka membuka perpustakaan sendiri.

“Kalau ada yang mau menyumbang buku, saya bilang gimana kalau kowe buka dewe wae nenggonmu (gimana kalau kamu buka sendiri saja di tempatmu). Nek kowe iso buka dewe mending kowe buka dewe, ben bermanfaat untuk lingkungan sekitarmu (kalau kamu bisa buka sendiri, mendingan buka sendiri, supaya bermanfaat untuk lingkungan sekitarmu),”ucapnya menambahkan.

Bahkan Hendy mengaku siap untuk membantu jika ada rekannya yang ingin membuka perpustakaan serupa, termasuk menyumbang buku untuk mereka. “Tapi kalau mereka nggak sempat atau nggak bisa ya sudah kalau mau menyumbang buku, silakan.”

Cerita Mobil Internet Gratis di Jogja 3Tiga anak sedang belajar dengan bimbingan relawan Komunitas Untuk Teman, di lokasi mobil internet gratis, Sabtu, 22 Agustus 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana).

Awalnya Pemerhati Difabel

Sementara, Febfi Setiawati, Ketua Komunitas Untuk Teman, menuturkan bahwa pada awalnya komunitas ini merupakan pemerhati difabel. Dulu kegiatannya fokus di rumah-rumah sakit untuk mendampingi pasien, tapi karena adanya pandemi Covid-19, kegiatan di rumah sakit stop.

Sehingga bisa disebut bahwa kegiatan mereka menyediakan internet gratis ini muncul akibat adanya pandemi Covid-19, yang juga menyebabkan sistem pembelajaran menjadi jarak jauh.

Terlebih dalam masa ini tidak jarang penghasilan orang tua pun mengalami penurunan, sehingga mereka merasa kesulitan untuk membeli paket internet untuk anaknya belajar dari rumah.

“Kadang untuk membeli kuota aja susah, jadi kita berusaha memberi solusi untuk kebutuhan internetnya tercukupi. Di samping itu kan juga kita ada tim pengajar yang membantu mengerjakan tugas sekolah,” tuturnya.

Cerita Mobil Internet Gratis di Jogja 4Suasana di lokasi mobil internet gratis, di Kramen, Desa Tamanmartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Sabtu pagi, 22 Agustus 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana).

Febfi mengakui, program kegiatan yang dilakukan oleh pihaknya bekerja sama dengan Hendy ini bukan direncanakan sebagai program jangka panjang, sebab mereka hanya datang satu kali di satu lokasi.

“Tapi saya harapkan dengan satu hari ini akan banyak yang terinspirasi. Jadi warga-warga sekitar yang punya kekuatan untuk membeli kuota internet bisa membagikan pada tetangganya. Toh dengan seperti ini ternyata banyak yang membutuhkan, banyak yang senang,” kata dia.

Saaat ini, dalam beroperasi, Komunitas Untuk Teman menggunkan mifi sebagai penyedia internet. Olehnya itu sebelum mendatangi satu tempat, mereka melakukan survei tentang jaringan atau sinyal internet terkuat di lokasi yang akan didatangi.

Meski bukan program jangka panjang untuk warga di satu titik, tetapi Febfi menyatakan program ini akan terus berlanjut selama mereka masih mampu untuk melaksanakan.

“Jadi kita masih galang dana terus, supaya kita bisa terus jalan. Selama ini kita galang dana juga untuk operasional,” ucapnya.

Komunitas ini sengaja menggandeng Hendy, sebab Hendy memiliki perpustakaan jalanan. “Kita cari perpustakaan keliling, akhirnya ditemukan berita tentang Mas Hendy, akhirnya minta tolong ke Mas Hendy, karena sangat cocok kebutuhannya. Dia membawa buku karena bukunya banyak, jadi selain memberi internet juga member sedikit tambahan pengetahuan melalui buku-buku itu yang mungkin sulit juga didapatkan oleh adik-adik ini,” ujarnya.

Sekali jalan anggota komunitas membawa minimal tiga orang anggotanya, tergantung jumlah anak yang akan didatangi. Kalau cukup banyak misalnya sampai 80 orang, mereka menambah jumlah relawan.

“Untuk warga yang ingin didatangi internet gratis dan perpustakaan keliling bisa menghubungi lewat Facebook, Instagram dan Whatsapp. Whatsapp nomornya 0895334892347,” kata Febfi. []

Berita terkait
Kisah Inspiratif 2 Jurnalis Yogyakarta
Dua jurnalis inspiratif di Yogyakarta, Hendy Kurniawan dan Boy T Harjanto. Apa yang mereka lakukan untuk kehidupan mengundang rasa haru.
Api 2 Ribu Obor Meliuk-liuk di Mandailing Natal
Ribuan obor dinyalakan dalam rangka menyambut dan memeringati tahun baru Hijriyah di Kabupaten Mandailing Natal
Asa Tak Patah Belajar Berlantai Tanah di Kulon Progo
Devi Noviyanti, gadis kecil berusia 10 tahun itu sedang belajar di rumahnya yang berlantai tanah dan berdinding anyaman bambu.
0
Fitur Message Reaction WhatsApp, Kini Sudah Bisa Dicoba di Indonesia
Ya, di dalam fitur WhatsApp Reaction ini ada 6 emoji yang bisa Anda manfaatkan untuk memberikan tanggapan pada sebuah obrolan.