Pandangan Ahli tentang Seluk Beluk Ular Kobra

Masyarakat digegerkan teror ular kobra. Apa dan bagaimana si kobra? Berikut wawancara dengan pakar ular dari UGM, Dr Slamet Raharjo.
Dokter hewan dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr drh Slamet Raharjo, MP. (Foto: ist/Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Yogyakarta - Dalam beberapa pekan terakhir, ular kobra menjadi salah satu topik yang hangat diberitakan. Teror ular kobra ke pemukiman warga, menjadi penyebabnya.

Tagar mencoba mengulas tentang ular kobra dari sudut pandang pakar kesehatan hewan, termasuk di dalamnya tentang seluk beluk ular kobra. Keilmuannya tidak diragukan lagi tentang binatang melata yang menggegerkan masyarakat ini.

Dia adalah  dokter hewan dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr drh Slamet Raharjo, MP. Lahir di Kebumen, 20 April 1969. Sejak SD hingga SMA dia mengenyam pendidikan di Kebumen, dan menyelesaikan S1 di Fakultas Kedokteran Hewan UGM lulus 1994, lalu melanjutkan pendidikan dokter hewan PPDH FKH UGM lulus 1995, S2 Sain Veteriner FKH UGM lulus 2004, S3 Sain Veteriner FKH UGM lulus 2019.

Sejak 1991-1995, Slamet bekerja sebagai Asisten Laboratorium Parasitologi FKH UGM, pada tahun 1995-1999, dia bekerja di Farm Trainee PT Cargill Indonesia Poultry Division.

Kemudian, sejak 1999-sekarang dia berprofesi sebagai dosen di Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKH UGM. Tahun 2000-2004, menjadi drh praktisi di Klinik Hewan Kayu Manis Jogjakarta. Pada 2005-sekarang dia menjadi praktisi dan owner bersama Klinik Hewan Calico Jogjakarta.

Pada 2005-2014 ia diangkat sebagai Ketua Unit Pendidikan dan Pelatihan Kesehatan Hewan FKH UGM. Lalu, pada 2008-2012 dipercaya menjadi Sekretaris Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKH UGM. Sejak 2017 hingga saat ini, Slamet dipercaya menduduki jabatan Wakil Direktur Bidang Pendidikan RSH Prof Soeparwi FKH UGM.

Berikut wawancara Tagar dengan dokter hewan dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr drh Slamet Raharjo, MP.

kobra1Ular kobra yang ditangkap oleh Fani Febriyanto, di Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Ular itu menggigit seorang warga. Foto diambil Senin, 16 Desember 2019. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Apa saja jenis-jenis ular kobra?

Ular Kobra Jawa (Naja naja sputtatrix), Kobra Sumatra (Naja naja sumatrana), Kobra Thailand (Naja naja kaouthia), Kobra Filipina (Naja naja samarensis), Egyption cobra atau Kobra Mesir (Naja naja nigricollis) dan masih banyak subspesies cobra yang lain di seluruh dunia. 

Secara ilmiah termasuk dalam genus/suku Naja, family/marga Elapidae adalah marga ular berbisa/venomous selain marga Viperidae (ular viper), Crotalidae (ular derik), Hydrophiidae (ular laut) dan Colubridae (ular colubrid).

Dari marga itu, apa saja yang paling berbisa?

Ular dari marga Elapidae terkenal karena kekuatan venomnya yang sangat kuat (high-very high), misalnya kobra (Naja naja ssp), king cobra (Ophiophagus hannah), welang (Bungarus candidus), weling (Bungarus fasciatus), cabe besar (Calliophis bivirgata) dan cabe kecil (Calliophis intestinalis).

Seberapa kuat bisa ular-ular itu?

Beberapa spesies di antaranya bahkan dalam sekali gigit, venomnya dapat membunuh gajah seberat empat ton.

Apakah ada bagian dari ular yang bisa dimanfaatkan manusia?

Kelompok ular sudah berinteraksi dengan manusia sejak zaman Mesir kuno dan menjadi makhluk yang dibenci sekaligus dipuja di beberapa wilayah belahan dunia. Ular juga dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan manusia, seperti show, diambil kulitnya untuk industri, diambil dagingnya untuk dikonsumsi, diambil darah, sumsum, empedu untuk tujuan pengobatan.

Apakah benar bisa digunakan untuk pengobatan?

Ada banyak mitos dan fakta terkait pengobatan menggunakan darah, daging, sumsum dan empedu kobra.

Sampai saat ini memang (sepertinya) belum ada penelitian/riset yang secara khusus meneliti hal tersebut. Namun fakta di lapangan banyak yang mengaku mendapatkan manfaat positif dari pengobatan dengan organ ular kobra tersebut, terutama untuk pengobatan penyakit degeneratif, seperti stroke, darah tinggi/hipertensi, gula/diabetes dan lainnya.

kobra2Akhir-akhir ini ular kobra sering muncul di permukiman bahkan sampai masuk rumah. Warga merasa seperti diteror ular berbisa ini. (Foto: Rumah123/Getty Images)

Jika belum ada penelitian, apakah manfaat positif itu akibat sugesti?

Kita belum punya bukti ilmiah apakah memang betul berkhasiat obat, atau pasien membaik karena sugesti.

Dari tinjauan ilmiah, daging kobra memang memiliki kualitas yang lebih baik dibanding daging ayam, kambing dan sapi. Di dalam daging kobra memiliki kandungan protein yang lebih tinggi namun kadar lemak/kolesterolnya sangat rendah.

Apakah itu bisa direkomendasikan secara medis?

Darah dan sumsum ular pun demikian, namun secara medis, saya tidak merekomendasikan konsumsi darah dan sumsum ular kobra untuk pengobatan, karena biasanya dikonsumsi mentah, yang tentu saja berpotensi membawa cemaran bakteri maupun bibit penyakit lain seperti protozoa, cacing dan lainnya. 

Untuk empedu sendiri sama sepertit empedu manusia, yang isinya garam-garam empedu yang lebih kuat dari empedu manusia, sehingga sangat bermanfaat untuk membantu pencernaan dan dapat memberi manfaat positif, terutama pada kasus diabetes dan orang yang empedunya sudah diangkat/operasi. []

Baca Juga:

Berita terkait
Ular Kobra Panjang 1 Meter Ditangkap Damkar Padang
Seekor ular kobra sepanjang 1 meter ditangkap petugas Damkar Padang, Sumatera Barat, dari teras rumah warga.
Baygon dan Kamper Ampuh Merusak Sensor Ular Kobra
Tips dan cara mengantisipasi kedatangan ular kobra dan sejenisnya masuk ke rumah, dengan baygon dan kamper, merusak sensor panas ular.
Tips Menghadapi Ular Kobra yang Masuk Rumah
Kemunculan ular kobra bukan menjadi hal baru. Berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan apabila mendapati rumahnya dimasuki ular berbisa itu.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.