Banyumas - Upaya pencegahan pandemi virus corona harus dilakukan secara bersama seluruh elemen masyarakat dan seluruh daerah di Tanah Air. Termasuk jika kebijakan lockdown menjadi opsi terakhir bagi pemerintah Indonesia.
Jika tidak lockdown kemungkinan penyebaran semakin luas, tetapi jika dilakukan lockdown maka ekonomi juga lumpuh, ini yang harus dicarikan solusi bersama.
Direktur Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap Kolonel Dr Putu Wasi Nugroho mengatakan lockdown yang tidak serempak dan hanya di daerah tertentu tidak akan efektif menghambat laju penularan corona. Sebab dengan masih adanya aktivitas lintas daerah, warga yang pernah berkunjung ke wilayah yang kena corona tetap potensial menyebarkan Covid-19 ke daerah lain.
"Lockdown yang tidak serempak akan menjadikan penularan terus berlanjut ke daerah-daerah lain," ujarnya dalam diskusi menyikapi fenomena corona di Indonesia dan Banyumas, Selasa malam, 17 Maret 2020.
Putu mengakui keputusan untuk lockdown seperti yang dilakukan Italia, Malaysia, dan negara lain memang berat bagi pemeritah Indonesia. Apalagi Indonesia punya jumlah penduduk besar dan wilayah luas dengan banyak pulau. "Jika mau efektif, lockdown itu satu kali, tetapi waktunya 37 hari, jika hanya 14 hari itu belum cukup. Alasannya dengan 37 hari itu terkait dengan masa inkubasi virus," tutur dia.
Diskusi yang dihadiri oleh kalangan advokat, jurnalis, pengusaha dan pelaku usaha perhotelan berlangsung hangat mengingat saat ini warga Banyumas mulai was-was dengan penyebaran Covid-19. Terlebih di wilayah Banyumas, orang dalam pemantauan (ODP) mencapai 383 orang, lima ODP dirujuk ke rumah sakit dan pasien dalam pengawasan (PDP) ada empat orang.
Putu menambahkan kebijakan lockdown di tangan pemerintah pusat dan akan memunculkan dilema saat memutuskannya. "Jika tidak lockdown kemungkinan penyebaran semakin luas, tetapi jika dilakukan lockdown maka ekonomi juga lumpuh, ini yang harus dicarikan solusi bersama. Tetapi lockdown adalah satu-satunya cara untuk memutus rantai penularan," ucap dia.
Di tengah situasi seperti ini Putu juga memberikan masukan terkait test specimen untuk deteksi virus corona yang hanya di laboratorium Kementerian Kesehatan. Sebab sangat mungkin terjadi false positif. Karenanya perlu diperbanyak peralatan agar masyarakat bisa terlayani dengan cepat dan akurat hasilnya.
"Ada kasus pasien setelah diperiksa empat kali baru diketahui jika yang bersangkutan positif corona. Itu juga tidak hanya terjadi pada deteksi corona, tetapi bisa juga terjadi pada penyakit lain," ujar dia. []
Baca juga:
- Menimbang Social Distancing atau Lockdown untuk Indonesia
- 11 Negara yang Terapkan Lockdown karena Virus Corona
- Indef: Kerugian Lockdown Akibat Virus Corona Besar