Oleh: Bagas Pujilaksono, Akademisi UGM
Israel boleh main sepak bola di Indonesia, jika Israel mengakui kemerdekaan bangsa Palestina, berdaulat dan merdeka sebagai sebuah negara.
Sejak zaman Bung Karno, Indonesia mendukung upaya kemerdekaan bangsa Palestina, dan hingga hari ini.
Inilah wujud nyata politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif. Bebas tidak memihak blok manapun, dan aktif mengupayakan tatanan dunia yang lebih baik, termasuk mewujudkan hak bangsa Palestina untuk merdeka dan berdaulat sebagai sebuah Negara.
Saya menolak keras kehadiran bangsa Israel di Indonesia, termasuk menghadiri Piala Dunia U-20.
Obyektif, yahudi adalah ras, sedang Israel adalah negara zionis. Dua hal yang berbeda, dan memang harus dibedakan. Sahabat saya orang Yahudi, professor Itai Panas, WN Swedia. Namun, jika bicara soal Palestina, posisi saya jelas.
Israel boleh main sepak bola di Indonesia, jika Israel mengakui kemerdekaan bangsa Palestina, berdaulat dan merdeka sebagai sebuah negara.
Zionisme adalah gerakan politik nasionalis bangsa Yahudi yang berdaulat penuh sebagai Negara Israel, di atas wilayah hasil rampasan dari bangsa Palestina.
Fair, permasalahan di Palestina bukanlah konflik agama, namun lebih sebuah perjuangan bangsa Palestina untuk sebuah kemerdekaan yang bermartabat dan berdaulat penuh di atas tanahnya. Ini yang dilihat dan diperjuangkan Indonesia.
Di masa lalu, passport biru bagi PNS/ASN yang tugas belajar keluar negeri ada tulisannya tidak berlaku di Israel (Zionist), Taiwan (kebijakan satu China) dan Afrika Selatan (Apartheid). Sikap Indonesia jelas, dari dulu hingga kini, Kemerdekaan Bangsa Palestina.
Kita sebagai bangsa yang besar, harus jernih dan bijak melihat turnamen Piala Dunia U-20, bukan sekadar permainan sepak bola, namun lebih dari itu, yaitu ajang Piala Dunia U-20 jangan sampai mencederai Politik Luar Negera Indonesia Bebas dan Aktif. []