Untuk Indonesia

Opini: Don’t Stop Komandan

Dua putra terbaik asal Bumi Anging Mammiri dalam satu podium berbicara bergantian. Suasana Auditorium Kementerian Pertanian khidmat.
Ilustrasi - Don’t Stop Komandan. (Foto: Tagar/istimewa)

Oleh: Zaki Nabiha



Jumat, pekan terakhir bulan oktober empat tahun silam, tepatnya tanggal 25 Oktober 2019, dua putra terbaik asal Bumi Anging Mammiri dalam satu podium berbicara bergantian. Suasana Auditorium Kementerian Pertanian khidmat. 

Sesekali tepuk tangan riuh ketika Andi Amran Sulaiman (AAS) dan Syahrul Yasin Limpo (SYL) dengan kepiawaiannya menarik ulur emosi peserta pertemuan dengan orasinya yang meliuk-liuk, naik-turun. Impresi yang terpecik dari dua sosok itu membuat momen serah terima jabatan menjadi sesuatu yang monumental.

Betapa tidak, salah satu posisi strategis pada kabinet yang dipimpin Presiden Joko Widodo, Kementerian Pertanian dipimpin oleh menteri yang berasal dari provinsi yang sama, Sulawesi Selatan. Andi Amran Sulaiman adalah Menteri Pertanian pada masa kabinet Jokowi-JK, sementara Syahrul Yasin Limpo bersama 33 menteri lainnya ada pada kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin.

Di mata Amran, Syahrul sudah dianggap sebagai kakak yang kerap diajak diskusi tentang segala hal termasuk pertanian. “Saya tahu, pak Syahrul beliau sahabat dan kakak saya. Saya sering diskusi tentang pertanian. Beliau tegas disiplin dan pekerja keras dan punya banyak ide," kata Amran saat itu, beberapa jam sebelum Syahrul bertolak menuju Bandara Soekarno-Hatta menuju kampung halamannya.

Dua hari setelah dilantik oleh Presiden di Istana Negara atau satu hari melakukan serah terima jabatan di kantor pusat Kementan, Komandan, begitu biasa Syahrul dipanggil langsung melakukan kunjungan. Saya ingat, Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Sabtu, 26 Oktober 2019 adalah tempat pertama yang ia singgahi. 

Harus diakui, jam terbang yang tinggi telah mengasah kemampuan SYL bagaimana seni menghadapi massa. Pengalaman 25 tahun sebagai kepala daerah dalam berbagai jenjang sudah menempa dirinya menjadi public speaker handal sehingga ia begitu menikmati berkomunikasi dengan khalayak ramai. 

Di Balai Sidang Unismuh, itulah kali pertama penulis menyaksikan bagamana Komandan mengajak audiens menyanyikan Indonesia Pusaka, salah satu lagu gubahan Ismail Marzuki yang seketika membuat atmosper semakin bergemuruh. Apa yang dilakukan SYL tersebut sebenarnya tidak lain adalah "jurus" pembuka agar ia selalu menjadi titik pusat perhatian dari sekian massa yang hadir, dan itu berhasil. Maka, Indonesia Pusaka kemudian menjadi semacam “Anthem” yang wajib dilantunkan dalam setiap acara-acara formal maupun santai. 

Antara AAS dan SYL jelas terdapat perbedaan baik dalam penampilan, gaya kepemimpinan maupun pendekatan yang dilakukan dalam menahkodai perahu besar Kementan. Namun, satu hal yang menjadi irisan dari keduanya adalah sama-sama menginginkan pertanian Indonesia menjadi tuan rumah di negerinya sendiri.  Hal itu setidaknya bisa dilihat dari jejak kedua Mentan itu.

AAS misalnya, selama lima tahun menjadi Menteri Pertanian kiprah dan capaiannya bisa dilacak dengan mudah, diantaranya adalah terekam pada periode 2014-2018, di tahun 2017 Inflasi bahan makanan 1,26% turun 88.9% sejak 2013, 11,35%, ekspor pertanian pada tahun 2017 Rp. 441 triliun, naik 24,47% dibandingkan 2016 Rp. 385 triliun. neraca perdagangan pertanian tahun 2017 surplus Rp 214 triliun, lebih tinggi dari 2016 yaitu Rp. 142 triliun, investasi pertanian di tahun 2017 Rp 45,9 triliun, naik rerata 14%/tahun sejak 2013 Rp. 29,3 triliun.

Sejumlah pangan strategis era AAS juga mengalami tren peningkatan, seperti padi, mulai dari tahun 2014 sampai 2018 grafiknya terus naik, 70,85 juta ton, 75,40 juta ton, 79,35 juta ton, 81,15 juta ton dan di tahun 2018 mencapai 83,04 juta ton. Hal yang sama juga terjadi pada komoditas jagung. Produksi jagung di tahun 2014 sebesar 19,01 juta ton kemudian di tahun berikutnya mengalami kenaikan, 19,61 juta ton di tahun 2015, 23,58 juta ton di tahun 2016, 28,92 juta ton di tahun 2017 dan di tahun 2018 sebesar 30,06 juta ton. Pada ranah manajemen birokrasi, AAS juga mencabut 291 Permentan/Kepmentan dan meraih tiga kali WTP di tahun 2016, 2017 dan 2018 serta penghargaan anti gratifikasi KPK di tahun 2017.

AAS secara tidak langsung sebetulnya sudah meletakkan pondasi yang bisa dikatakan cukup kokoh untuk melanjutkan pembangunan pertanian berikutnya, siapa pun menterinya. Hal yang sama juga sudah dilakukan oleh menteri-menteri sebelum AAS, seperti Suswono dan Anton Apriyanto. Maka tak heran jika kemudian capaian Kementan di bawah kepemimpinan SYL tidak jauh berbeda dari yang sebelumnya.

Diakui, SYL yang mengusung tema besar “Pertanian Maju, Mandiri, dan Modern” melalui pendekatan 5 Cara Bertindak, secara faktual telah menunjukkan bahwa sektor pertanian terbukti tangguh dalam menghadapi krisis, tentu berbekal pengalaman-pengalaman dimasa sebelumnya. Walaupun SYL dan menteri-menteri pertanian sebelumnya menghadapi medan tempur yang sama, sawah, kebun dan kandang-kandang hewan ternak. Namun yang menjadi pembeda adalah situasi yang menjadikan SYL “sedikit lebih istimewa”.

Pasalnya, lima bulan setelah berkantor di Ragunan, SYL dihadapkan pada ragam situasi yang tidak kondusif seperti wabah Covid-19, tahun berikutnya ada perang antara Rusia dan Ukraina yang cukup kuat mempengaruhi rantai pasok perdagangan sumber pangan, serta ancama perubahan iklim global berupa Elnino.

Kita mengetahui bersama, pada triwulan kedua 2020, awal pandemi Covid-19, perkenomiaan nasional mengalami kontraksi sebesar 4,19%. Pada periode tersebut, sektor pertanan tumbuh positif 16,24 persen.Nilai Tukar Petani yang selama ini menjadi indikator daya beli petani juga secara konsisten mengalami tren peningkatan, dengan kata lain, ini menunjukkan telah terjadi perbaikan daya beli dan kesejahteraan petani.

Peningkatan juga terjadi pada produksi jagung. Pada tahun 2020, 22,92 juta ton jagung berhasil dipanen secara nasional, pada tahun 2021 naik menjadi 23,04 juta ton dan pada tahun 2022 menjadi 25,18 juta ton. Hasil produksi jagung nasional tersebut mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan ketergantungan pasokan jagung impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Upaya SYL yang terus mendorong petani untuk mengakses Kredit Usaha Rakyat (KUR) juga patut diapresiasi. Langkah ini dilakukan mengingat anggaran sektor pertanian tiap tahun berkurang. Maka optimalisasi pembiayaan non APBN yang melibatkan perbankan menjadi salah satu jalan keluar.

KUR pertanian terbukti membantu petani mengatasi persoalan permodalan yang selama ini masih menjadi kendala dalam berusaha tani. Sejak tahun 2020, Rp 50 triliun rupiah yang mejadi target penyaluran, ternyata terealisasi sebesar Rp 55,3 triliun. Demikian juga di tahun 2021, target sebesar Rp 70 triliun, nilai realisasi melampaui target, yaitu Rp 85,62 triliun, dan target sebesar Rp 90 triliun di tahun 2022, realisasinya mencaai Rp 113,43 triliun.

Deretan capaian positif sektor pertanian tersebut mau tidak mau menjadi bagian sejarah perjalanan pembangunan pertanian nasional. Maka, ia tidak serta merta menjadi tidak ada nilainya ketika Jumat, 29 September 2023, sejumlah ruangan di Kementan disegel Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai upaya penyidikan dugaan korupsi yang dilakukan SYL.

Sebagai warga negara Indonesia, SYL tentu berkedudukan sama di mata hukum. Maka keputusannya mengundurkan diri sebagai Menteri Pertanian pada hari Kamis, 5 Oktober 2023 merupakan sebuah langkah bijak. Dengan begitu, program-program Kementan tetap bisa berjalan dan SYL bisa fokus mencurahkan energi dan perhatiannya untuk menempuh langkah dan upaya hukum atas kasus yang dihadapinya.

Itikad baik penegakan hukum sudah mulai ditunjukkan SYL yang saat menjabat sebagai Gubernur Sulsel dikenal dengan slogannya, “Don’t Stop Komandan”. Ia mematahkan asumsi dan tuduhan banyak orang bahwa ia akan menjadi “Harun Masiku” setelah melakukan tugas kenegaraan mewakili indonesia pada forum FAO di Italia. Mungkin itu bentuk lain dari rasa cintanya kepada Indonesia, negara yang telah membawa dirinya dari nothing to something. Dan yang pasti, Indonesia bagi dirinya seperti lagu Indonesia Pusaka,

Di sana tempat lahir beta

Dibuai dibesarkan bunda

Tempat berlindung di hari tua

Sampai akhir menutup mata

*ASN di Kementan

Berita terkait
Hadapi El Nino, Langkah Antisipasi Kementan Penting Dilakukan Saat Ini
Menurutnya, salah satu antisipasi yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan pemetaan potensi masalah.
Rutin Bimtek Peternak Kabupaten Bogor Bareng Kementan, Ravindra Airlangga Banjir Pujian
Bimbingan teknis peningkatan kualitas peternak yang digelar oleh Anggota DPR RI Komisi IV Ravindra Airlangga bersama Kementan banjir pujian.
Ravindra Airlangga dan Kementan Gelar Bimtek Peternakan Sambil Ngabuburit di Cijeruk
Anggota DPR RI Komisi IV Ravindra Airlangga bersama Kementan berkumpul dengan kelompok ternak dari Kecamatan Cijeruk pada Jumat, 31 Maret 2023.
0
Opini: Don’t Stop Komandan
Dua putra terbaik asal Bumi Anging Mammiri dalam satu podium berbicara bergantian. Suasana Auditorium Kementerian Pertanian khidmat.