Jakarta - Varian virus corona Omicron menyebabkan perlambatan global yang parah, sebuah lembaga pemikir ekonomi terkemuka telah memperingatkan.
Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mengatakan gelombang baru dalam pandemi mengancam akan menambah ketegangan yang ada pada ekonomi dunia dari tingkat inflasi yang terus-menerus tinggi.
Omicron terbukti lebih menular daripada varian lain atau lebih tahan terhadap vaksin yang ada, hal tersebut dapat memperburuk gangguan pada rantai pasokan yang sudah rusak dan berisiko menaikkan inflasi untuk waktu yang lama, kata organisasi yang berbasis di Paris ini.
- Baca Juga: Dukung Langkah Pemerintah Dalam Antisipasi Varian Omicron
- Baca Juga: Varian Omicron Picu Pembatasan Perjalanan di Dunia
Menerbitkan laporan prospek ekonomi terbarunya, OECD mengatakan pemulihan dunia dari lockdown sebelumnya terus berlanjut tetapi momentum itu telah mereda dan menjadi semakin tidak seimbang.
Ia menambahkan bahwa kegagalan untuk memastikan vaksinasi yang cepat dan efektif di seluruh dunia terbukti mahal, dengan ketidakpastian tetap tinggi dan ketika varian Covid baru diidentifikasi.
Prospek memproyeksikan pertumbuhan PDB global pada 5,6% tahun ini dan 4,5 % pada 2022, sebelum kembali ke 3,2 % pada 2023, mendekati tingkat sebelum pandemi.
Intervensi oleh OECD datang ketika kekhawatiran tumbuh atas tingkat inflasi yang terus tinggi di seluruh ekonomi dunia. Sementara permintaan barang dan jasa telah melonjak setelah pelonggaran tindakan lockdown awal tahun ini.
Kendala pasokan dan kemacetan pengiriman yang disebabkan oleh gangguan pandemi yang berkelanjutan telah menyebabkan kekurangan bahan, mendorong harga.
OECD mencatat bahwa pemulihan global jauh lebih kuat dari yang diperkirakan pada 2021, tetapi setelah mengatakan ini sekarang tercipta serangkaian ketidakseimbangan yang merusak dan dapat bertahan lebih lama dari yang diperkirakan.
- Baca Juga: Varian Omicron Sudah Ada di Eropa Barat Sebelum di Afrika Selatan
- Baca Juga: Jepang Konfirmasi Kasus Pertama Varian Omicron
"Kekurangan pasokan berisiko memperlambat pertumbuhan dan memperpanjang inflasi yang meningkat," ujar Boone.
Inflasi di negara-negara G20 kemungkinan akan turun menjadi 3,8 persen pada 2023 setelah mencapai 4,4 persen tahun depan. Namun, OECD memperkirakan bahwa inflasi akan berada di bawah 2 persen di zona euro pada 2023, vs 2,4 persen di Inggris dan 2,5 persen di AS.
(Putri Fatimah)