Nurtanio, Pahlawan Sekelas BJ Habibie Pencipta Pesawat

Nama BJ Habibie bersinar di dunia dirgantara nasional. Reputasi pencipta pesawat serupa juga ditorehkan sosok bernama Nurtanio Pringgoadisuryo.
Perintis industri penerbangan Tanah Air, Nurtanio Pringgoadisuryo. (Foto: Wikipedia)

Jakarta - Nama Presiden ke-3 Indonesia BJ Habibie bersinar di dunia dirgantara nasional. Reputasi serupa juga ditorehkan sosok bernama Nurtanio Pringgoadisuryo. Tokoh terakhir yang disebut, perintis industri penerbangan Tanah Air. Bila disandingkan, keduanya tak elok bila tak dipanggil pahlawan penerbangan.

Nurtanio merupakan putra asli Kalimantan Selatan. Ia lahir di Kecamatan Kandangan pada 3 Desember 1923. Meski berasal dari wilayah kecil yang bertetangga langsung dengan Sungai Amandit, Nurtanio kecil tak putus asa mengejar mimpi.

Dia melangkahkan diri menempuh pendidikan Sekolah Menengah Tinggi Teknik atau Kogyo Senmon Gakko di Sawahan, Surabaya, Jawa Timur. Di situ, Nurtanio mendirikan Junior Aero Club sebagai bentuk ketertarikannya dengan kedirgantaraan. Minatnya itu juga diiringi berlangganan majalah penerbangan berbahasa Belanda, Vliegwereld.

Di sekolah itu juga Nurtanio bertemu dengan rekan sejawat, R.J Salatun dan Wiweko Soepono. Cita-cita ketiganya akan penerbangan beriringan sampai dewasa, ketika sama-sama masuk Angkatan Udara (AU) Republik di Yogyakarta, kala itu bernama TKR Jawatan Penerbangan.

TKR Jawatan Penerbangan menjadi lokasi proses ketiganya menempa ilmu kedirgantaraan. Namun, bakat Nurtanio paling terlihat.

Dia mendesain pesawat layang atau glider. Kemudian membuat pesawat pertama all metal dan fighter Indonesia bernama Si Kumbang pada 1954. Selanjutnya pesawat bermesin VW bernama Kunang-kunang, lantas pesawat pertanian PZL-104 Wilga yang kemudian dinamai Gelatik oleh Presiden ke-1 Indonesia Soekarno.

Gelatik yang bertipe cropduster berhasil mendongkrak hasil pertanian nasional dengan cara menyemprotkan cairan pembasmi hama dari udara. Temuan Nurtanio itu disebut-sebut menjadikan Indonesia sebagai pengekspor besar terbesar di dunia.

Pada kesempatan yang berbeda, Gelatik juga dipakai untuk penanggulangan wabah akibat nyamuk baik itu demam berdarah, malaria atau chikungunya yang saat itu mewabah di Indonesia.

Namun, prestasi Nurtanio terpaksa terhenti pada 21 Maret 1966. Tokoh dirgantara Indonesia ini mengalami kecelakaan. Pesawat Aero 45 yang telah dimodifikasinya dengan tangki bahan bakar ekstra untuk penerbangan keliling dunia mengalami kerusakan mesin. Nurtanio yang berada dalam pesawat terjun bebas. Ia gagal mendarat dengan selamat.

Bila BJ Habibie meninggal di usia 83 tahun, Nurtanio menghembuskan napas terakhir di umur yang cukup muda, 42 tahun.

Dalam duka, Wiweko langsung terbang ke Bandung bersama Salatun dengan pesawat Beechcraft 18 yang dikemudikan sendiri demi melihat sahabat sekaligus pahlawan penerbangan Indonesia untuk terakhir kali sebelum dikebumikan.

Karier di AU

Karier Nurtanio di Angkatan Udara (AU) diawali ketika menjabat sebagai Biro Rencana dan Konstruksi Angkatan Udara di Maospati, Madiun. Nurtanio juga pernah menduduki jabatan Sub Bagian Rencana di Bagian Rencana dan Penerangan.

Nurtanio, Salatun dan Wiweko juga berjasa dalam mendesain tata kepangkatan AU yang dibantu oleh Halim Perdanakusuma, orang Indonesia yang pernah berdinas di Royal Air Force (RAF) Inggris.

Baca juga:

Berita terkait
Megawati dan SBY Datang ke Pemakaman BJ Habibie
Dua Kepala Negara Tanah Air datang ke upacara pemakaman Presiden ke-3 Republik Indonesia (RI) BJ Habibie.
Pesawat R80, Kado Terakhir BJ Habibie untuk Indonesia
Presiden ke-3 Indonesia Bacharudin Jusuf (BJ) Habibie berpulang. Dia meninggalkan sumbangsih Pesawat R80 untuk industri dirgantara Indonesia.
Habibie dan 4 Momen Pengibaran Bendera Setengah Tiang
Selain meninggalnya Bacharuddin Jusuf Habibie, pemerintah pernah mengibarkan bendera setengah tiang pada empat peristiwa, yaitu sebagai berikut.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.