Netanyahu Janji Yahudi Akan Tetap Kuasai Al-Khalil

Benjamin Netanyahu dalam kampanyenya berjanji Yahudi akan duduki wilayah tepi barat sungai Jordan selamanya.
Warga Palestina melakukan ibadah solat Jumat saat protes atas penghancuran rumah warga Palestina oleh Israel di desa Sur Baher yang berlokasi di sisi lain perbatasan Israel di Yerusalem Timur dan Tepi Barat yang diduduki Israel, Jumat, 26 Juli 2019. (Foto: Antara/Reuters/Mussa Qawasma)

Jakarta - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melakukan kunjungan provokatif ke Masjid Al-Ibrahimi di Kota Al-Khalil di bagian selatan Tepi Barat Sungai Jordan, yang kini diduduki, Rabu malam, 4 September 2019.

Kedatangan Netanyahu itu dikawal ketat oleh militer, dan lawatannya itu dilakukan setelah sebelumnya Presiden Israel Reuven Rivlin juga melakukan hal yang sama. Kunjungan itu membuat warga Palestina merasa terganggu.

Netanyahu mengatakan dalam satu kampanye pemilihan umum untuk meraih suara pemukim Yahudi di Masjid Al-Ibrahimi. Menurutnya orang Yahudi bukanlah orang asing bagi Hebron (Al-Khalil), dan dia memastikan akan tetap berada menduduki wilayah itu selamanya.

"Saya bangga bahwa pemerintah saya adalah yang pertama yang mengembangkan prgoram kampung orang Yahudi di kota ini (Al-Khalil) untuk membangun unit rumah baru," kata Netanyahu, sebagaimana dilaporkan Kantor Berita Palestina WAFA, dikutip dari Antara di Jakarta, Kamis, 5 September 2019.

Saat ini pasukan Israel memberlakukan jam malam terhadap permukiman Palestina di bagian kota tua Al-Khalil. Sementara ratusan tentara dan polisi disiagakan dalam persiapan kunjungan kontroversial Netanyahu. 

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan rencana Israel mau mencaplok permukiman Yahudi di Tepi Barat Sungai Jordan.

Anggota Komite Eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Hanan Ashrawi mengatakan pemimpin Palestina memandang secara sungguh-sungguh pengumuman Netanyahu bahwa dia akan mencaplok permukiman Yahudi di Tepi Barat.

"Ini adalah pengumuman nyata mengenai keinginan untuk melancarkan kejahatan perang berdasarkan Statuta Roma dan pelanggaran besar terhadap Piagam PBB. Itu juga adalah penerjemahan praktis mengenai apa yang disebut hukum negara rasis, yang disahkan awal tahun ini oleh Knesset Israel," kata Ashrawi di dalam satu pernyataan.

Wanita pejabat tersebut mengatakan janji Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu adalah upaya nyata untuk memperoleh kekuatan politik dan meraih suara bagi kubu ekstremis sayap-kanan dalam pemilihan anggota dewan legislatif mendatang, menurut laporan Kantor Berita Palestina, WAFA, yang dilansir dari Antara di Jakarta, Senin, 2 September 2019.

Pada saat yang sama, Netanyahu terus menjalankan kebijakannya untuk mewujudkan "Israel Raya" di semua tanah Palestina yang bersejarah. []

Berita terkait
Tentara Israel Halangi Petani Palestina Panen Ladangnya
Militer Israel menghalangi seorang petani Palestina memasuki lahannya untuk memanen dan mengambil almond di tanah mereka.
PM Israel Netanyahu Mau Caplok Permukiman di Tepi Barat
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan rencana Israel mau mencaplok permukiman Yahudi di Tepi Barat Sungai Jordan.
Fakta Konflik Israel-Palestina Bukan soal Agama
Banyak orang Indonesia berpikir konflik Israel-Palestina yang tak berujung adalah karena agama. Salah besar. Ini fakta diulas Hendra Hendarin.