Jepara - Kabar miris buruknya pelayanan kesehatan datang dari Jepara, Jawa Tengah. Seorang nenek meninggal dunia di dalam ambulans desa di area parkir Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kartini hanya karena tidak mendapat tempat tidur bangsal perawatan.
Nenek tersebut, Lukita, 68 tahun, warga RT 1 RW 1 Desa Mambak, Kecamatan Pakis Aji Jepara. Ia menghembuskan nafas terakhirnya pada Senin sore, 16 Maret 2020, setelah menunggu berjam-jam untuk mendapatkan penanganan medis.
Kepada Tagar, Abdul Rosyid, sopir ambulans Desa Mambak menceritakan bermula sekitar pukul 12.15 WIB nenek Lukita menunjukkan gejala serangan stroke. Oleh keluarga, ia dibawa ke Puskesmas Pakis Aji guna mendapatkan penanganan medis. Sempat dicek kondisi kesehatannya petugas puskesmas meminta nenek segera dibawa ke RSUD Kartini karena mengalami anemis.
Gledek opo, wes orak ono (tempat tidur apa, sudah tidak ada).
Berbekal surat rujukan puskesmas bernomor 440/PGD/81/111/20, keluarga kemudian membawa pasien ke rumah sakit. Sampai di parkiran rumah sakit sekitar pukul 13.00 WIB, salah satu keluarga mendatangi petugas rumah sakit meminta ranjang dorong untuk membawa sang nenek. Hanya saja, ranjang tersebut tidak diberikan oleh petugas dengan alasan tidak tersedia.
"Gledek opo, wes orak ono (tempat tidur apa, sudah tidak ada)," kata Rosyid menirukan perkataan petugas rumah sakit, Selasa, 17 Maret 2020.
Mendengar jawaban tersebut, Rosyid dan keluarga menunggu sembari tetap memposisikan nenek Lukita di dalam ambulans. Tak berapa lama, kondisi nenek kian memburuk, cucunya kemudian masuk dan meminta petugas memeriksa.
"Setelah diperiksa petugasnya balik lagi ke dalam. Lalu lima menit setelahnya, ada satpam mendatangi bawa nomor antrian 19 dan menyuruh keluarga daftar rujukan di rumah sakit," ujarnya.
Lama memarkirkan ambulans di dekat ruang instalasi gawat darurat (IGD), keluarga kembali didatangi satpam. Tapi kali ini malah meminta ambulans dipindah ke parkiran mobil. Sekitar dua jam menunggu, nenek Lukita akhirnya meninggal dunia.
"Kami kecewa dan marah karena dari pihak rumah sakit tidak ada yang mau bertanggungjawab atas kejadian ini. Kami harap ke depan pelayanan yang ada di RSUD Jepara bisa lebih baik lagi. Jangan seperti ini," ujar dia.
Wakil Direktur Umum dan Keuangan RSUD Kartini Muh Ali saat dikonfirmasi meminta maaf atas kekurangnyamanan pelayanan yang diberikan rumah sakitnya. Dia membenarkan, bahwa saat itu posisi bed rawat inap sudah terisi semua.
Soal tidak adanya tindakan medis yang dilakukan oleh RSUD Jepara kepada pasien tersebut, dengan tegas dibantahnya. "Sekitar pukul 13.00 WIB perawat kami sudah melakukan pengecekan. Hasil frekuensi nadi 88 kali permenit, isi dan tekanan nadi kuat, suhu badan 36,8 derajat celsius, posisi sadar dan tampak mengalami anemis," tuturnya.
Sekitar pukul 14.45 WIB, petugas pelayanan rumah sakit memanggil pasien untuk dilakukan pemeriksaan kegawatan. Tapi panggilan itu tidak direspon oleh keluarga pasien. Karena lokasi ambulans yang membawa pasien berada sekitar 100 meter dari Instalasi Gawat Darurat.
Kemudian pukul 15.10 WIB, salah satu keluarga pasien melapor jika nenek Lukita mengalami sesak napas. Dokter dan perawat yang mendatangi keluarga pasien meminta ambulans dipindah ke dekat IGD, tapi saat itu sopir sedang keluar.
Pasien dibawa ke IGD sekitar pukul 15.30 WIB. Setelah diperiksa pasien dinyatakan meninggal dunia. Jenazah kemudian dirawat dan diserahkan ke keluarga untuk dimakamkan. "Kami sudah berupaya menjalankan penanganan medis. Namun, apa mau dikata Tuhan berkehendak lain," tutur dia. []
Baca juga:
- Ramai Corona, RSUD Kota Tangerang Tiadakan Jam Besuk
- Duduk Perkara Pasien Tolak Dibawa ke RS Corona Kudus
- Ruang Endoskopi RSUD Tidar Magelang Terbakar