Nasib Ngayogjazz 2019 Setelah Djaduk Ferianto Wafat

Djaduk Ferianto adalah penggagas sekaligus motor acara Ngayogjazz. Setelah Djaduk meninggal, bagaimana nasib Ngayogjazz 2019?
Board Of Creative Ngayogjazz, Bambang Paningron, menegaskan Ngayogjazz tetap berjalan setelah Djaduk Ferianto tiada dalam jumpa pers Ngayogjazz 2019 di Yogyakarta, Kamis, 14 November 2019 (Foto:Tagar/Switzy Sabandar)

Yogyakarta - Djaduk Ferianto berpulang tiga hari sebelum pelaksanaan Ngayogjazz 2019. Djaduk adalah penggagas sekaligus motor penggerak perhelatan tahunan ini. Lantas muncul pertanyaan apakah Ngayogjazz yang akan digelar di Dusun Kwagon, Desa Sidorejo, Kecamatan Godean pada Sabtu, 16 November 2019 tetap digelar atau tidak?

Salah satu Board Of Creative Ngayogjazz, Bambang Paningron mengungkapkan tahun ini menjadi tahun terberat penyelenggaraan Ngayogjazz karena ditinggalkan oleh mesin penggerak utama acara ini. Namun, setelah bersepakat dengan keluarga almarhum, Ngayogjazz 2019 dipastikan tetap digelar.

“Apalagi dalam pertemuan-pertemuan terakhir kami dengan Djaduk, beliau meneruskan semangat yang luar biasa untuk acara ini,” ujarnya dalam jumpa pers di Yogyakarta, Kamis, 14 November 2019.

Board of Creative Ngayogjazz yang semula berjumlah tujuh orang menjadi enam orang setelah Djaduk Ferianto meninggal. Meskipun berat, mereka siap menjalankan perhelatan tahunan ini yang sejak awal sudah diputuskan untuk digelar rutin.

Bambang mengaku tidak rela jika Ngayogjazz dihentikan. Kehilangan motor penggerak bukan berarti event ini berhenti. “Bahkan kalau harus didorong secara manual pun kami akan dorong,” kata Bambang.

Ia bercerita dalam Ngayogjazz 2019 terdapat program baru yang digagas oleh Djaduk semasa hidupnya. Seniman asal Yogyakarta itu melahirkan ide yang dinilai ngawur tetapi menginspirasi, yakni Museum Ngayogjazz. “Seperti apa bentuknya, nanti bisa dilihat sendiri saat acara,” ucap Bambang.

Ngayogjazz 2019 akan menampilkan ratusan penampil di tujuh panggung, yakni Panggung Molo, Empyak, Umpak, Saka, Blandar, Usuk, dan Genteng. Musisi ibukota seperti Tompi, Kua Etnika, Idang Rasjidim dan sebagainya juga akan tampil dalam acara yang gratis dan terbuka untuk umum ini.

Pada tahun ini juga Ngayogjazz akan berkolaborasi dengan Festival Bambu Sleman yang memberikan ruang untuk berbagi informasi, produk, dan teknologi soal bambu, mulai dari pengolahan sampai produk kompetitif di pasar.

Seperti apa bentuknya, nanti bisa dilihat sendiri saat acara.

Kepala Dusun Kwagon Sukiman mengaku senang wilayahnya menjadi lokasi penyelenggaraan Ngayogjazz 2019. Sebelumnya, Kwagon pernah menjadi lokasi Ngayogjazz 2016.

Ia menilai, keberadaan Ngayogjazz memberi manfaat materiil dan imateriil kepada warganya. Selain meningkatkan pendapatan masyarakat, Ngayogjazz menjadi hiburan bagi warganya yang tinggal di perbukitan yang jauh dari kota. “Pengalaman pada 2016 seperti itu,” ucapnya.

Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo mendukung keberadaan Ngayogjazz sebagai perhelatan yang unik. Keunikannya terletak pada pertunjukan musik jazz yang digelar di dusun-dusun dan pengunjung tidak dipungut biaya alias gratis.

“Kami mendukung Ngayogjazz melalui Danais (Dana Keistimewaa) tetapi bukan dalam bentuk dana segar melainkan mengakomodasi biaya yang tidak didanai oleh panitia, sehingga tidak ada double counting,” ujarnya. []

Baca Juga:

Berita terkait
Selamat Jalan Djaduk Ferianto, Guru Toleransi Umat
Petra, istri almarhum Djaduk Ferianto, mendekap foto mendiang suaminya. Dia mengantarkannya ke peristirahatan abadinya, Rabu, 13 November 2019.
Seniman Djaduk Ferianto Meninggal Dunia
Pemimpin Orkes Sinten Remen Gregorius Djaduk Ferianto meninggal dunia pada Rabu, 13 November 2019.
Peran Djaduk Ferianto dalam Karier Hanung Bramantyo
Kabar wafatnya seniman Djaduk Ferianto mengagetkan banyak orang termasuk sutradara Hanung Bramantyo.