Nasib Buruh Harian di India Pasca Lockdown

Kebijakan lockdown yang diberlakukan pemerintah India menyulitkan mereka yang menggantungkan penghasilan dari upah harian.
Buruh harian di India akan semakin sulit untuk mencari nafkah setelah pemerintah memutuskan mengkarantina total (lockdown) untuk menekan penyebaran virus corona Covid-19. (Foto: BBC News).

Jakarta - Pemerintah India memberlakukan kebijakan karantina total (lockdown) untuk menghentikan penyebaran virus corona Covid-19. Warga diperintahkan utuk tetap tinggal di dalam rumah. Kebijakan penguncian ini tentu menyulitkan bagi mereka yang menggantungkan penghasilan dari upah harian.

Wartawan BBC, Vikas Pandey mencoba mencari tahu bagaiamana mereka bertahan hidup dari kondisi lockdown. Kawasan bisnis Chowk di Noida, biasanya ramai oleh raturan orang pencari kerja sebagai buruh bangunan.

Persimpangan kecil jalan-jalan di pinggiran kota New Delhi ini menjadi lokasi para mandor mencari buruh bangunan lepas untuk mengerjakan berbagai proyek bagunan dan jalan.

Baca Juga: Status Lockdown Wuhan Dicabut pada 8 April

Namun pada Minggu, 22 Maret, saat pertama kali India emberlakukan lockdown, kondisi jalan sangat sepi. Orang-orang sepertiya tak berani untuk keluar rumah. Suara burung berkicau yang selama ini tak pernah terdengar karena kalah oleh suara bising, kini seperti terdengar merdu.

LockdownPenyanyi Tompi mendukung opsi lockdown untuk mengurangi potensi penyebaran virus corona di Indonesia. (Foto: Instagram/dr_tompi)

Saya seakan tak percaya melihat kawasan yang selalu ramai mendadak menjadi hening. Saya mencoba melihat berbagai sudut jalan. Mata saya terfokus pda sekelompok pria yang berkerumun di sudut jalan.

Saya menghampiri mereka. Dari jarak yang menurut saya aman, saya bertanya kenapa mereka tidak mematuhi perintah pemerintah untuk mengunci diri di rumah.

Saya tahu risiko virus corona, tapi saya tidak bisa melihat anak-aak kelaparan.

Rames Kumar, yang berasal dari distrik Banda, di negara bagian Uttar Paradesh, mengatakan bahwa ia tahu ada perintah lockdown. Namun ia harus mencari nafkah untuk keluarga. "Kami tahu, tidak akan ada orang yang mau memperkerjakan kami dalam kondisi seperti ini, tapi kami masih mencoba peluang itu,"tuturnya," Rabu, 25 Maret 2020.

Ia pun bercerita, menjadi buruh bangunan dengan upah 600 rupe atau 8 dolar AS (Rp 128.924) per hari. "Saya punya lima anak yang harus diberi makan. Kami kehabisan makan dalam beberapa hari ini. Saya tahu risiko virus corona, tapi saya tidak bisa melihat anak-anak kelaparan," ucap Rames Kumar.

Buruh Harian di IndiaTukang sepatu ini tidak mengetahui kenapa stasiun kosong. Ia tidak tahu kalaua pemerintah India menetapkan status lockdown. (Foto: BBC News).

Jutaan buruh dalam situasi yang sulit saat pemerintah memutuskan lockdown

Jutaan buruh harian berada dalam situasi yang sama sulit. Lockdown yang diumumkan Perdana Menteri Narendra Modi ini membuat mereka kehilangan prospek pendapatan selama tiga minggu ke depan. Bahkan beberapa diantara mereka akan kehabisan makanan dalam beberapa hari mendatang.

India telah melaporkan lebih dari 500 kasus yang dikonfirmasi dan setidaknya 10 orang telah meninggal. Perdana Menteri Modi berjanji akan membantu para buruh harian yang terkena dampak penguncian. Beberapa pemerintah negara bagian, termasuk Uttar Paradesh di utara, Kerala di Selatan dan New Delhi berjanji akan memberikan transfer tunai langsung ke rekening para pekerja harian.

Baca Juga: Warga Bandel, Australia Masih Pikir-pikir Lockdown

Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) menyebutkan, sekitar 90 persen tenaga kerja di India bekerja di sektor informal. Mereka bekerja sebagai penjaga keamanan, petugas kebersihan, penarik becak, pedagang kaki lima, dan pengumpul sampah.

Sebagian besar mereka tidak memiliki akses pensiun, cuti sakit, cuti berbayar atau jenis asuransi apa pun. Selain itu, mereka banyak yang tidak memiliki rekening bank, hanya mengandalkan uang tunai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.[]

Berita terkait
Lockdown Brutalisme Sosialis Diadopsi Demokratis
Tanggapan terhadap pandemi Covid-19 yang diawali Wuhan, China, dengan melakukan lockdown merupakan langkah sosialis yang diadopsi demokratis
Warga Bandel, Australia Masih Pikir-pikir Lockdown
Australia belum mempertimbangkan untuk melakukan karantina total atau lockdown meskipun jumlah kasus virus corona Covid-19 melonjak.
Covid-19, Prancis Akan Denda Warga Langgar Lockdown
Prancis mengerahkan 100 ribu polisi mengawasi pelaksanaan lockdown (penguncian) untuk mengendalikan pengendalian virus corona COvid-19.
0
LaNyalla Minta Pemerintah Serius Berantas Pungli
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, meminta pemerintah serius memberantas pungutan liar (pungli). Simak ulasannya berikut ini.