Nama 10 Pasukan Keraton Yogyakarta dan Filosofinya

Keraton Yogyakarta memiliki 10 pasukan atau bregodo, dua di antaranya berasal dari Sulawesi. Masing-masing mempunyai makna filosofis tersendiri.
Pasukan atau bregodo Wirabraja Keraton Yogyakarta. (Foto: Tagar/Ist/Kratonjogja.id)

Yogyakarta – Suasana kawasan Malioboro, Yogyakarta, senja itu cukup ramai. Sejumlah pengunjung terlihat sambil berjalan di sepanjang trotoar, sambil menikmati hangatnya matahari sore. Para pedagang kaki lima pun cukup sibuk meladeni pengunjung di lapaknya masing-masing.

Beberapa musisi jalanan tak hanya berdiam diri. Mereka berjalan menyusuri warung-warung makan, menyanyikan lagu diiringi suara gitar dan deru kendaraan yang jaraknya hanya beberapa meter dari tempatnya. Kemudian meraih recehan yang disodorkan oleh pengunjung warung.

Tidak jauh dari Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Daerah Istimewa Yogyakarta, dua seniman pelukis wajah mencoba meraih rezeki dari para pengunjung yang melintas. Di depan mereka berjejer beberapa lembar kertas bergambar wajah-wajah orang.

Hanya beberapa puluh meter ke arah selatan, tepat di depan Malioboro Mal, beberapa pengunjung terlihat berfoto bareng dua duta wisata yang berpakaian mirip dengan seragam prajurit bregodo atau pasukan Keraton Yoogyakarta.

Para duta wisata yang totalnya mencapai 20 orang itu bertugas untuk memastikan pengunjung menerapkan protokol kesehatan, termasuk mengenakan masker dengan benar. Mereka ditempatkan di 10 titik di Malioboro.

Pakaian mirip seragam prajurit keraton itu sengaja dikenakan untuk memberi warna lain, sekaligus menjadi ciri khas keistimewaan Yogyakarta.

Bregodo keraton sebagai ciri khas keistimewaan Yogyakarta, bahwa di sini kita masih ada keraton atau kerajaan, sebagai ikon wisata Jogja juga. Kita mewakili masyarakat Jogja dengan busana khas keraton, mungkin tidak persis tapi mewakili,” ucap Yanto, salah satu duta wisata, Minggu, 18 Oktober 2020.

Keraton Yogyakarta memang memiliki sejumlah bregodo atau pasukan, yang sering ditampilkan saat ada kegiatan-kegiatan kebudayaan. Dilansir laman kratonjogja.id, saat ini keraton memiliki 10 bregodo.

Jumlah Prajurit 600 Orang

Kesepuluh bregodo yang ada tersebut, adalah bregodo Mantrijero, Surakarsa, Wirabraja, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Nyutra, Ketanggung, Bugis, dan bregodo Dhaeng. Jumlah prajurit pada tiap-tiap bregodo berbeda satu dengan lainnya, tapi totalnya ada sekitar 600 prajurit.

prajurit keraton tersebut dipimpin oleh seorang atau sebagai pimpinan tertinggi, dengan gelar .Bregodo prajurit keraton tersebut dipimpin oleh seorang Manggalayudha atau Kommandhan sebagai pimpinan tertinggi, dengan gelar Kommandhan Wadana Hageng Prajurit.

dibantu oleh seorang (Kapten Parentah), yang disebut . Tugasnya menyiapkan pasukan.Manggalayudha dibantu oleh seorang Pandhega (Kapten Parentah), yang disebut Bupati Enem Wadana Prajurit. Tugasnya menyiapkan pasukan.

didampingi oleh perwira yang bertugas mengatur dan memerintah keseluruhan prajurit dalam . Perwira itu disebut Panji atau Lurah, yang memiliki wakil.Pandhega didampingi oleh perwira yang bertugas mengatur dan memerintah keseluruhan prajurit dalam bregodo. Perwira itu disebut Panji atau Lurah, yang memiliki wakil.

Setiap bregodo dipimpin oleh perwira berpangkat Kapten, kecuali Bugis dan Surakarsa yang dipimpin oleh seorang Wedana. Sementara, regu-regu dalam setiap bregodo dipimpin oleh bintara berpangkat sersan.

“Keseluruhan perwira dalam semua bregodo dipimpin oleh seorang Pandhega, kecuali bregodo Wirabraja dan bregada Mantrijero yang langsung di bawah Kommandhan,” demikian dijelaskan dalam laman kratonjogja.id.

Dari 10 bregodo yang ada, delapan di antaranya dimiliki oleh keraton, sedangkan dua lainnya masing-masing dimiliki oleh Kepatihan, yaitu bregodo Bugis, dan dimiliki oleh Kadipaten Anom (putera mahkota), yaitu Bregada Surakarsa.

Nama bregodo Surakarsa berasal dari kata sura yang berarti berani dan karsa yang artinya kehendak. Secara filosofis Surakarsa bermakna prajurit pemberani yang selalu menjaga keselamatan Adipati Anom (Putra Mahkota).

Dalam upacara Garebeg, bregodo Surakarsa bertugas mengawal gunungan yang dibawa ke Masjid Gedhe.

Prajurit bregodo Surakarsa bersenjata tombak, dengan tombak pusaka bernama Kanjeng Kiai Nenggala dengan bentuk ujung (dapur) yang dinamakan Banyak Angrem.

selanjutnya adalah Wirabraja, yang berasal dari kata yang artinya berani dan yang berarti tajam.Bregodo selanjutnya adalah Wirabraja, yang berasal dari kata wira yang artinya berani dan braja yang berarti tajam.

Secara filosofis Wirabraja berarti prajurit yang sangat berani dan tajam panca inderanya. Mereka selalu peka dengan keadaan, pantang menyerah dalam membela kebenaran, dan pantang mundur sebelum musuh dikalahkan.

Prajurit yang tergabung dalam bregodo Wirabraja menggunakan senjata berupa tombak dan senapan. Tombak pusakanya bernama Kanjeng Kiai Slamet dan Kanjeng Kiai Santri dengan bentuk ujung yang dinamakan Manggaran/ Catursara/ Crengkeng.

Cerita Nama Pasukan Keraton Yogyakarta (2)Pasukan atau bregodo Patangpuluh Keraton Yogyakarta. (Foto: Tagar/Ist/kratonjogja.id)

Kemudian ada bregodo Patangpuluh, yang asal-usul namanya masih belum jelas. Yang pasti nama Patangpuluh tidak ada kaitannya dengan jumlah prajurit anggota bregodo.

Bregodo Patangpuluh menggunakan senjata tombak dan senapan, dengan tombak pusaka bernama Kanjeng Kiai Trisula, dengan bentuk ujung (dapur) yang dinamakan Daramanggala/ Trisula Carangsoka.

Selanjutnya adalah bregodo Jagakarya, berasal dari kata jaga yang artinya menjaga dan karya yang berarti pekerjaan. Secara filosofis Jagakarya bermakna prajurit yang bertugas menjaga dan mengamankan jalannya pemerintahan kerajaan.

Seperti beberapa bregodo lain, prajurit bregodo Jagakarya adalah tombak dan senapan. Tombak pusakanya bernama Kanjeng Kiai Trisula dengan bentuk ujung yang juga dinamakan Trisula.

lain adalah Prawiratama, dari kata yang berarti berani atau perwira dan , yang dalam bahasa Sansekerta artinya utama atau lebih, sedangkan dalam bahasa Kawi berarti ahli atau pandai. Secara filosofis Prawiratama bermakna prajurit yang pemberani dan pandai dalam setiap tindakan, selalu bijak walau dalam suasana perang.Bregodo lain adalah bregodo Prawiratama, dari kata prawira yang berarti berani atau perwira dan tama, yang dalam bahasa Sansekerta artinya utama atau lebih, sedangkan dalam bahasa Kawi berarti ahli atau pandai. Secara filosofis Prawiratama bermakna prajurit yang pemberani dan pandai dalam setiap tindakan, selalu bijak walau dalam suasana perang.

“Senjata yang digunakan oleh anggota Bregada Prajurit Prawiratama adalah tombak (waos) dan senapan. Tombak pusakanya bernama Kanjeng Kiai Trisula dengan bentuk ujung (dapur) yang dinamakan Trisula.”

selanjutnya adalah Nyutra, yang dalam bahasa Kawi berarti unggul atau ketajaman. Sedang dalam bahasa Jawa berarti kain sutra yang halus.Bregodo selanjutnya adalah Nyutra, yang dalam bahasa Kawi berarti unggul atau ketajaman. Sedang dalam bahasa Jawa berarti kain sutra yang halus.

Prajurit Nyutra merupakan pengawal pribadi Sultan. Secara filosofis Nyutra bermakna prajurit yang sehalus sutra dan selalu mendampingi dan menjaga keamanan raja, serta memiliki ketajaman rasa dan keterampilan yang unggul.

Berbeda dengan bregodo lain, prajurit bregodo Nyutra menggunakan senjata yang lebih lengkap, yakni tombak, towok, tameng, panah dan senapan. Tombak pusakanya bernama Kanjeng Kiai Trisula dengan bentuk ujung yang dinamakan Trisula.

Kemudian ada bregodo Ketanggung, yang berasal dari kata tanggung. Tanggung artinya beban atau berat. Secara filosofis Ketanggung bermakna pasukan dengan tanggung jawab yang sangat berat.

Prajurit bregodo Ketanggung menggunakan senjata tombak dan senapan. Tombak pusakanya bernama Kanjeng Kiai Nenggala dengan bentuk ujung yang dinamakan Nenggala.

selanjutnya adalah Mantrijero. Mantrijero berasal dari kata yang artinya juru bicara atau menteri dan yang berarti dalam. Mereka menggunakan senjata tombak dan senapan.Bregodo selanjutnya adalah Mantrijero. Mantrijero berasal dari kata mantri yang artinya juru bicara atau menteri dan jero yang berarti dalam. Mereka menggunakan senjata tombak dan senapan.

“Secara filosofis Mantrijero bermakna prajurit yang mempunyai wewenang ikut ambil bagian dalam memutuskan hal-hal dalam lingkungan keraton.”

Tombak pusakanya bernama Kanjeng Kiai Cakra dengan bentuk ujung yang dinamakan Cakra.

Prajurit dari Sulawesi

Selain kedelapan bregodo itu, dua bregodo lain awalnya beranggotakan prajurit asal Sulawesi Selatan, yakni bregodo Bugis dan bregodo Dhaeng. Prajurit yang ada dalam bregodo Bugis awalnya berasal dari daerah Bugis.

Cerita Nama Pasukan Keraton Yogyakarta (3)Pasukan atau bregodo Bugis, Keraton Yogyakarta. (Foto: Tagar/Ist/kratonjogja.id)

“Namun prajurit yang ada kini sudah tidak lagi terdiri dari orang-orang Bugis. Dalam upacara Garebeg bertugas sebagai pengawal gunungan yang dibawa menuju Kepatihan.”

Panji-panji atau bendera prajurit bregodo Bugis adalah Wulan-dadari, berasal dari kata wulan yang berarti bulan dan dadari yang artinya mekar. Panji-panjinya berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar hitam, di tengahnya adalah lingkaran dengan warna kuning emas.

Secara filosofis bermakna pasukan yang diharapkan selalu memberi penerangan dalam gelap. Ibarat berfungsi seperti munculnya bulan dalam malam yang gelap, cahayanya menggantikan matahari.

Senjata yang digunakan oleh seluruh prajurit bregodo Bugis adalah tombak, dengan tombak pusaka bernama Kanjeng Kiai Trisula dengan bentuk ujung yang juga dinamakan Trisula.

selanjutnya yang juga awalnya berasal dari Sulawesi Selatan adalah Dhaeng. Dhaeng atau daeng berasal dari sebutan gelar bangsawan di Makassar. Awalnya prajurit Dhaeng memang berasal dari sana. Namun kini sudah tidak lagi.Bregodo selanjutnya yang juga awalnya berasal dari Sulawesi Selatan adalah bregodo Dhaeng. Dhaeng atau daeng berasal dari sebutan gelar bangsawan di Makassar. Awalnya prajurit bregodo Dhaeng memang berasal dari sana. Namun kini sudah tidak lagi.

Klebet atau panji-panji prajurit bregodo Dhaeng adalah Bahningsari, berasal dari kata bahning yang artinya api dan sari yang memiliki arti indah. Berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar putih, di tengahnya terdapat bintang segi delapan berwarna merah.

Klebet ini memiliki makna bahwa Dhaeng adalah pasukan yang tidak pernah menyerah karena keberaniannya, sama seperti semangat inti api yang tidak pernah kunjung padam.”

Senjata yang digunakan oleh anggota prajurit bregodo Dhaeng adalah tombak dan senapan, dengan tombak pusaka bernama Kanjeng Kiai Jatimulya, yang bentuk ujungnya dinamakan Dhoyok. []

Baca juga:

Yatim Sejak Remaja, Kini Bertarung di Pilkada Sumba Timur

Mahasiswi Cantik NTB Petarung Andal di Turnamen PUBG

Berita terkait
Makna Warna Seragam Prajurit Keraton Yogyakarta
Pakaian yang mirip dengan seragam prajurit Keraton Yogyakarta dikenakan oleh duta wisata di kawasan Malioboro. Ini makna warna seragam prajurit.
Pria ala Prajurit Keraton Yogyakarta Jaga Malioboro
Sejumlah pria yang mengenakan pakaian ala seragam prajurit Keraton Yogyakarta berjaga di 10 titik di kawasan Malioboro.
Rias Pengantin Gratis Warga Terdampak Pandemi di Yogyakarta
dua perias pengantin di Yogyakarta memberikan jasa rias gratis untuk warga terdampak pandemi Covid-19 dan tenaga kesehatan.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.