Jakarta - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim meminta maaf atas kebijakan Program Organisasi Penggerak (POP) yang memicu polemik. Secara khusus, Nadiem Makarim meminta maaf kepada organisasi kemasyarakatan Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU) dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang kecewa dan memutuskan keluar dari POP.
"Dengan penuh rendah hati saya mohon maaf," kata Nadiem Makarim seperti disiarkan Youtube Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Selasa, 28 Juli 2020.
Dengan penuh rendah hati saya mohon maaf
Program ini merupakan kebijakan Kemendikbud untuk meningkatkan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan dengan melibatkan peran ormas yang bergerak di bidang pendidikan. Dari hasil saring melalui riset, Kemendikbud menerima 156 organisasi peserta POP.
Baca juga:
Organisasi ini akan menerima dana dukungan dari pemerintah mulai dari 1 miliar hingga 20 miliar per tahun. Tanoto Foundation dan Yayasan Putra Sampoerna juga tercatat mendapatkan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara.
NU dan Muhammadiyah kemudian keluar dari POP disusul oleh PGRI. Kemendikbud dinilai tak menggunakan kriteria yang jelas dalam menyeleksi peserta POP.
Atas polemik ini, Nadiem menghentikan sementara proses POP pekan lalu. Ia mengevaluasi isu kelayakan penerima hibah POP dan memutuskan Tanoto Foundation dan Yayasan Putra Sampoerna tak menggunakan APBN.
"Partisipasi mereka dalam Kemendikbud tidak akan menggunakan dana APBN sepeser pun, mereka akan mendanai aktivitas programnya tanpa anggaran dari pemerintah," ujarnya.
Mantan bos Gojek ini berharap putusan ini dapat menjawab kecemasan masyarakat. Ia menegaskan hibah sepenuhnya dialihkan ke organisasi yang lebih membutuhkan.
Nadiem tak lupa menyampaikan terima kasih kepada masyarakat dan ormas yang telah memberikan kritik dan saran terhadap POP.
"Saya juga mengucapkan apresiasi sebesar-besarnya kepada pihak NU dan Muhammadiyah dan PGRI. Ketga organisasi ini telah berjasa di dunia pendidikan, bahwakn jauh sebelum negara ini berdiri, tanpa pergerakan mereka dari sabang sampai merauke, identitas budaya dan misi dunia pendidkan di indonesia tak akan terbentuk," ujarnya.
Nadiem berharap tiga organisasi yang kaya pengalaman ini kembali ke POP. Ia mengatakan, tujuan program ini justru agar Kemendikbud dapat belajar kepada ormas seperti Muhammadiyah, NU dan PGRI.
"Niat kami sejak awal untuk bermitra dan menemukan inovasi yang dapat digunakan oleh pemerintah dan diterapkan secara nasional," ujar Nadiem Makarim. "Hanya satu tujuan kami: mencari jurus dan pola terbaik untuk mendidik penerus negeri ini."[]