Bogor - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim angkat bicara soal kekurangan kebijakan belajar di rumah selama Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB). Nadiem Makarim menyebut minus yang harus dijalani ini merupakan bentuk pengorbanan demi memperoleh sistem yang lebih baik lagi.
"Pengorbanan saat ini merupakan adaptasi pembelajaran ke depannya," kata Nadiem Makarim dalam acara halalbihalal Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) yang digelar melalui video telekonferensi, Jakarta, Selasa, 9 Juni 2020.
Mantan bos Gojek ini mengakui, penerapan program belajar di rumah tidak optimal. Di banyak daerah, kata Nadiem, pada kenyataanya banyak yang tidak belajar di rumah.
Menurutnya, masalah ini harus dihadapi secara terbuka. Oleh karena itu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berupaya menyediakan ragam metode mulai dari kelas daring berbasis televisi dan radio hingga menggandeng sejumlah platform pembelajaran.
Kementarian juga melonggarkan sejumlah aturan agar guru dan murid tidak terbebani. Relaksasi kurikulum dilakukan salah satunya agar pendidik fokus kepada esensi pembelajaran.
"Biasanya penyederhanaan kurikulum itu dilakukan selama lima tahun, namun ini hanya tiga bulan saja," kata dia.
Pada Tahun Ajaran 2020/2021, pembelajaran daring tetap dilanjutkan terutama untuk sekolah yang berada di zona kuning dan merah. Namun, untuk sekolah yang berada di zona hijau bisa dilakukan secara tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan.
Sementara Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (IKA UPI) Enggartiasto Lukita berpendapat Indonesia membutuhkan kurikulum selama masa pandemi. Kurikulum anyar dibutuhkan baik saat tatanan baru atau new normal hingga pasca berakhirnya pandemi.
"Setelah pandemi berlalu, sekadar menormalkan praksis sekolah tidaklah cukup. Yang diperlukan adalah transformasi, yaitu 'desain besar' untuk mengubah sistem pendidikan secara mendasar," kata Enggar saat membuka web seminar “Pendidikan Bermutu di Musim Pandemi: Tantangan dan Harapan” yang digagas IKA UPI, Jakarta, Selasa, 9 Juli 2020.
Menteri Nadiem mengingatkan, pembelajaran daring tetap bertumpu pada mutu guru. Dengan demikian, pendidik mestinya tak berjerak dengan perkembangan teknologi.
"Yang terpenting guru tersebut melek teknologi dan berani menggunakan tool-tool baru," ujarnya.
Yang terpenting guru tersebut melek teknologi dan berani menggunakan tool-tool baru.
Selain itu, kualitas pembelajaran daring ditentukan seberapa besar minat guru belajar dan memastikan anak didiknya belajar. Walhasil, semuanya kembali kepada pendidik.
"Ujung-ujungnya yang menentukan manusia lagi. Kualitas guru. Guru beradaptasi dengan cepat dan benar-benar memikirkan yang terbaik," ujar Nadiem Makarim.[]
Baca juga: