Nabi Daud AS, Namanya Disebut 16 Kali dalam Alquran

Nabi Daud AS memiliki suara sangat merdu. Saat ia membaca Kitab Zabur dengan sangat fasih, gunung-gunung dan burung pun ikut bertasbih.
Ilustrasi - Burung Terbang. (Foto: Pixabay/Mysticsartdesign)

Jakarta - Daud alaihissalam adalah keturunan ke-12 dari Nabi Ibrahim AS melalui jalur Ishaq. Ayah Nabi Daud AS, Yisya (Aisya) bin Awid, merupakan keturunan Yahuda bin Yaqub. Ia menghabiskan masa kecil hingga remaja di Kota Betlehem bersama ayah dan tiga belas saudaranya.

Utusan Allah SWT ini hidup sekitar tahun 1041–971 SM. Tahun 1010 SM, ia diangkat menjadi nabi lalu ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil. Nabi Daud AS dikaruniai Allah SWT beberapa mukjizat, misalnya mampu melunakkan besi, menundukkan gunung, dan berbicara dengan burung.

Tak hanya itu, ia juga dianugerahi Kitab Zabur, kerajaan yang sangat kuat, dan kepandaian serta kebijaksanaan yang luar biasa. 

Keistimewaan-keistimewaan Nabi Daud AS tersebut dikisahkan dalam Surah Saba’: 11, An-Nisa’: 163, Al-Isra’: 55, dan Shad: 17–26.

Nabi yang namanya disebut dalam Alquran sebanyak 16 kali ini memiliki suara yang sangat merdu. Ketika ia membaca Kitab Zabur dengan sangat fasih, gunung-gunung dan burung pun ikut bertasbih.

Nabi Daud AS dan Raja Thalut

Bani Israil kala itu hidup tertindas di bawah kekuasaan Raja Jalut. Dia adalah seorang pemimpin kejam yang memiliki tubuh sangat besar menyerupai raksasa. Sehingga, tak heran jika raja zalim ini amat ditakuti orang-orang.

Di tengah-tengah ketidakadilan yang menimpa bangsa Israil, Allah SWT kemudian mengangkat Thalut sebagai raja. Awalnya kaum yang dikenal keras kepala itu menolak Thalut karena dia hanyalah penggembala yang tergolong miskin.

Meski begitu, Thalut menguasai ilmu tata negara, pandai menyusun strategi perang, dan memiliki tubuh yang kuat serta kekar. Akhirnya, orang-orang Israil pun bersedia menerima dirinya menjadi raja.

Demi Allah, engkau adalah malaikat maut. Kalau begitu, aku ucapkan selamat datang padamu untuk melaksanakan perintah Allah.

Setelah diangkat menjadi pemimpin, kekuasaan Thalut semakin kuat. Dia lantas meminta pasukannya untuk bersiap-siap melawan Jalut. Maka, dipilihlah orang-orang terbaik yang memiliki keberanian untuk mengikuti pertempuran.

Salah satu dari pasukan tersebut adalah remaja laki-laki bernama Daud. Ia diutus ayahnya mengikuti kedua kakaknya yang juga berjuang di medan perang. Namun, sang nabi belum diizinkan maju di garis depan dan hanya ditugaskan untuk menyiapkan perbekalan serta melayani kakaknya saat lapar atau haus.

Kala itu jumlah pasukan Thalut kalah banyak dibanding tentara lawan yang dikomandoi oleh Jalut yang terkenal kuat dan tak terkalahkan. Kemudian, Thalut pun berdoa kepada Allah SWT, “Ya Allah, curahkanlah kesabaran atas diri kami, kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami dalam menghadapi orang-orang kafir.”

Doa tersebut menjadi kekuatan pasukan Thalut yang akhirnya dapat mengalahkan lawan. Sayangnya, Jalut dan beberapa pengawalnya masih hidup dan belum tumbang. Tak ada seorang pun dari pasukan Thalut yang berhasil mengalahkan raja kejam itu.

Nabi Daud AS Melawan Raja Jalut

Saat suasana di medan perang semakin genting, Raja Thalut pun membuat sayembara. Ia berkata, “Barang siapa yang dapat mengalahkan Jalut, maka dia akan kuangkat sebagai anak menantu yang akan mewarisi takhta kerajaan.”

Mendengar pengumuman itu, Daud yang kala itu masih remaja mengajukan diri untuk melawat Jalut. Pertarungan Daud melawan Jalut pun dimulai. Hanya berbekal sebuah katapel dan tiga buah batu kerikil, sang nabi menyerang si raja kejam.

Tak kalah sengit, Jalut mengayunkan pedangnya untuk menebas musuhnya yang berbadan kecil itu. Namun Nabi Daud AS selalu dapat menghindar dengan gesit. Keteguhan iman ia pun membuatnya mendapatkan pertolongan dari Allah SWT.

Dengan dibantu angin, sang nabi melontarkan batu yang kemudian melesat dengan cepat. Batu itu tepat mengenai dahi Jalut yang menyebabkan dia meninggal saat itu juga. Kemenangan Daud yang disaksikan ratusan pasang mata itu berhasil membuatnya disegani banyak orang.

Nabi Daud AS Diangkat Menjadi Raja

Setelah Nabi Daud AS berhasil menumbangkan Jalut, Raja Thalut pun memenuhi janjinya. Sang raja menikahkan ia dengan putrinya yang bernama Mikyal serta mewariskan separuh kerajaan Bani Israil miliknya.

Ketika usia sang nabi mencapai 40 tahun, Raja Thalut meninggal dunia. Setelah itu, Nabi Daud AS mewarisi kekayaan Thalut sekaligus menggantikan takhta kerajaan Bani Israil. Di usia itu pula, Allah SWT mengangkat ia menjadi nabi dan rasul serta menurunkan Kitab Zabur kepadanya.

Selama menjadi raja, Nabi Daud AS memperlakukan rakyatnya dengan adil dan bijaksana. Kekuasaan tersebut juga semakin meningkatkan rasa syukurnya kepada Allah SWT. Sang nabi gemar berbuat kebajikan, menyantuni fakir miskin, dan selalu mengedepankan kepentingan umat.

Atas izin Allah, pasukan Nabi Daud AS pun selalu mendapat kemenangan ketika melawan musuh-musuhnya. Sehingga, kerajaan yang ia pimpin lambat laun semakin besar dan wilayah kekuasaannya semakin luas.

Nabi Daud AS Ditegur Allah SWT Melalui Rakyatnya

Di bawah kepemimpinan Nabi Daud AS, kehidupan Bani Israil semakin sejahtera, makmur, dan tenteram. Hingga suatu hari, datanglah dua tamu asing yang saling beperkara meminta putusan adil darinya.

Salah satu dari mereka berkata bahwa saudaranya itu mempunyai 99 ekor kambing betina, sementara dirinya hanya memiliki satu ekor. Masalah terjadi ketika pemilik banyak kambing memaksa orang tersebut menyerahkan kambingnya dengan alasan agar jumlah ternaknya genap 100 ekor.

Si pemilik satu kambing ingin menolak tapi dia tak pernah bisa mengalahkan argumen saudaranya yang pandai berbicara itu. Mendengar hal tersebut, sang Nabi lantas memastikan ucapan pengadu pada pemilik banyak kambing dan dia pun membenarkan.

Kemudian dengan nada marah, sang Nabi mengingatkan bahwa dia telah berbuat zalim. Nabi Daud AS meminta orang itu menghentikan keinginannya atau ia sendiri yang akan melakukannya.

Namun, pemilik 99 kambing tersebut justru membalas dengan pernyataan yang tak kalah pedas. Dia berkata:

“Hai, Daud, kamu justru yang seharusnya dihukum. Kamu sudah memiliki istri 99 orang. Lalu, kenapa kamu masih ingin menikah lagi?

Kamu bersikeras menikahi gadis yang sudah dilamar orang lain. Calon suami gadis itu adalah anggota tentaramu yang setia, keduanya sangat mencintai satu sama lain.” 

Nabi Daud AS sangat terkejut mendengar kata-kata orang tersebut, ia langsung teringat pada seseorang.

Gadis yang dimaksud pemilik 99 kambing adalah Sabiqh binti Syatiqh, dia memiliki wajah yang begitu menawan. Sebelum dilamar sang Nabi, gadis tersebut telah dilamar pria bernama Uria bin Hannan dan mereka akan segera menikah.

Saat mendekati hari pernikahan, Nabi Daud AS justru menugaskan Uria untuk berjihad di medan perang. Sementara itu, sang Nabi langsung terpikat pada calon istri Uria ketika pertama kali melihatnya. Terbesitlah keinginan untuk melamar Sabiqh, lalu ia pun mendatangi orang tua si gadis hingga akhirnya keduanya menikah.

Setelah mendapat teguran dari pemilik kambing tadi, Nabi Daud AS pun menyadari kesalahannya dan merasa sedang mendapat teguran dari Allah SWT. Kemudian, ia bertobat dan memohon ampunan pada-Nya.

Nabi Daud AS dan Cacing Merah

Kisah Nabi Daud AS dan cacing merah diceritakan dalam Mukasyafatul Qulub karangan Imam Ghazali. Suatu hari, sang Nabi duduk di atas tempat peribadatannya sembari membaca Kitab Zabur.

Saat itu, ia melihat seekor cacing merah di tanah, tepat di bawah tempat duduknya. Sang Nabi pun terkejut. Dalam hati, Nabi Daud AS membatin mengapa Allah SWT menciptakan hewan seperti itu.

Atas izin Allah SWT, hewan kecil itu dapat berbicara yang kemudian berkata kepadanya:

“Wahai Nabi Allah, bukankah di waktu siang Tuhanku memberi petunjuk agar aku mengucapkan subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar setiap harinya?

Lalu di waktu malam, Tuhan mengilhamiku untuk mengucapkan allahumma sholli ‘alaa Muhammad, nabiyyul ummi wa ‘alaa aalihi wa shahbihi wa sallim di setiap malamnya? Sedangkan apa yang kau ucapkan itu? Bisakah aku yang seekor cacing ini bisa mengambil manfaat dari ucapanmu?” 

Nabi Daud AS terkejut mendengar ucapan cacing merah. Ia pun menyesal lantaran telah menghina salah satu ciptaan-Nya. Sang Nabi lantas memohon ampunan dan bertobat pada Allah SWT.

Nabi Daud AS Wafat

Kisah meninggalnya Nabi Daud AS dikisahkan dalam sebuah hadis riwayat Abu Hurairah. Diceritakan, ia merupakan nabi yang memiliki tingkat kehati-hatian dan cemburu yang tinggi. Setiap kali keluar rumah, sang nabi selalu mengunci semua pintu rumah sehingga tak seorang pun yang bisa memasukinya sebelum ia pulang.

Suatu ketika, sang nabi keluar dan rumahnya pun telah dikunci. Istri Nabi Daud AS tiba-tiba mengintip dan melihat ada seorang laki-laki berdiri di ruang tengah. Dalam hati, sang istri bertanya-tanya siapa lelaki itu dan dari mana dia bisa masuk rumah padahal semua pintu terkunci.

Beberapa saat kemudian Nabi Daud AS datang, lalu ia menemui lelaki tersebut, dan bertanya siapa dirinya. Laki-laki itu menjawab, “Aku adalah yang tidak pernah merasa takut dengan para raja dan tidak ada sesuatu pun yang dapat menghalangi diriku!”

Sang Nabi kemudian berkata, “Demi Allah, engkau adalah malaikat maut. Kalau begitu, aku ucapkan selamat datang padamu untuk melaksanakan perintah Allah.” Selanjutnya, ia bergegas menuju kamar tempat nyawanya akan dicabut.

Setelah semua kewajiban mengurus jenazah sang Nabi selesai, anak Nabi Daud AS (Sulaiman) berkata kepada burung-burung, “Naungilah ayahku, Nabi Daud.” Kawanan burung tersebut lantas menaungi makam sang Nabi hingga sore. Sulaiman berujar lagi, “Lepaskan sayapmu satu persatu!” Hewan-hewan bersayap itu menuruti perintahnya. []

Baca juga:

Berita terkait
Nabi Isa AS Masih Hidup, Akan Datang Sebelum Kiamat
Nabi Isa AS hingga kini belum meninggal. Ia utuh dengan jasad dan nyawa. Ia akan datang ke dunia sebelum hari kiamat. Ini kisahnya dari permulaan.
Perjalanan Nabi Idris AS Selama 1.000 Tahun di Dunia
Nabi Idris AS hidup selama 1.000 tahun di dunia. Suatu hari ditemani Malaikat Izrail, ia mengunjungi surga dan neraka. Simak percakapan mereka.
Nabi Adam AS, Manusia Pertama di Dunia
Ada riwayat menyebutkan Nabi Adam AS, manusia pertama di dunia, hidup hingga usia 1.000 tahun. Ini profil perjalanannya dari awal hingga akhir.