Palembang - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur (Jatim) menerbitkan imbauan agar para pejabat yang beragama Islam, tidak mengucapkan salam agama lain saat membuka atau sambutan acara resmi.
Imbauan tersebut mendapat pandangan beragam dari berbagai kalangan. Ada yang mendukung, ada pula yang kontra dengan alasan Indonesia dihuni oleh ragam suku, ras dan agama.
Ini bagus dan saya rasa alasannya rasional.
Ketua MUI Sumatera Selatan (Sumsel), Profesor Aflatun Muchtar, turut mengomentari imbauan tersebut. Ia mengaku setuju dengan anjuran MUI Jatim. Pejabat yang memberikan sambutan cukup memberikan salam sesuai agama masing-masing.
"Menurut saya dalam sebuah acara menyampaikan salam cukup satu saja untuk menjaga sakralitas masing-masing agama. Misalnya, assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh dan ditambahkan dengan salam sejahtera untuk kita semua," kata Aflatun kepada Tagar, Rabu 13 November 2019.
Aflatun mengaku setuju dengan imbauan tersebut karena bisa menjaga sakralitas agama, terutama berkaitan dengan akidah. Sehingga tidak membebani yang mengucapkan untuk menyampaikan salam kembali kepada yang bukan se-akidah.
"Ini bagus dan saya rasa alasannya rasional," katanya.
Dia berharap, umat agama lain di luar Islam tidak berkecil hati. Apalagi imbauan sifatnya belum diwajibkan. Namun jika sudah menjadi fatwa, maka umat muslim harus mengikutinya.
"Ini cara efektif dan tidak membuat non-muslim kecewa. Jika pun mereka ingin menyampaikan salam, silahkan dengan cara mereka juga atau ditambahkan salam sejahtera," katanya. []