Muhadjir: Hati Presiden Sangat Ingin Bersama Kita

Saat membuka Pekan Kebudayaan Aceh ke-7, Mendikbud Muhadjir: hati Presiden sangat ingin bersama kita.
Mendikbud Muhadjir Effendy didampingi Plt Gubernur Aceh, Wali Nanggroe, dan Plt Kadisbudpar Aceh, menabuh rapai uroh dalam Pekan Kebudayaan Aceh, Minggu 5/8/2018 (Foto: Tagar/Fahzian Aldevan)

Banda Aceh, (Tagar 6/8/2018) - Pekan Kebudayaan Aceh ke-7 resmi dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy di Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya, Banda Aceh.

Penabuhan rapa-i pasee oleh Grup Raja Buwah dengan alunan syair ‘wamulee’ dilantunkan oleh penyanyi Aceh, Joel Pasee. Tabuhan rapa-i mengawali pembukaan perhelatan akbar empat tahunan sekali itu yang dihadiri ribuan masyarakat yang telah memadati stadion.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mewakili Presiden RI Joko Widodo.

"Sebenarnya saya datang ke Aceh untuk mendampingi Pak Presiden, karena rencana awal memang Pak Presiden yang akan membuka," kata Muhadjir saat memberi sambutan, Minggu malam (5/8).

Muhadjir mengatakan bahwa baru mendapat kabar tadi siang, Presiden Jokowi batal hadir ke Aceh.

"Pak Presiden menyampaikan salam kepada seluruh masyarakat Aceh dan beliau juga menyampaikan permohonan maaf karena tidak bisa hadir membuka acara PKA (Pekan Kebudayaan Aceh) ke-7 ini," katanya.

"Percayalah walaupun beliau belum bisa hadir bersama masyarakat Aceh, tapi hati beliau sangat ingin bersama kita, dan beliau berjanji dalam waktu yang tidak lama akan berkunjung ke Aceh dalam rangka meresmikan proyek-proyek nasional," ungkapnya.

Pekan Kebudayaan Aceh ke 7Penampilan Tari Guel, teater, dan acara puncak yaitu penampilan tari massal oleh 1.100 penari dengan tema ‘Aceh Lhee Sagoe’ yang menggambarkan kebudayaan delapan etnik di Aceh. (Foto: Tagar/Fahzian Aldevan)

Hitam Putih Mata 

Pelaksana tugas (Plt) Gubernur Aceh Nova Iriansyah mengatakan, Pekan Kebudayaan Aceh adalah momen pagelaran khasanah budaya rakyat yang telah berlangsung di Aceh sejak tahun 1958. Kegiatan PKA ini pada prinsipnya diselenggarakan untuk memperkuat rasa persaudaraan sesama rakyat Aceh melalui kegiatan budaya dan syi’ar agama, mengingat ada banyak ragam budaya yang berkembang di daerah ini.

Semua budaya di Aceh umumnya tidak terpisahkan dari tradisi Islam. Sehingga ada pepatah yang menyebutkan, "Hukom ngon adat lagee dzat ngon sipheuet," yang berarti Hukum Islam dan Hukum adat masyarakat Aceh ini ibarat benda dengan sifatnya, tidak dapat dipisahkan. Dalam pepatah Aceh lainnya ada pula yang menyebutkan, "Hukum ngon adat hanjeuet cree, lagee mata itam ngon mata puteh."

"Yang artinya, Hukum Islam dan adat budaya Aceh tidak mungkin terpisahkan. Keduanya ibarat mata hitam dan mata putih," kata Nova.

Nova menjelaskan, Pemerintah Aceh sangat berkepentingan untuk merawat adat dan budaya ini, sebab semua itu adalah bagian dari identitas bangsa. Namun, langkah itu tidak mudah mengingat derasnya arus globalisasi yang begitu mudah menggoda pola pikir masyarakat. 

"Jika arus globalisasi ini tidak diantisipasi dengan baik, budaya dan tradisi lokal akan berpotensi dilupakan," katanya. 

Oleh sebab itu, lanjutnya, salah satu program Pemerintah Aceh yaitu Aceh Meuadab, menekankan adanya upaya penguatan Syariat Islam dan pelestarian budaya, sehingga budaya bersyariat tetap menjadi identitas masyarakat di wilayah ini.

"Kegiatan ini melibatkan Pemerintah Kabupaten/Kota dan semua lembaga adat yang ada di Aceh," sebutnya.

Di samping itu, sambung Nova, ada pula peserta dari luar negeri sebagai undangan khusus untuk memperluas wawasan masyarakat lokal tentang budaya daerah.

"Kami berharap PKA kali ini lebih meriah dibanding kegiatan sebelumnya, sehingga semangat menghargai budaya, menghormati perbedaan, mendukung keberagaman dan melestarikan kearifan lokal menjadi spirit bagi masyarakat di provinsi Aceh ini," ujarnya.

Pada Pembukaan PKA ke-7 tersebut adanya penampilan atraksi seni budaya, penampilan Tari Guel, teater, dan acara puncak yaitu penampilan tari massal oleh 1.100 penari dengan tema ‘Aceh Lhee Sagoe’. Tarian ini menggambarkan tentang kebudayaan delapan etnik yang ada di Aceh. Tarian massal tersebut melibatkan 33 sanggar tari dan teater di Banda Aceh dan Aceh Besar. Tak kalah menariknya, pertunjukan itu dikombinasikan dengan penayangan video mapping. []

Berita terkait
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.