Mudahkan Siswa, Kemendikbud Sederhanakan Kurikulum

Kemendikbud melakukan penyederhanaan kurikulum pembelajaran untuk jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) dan sekolah dasar (SD)
Ilustrasi pembelajaran daring. (Foto: Tagar/Nila Niswatul Chusna)

Jakarta - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melakukan penyederhanaan kurikulum pembelajaran untuk jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) dan sekolah dasar (SD), untuk memudahkan proses belajar siswa selama pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kemendikbud, Totok Suprayitno, menjelaskan, penyederhanaan kurikulum tersebut akibat adanya pandemi Covid-19.

Pandemi, kata dia, membuat proses belajar mengajar tidak optimal, yang ditindaklanjuti oleh Kemendikbud dengan menerbitkan edaran supaya guru melakukan proses belajar tidak perlu mengejar ketuntasan semua kurikulum.

"Artinya kompetensi dasar yang diamanahkan dalam kurikulum 2013 tidak harus diselesaikan semua, mengingat bahwa proses belajar mengajar tidak seperti biasanya. Tidak mungkin seluruh cakupan materi diajarkan," jelasnya, Senin, 10 Agustus 2020.

Beberapa guru atau sekolah ternyata mampu menyikapi isi surat edaran tersebut dengan melakukan pemetaan baru materi pembelajaran, yakni memilah materi yang bisa diringkas, digabungkan, atau bahkan tidak perlu diajarkan.

Tapi ada juga sekolah yang bingung. Nah kalau semua kurikulum diajarkan, itu banyak sekali. Waktunya nggak cukup.

Akhirnya Kemendikbud mengambil keputusan untuk menyederhanakan kurikulum yang ada, serta mengurangi cakupan materi yang sedapat mungkin tanpa mengurangi kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.

"Misalnya belajar angka, karena ini konsep bilangan itu misalnya 1 sampai 99. Itu terlalu luas, diganti dengan 1 sampai 50 saja cukup untuk memahami konsep bilangan."

Untuk semakin memudahkan siswa, guru, dan orang tua siswa dalam pelaksanaan belajar dari rumah, pihaknya juga menyiapkan modul pembelajaran untuk membantu anak-anak belajar mandiri, khususnya dalam pendampingan belajar.

Ada tiga modul yang disiapkan, yakni untuk siswa, untuk orang tua, dan untuk guru. "Kita nulis modul karena berdasarkan survei, salah satu kendala dalam belajar, yang dikhawatirkan adalah lost of learning, banyak anak tidak memahami ketika membaca teks. Oleh karena itu barangkali modul berbasis aktivitas, belajarnya akan lebih mudah dipahami," imbuhnya.

Jika pandemi berakhir sebelum akhir tahun pelajaran, lanjut Totok, kurikulum penyederhanaan ini tetap akan dilanjutkan hingga tahun pelajaran berakhir. Alasannya agar kurikulum tidak terputus dan siswa tidak bingung.

"Kalau tiba-tiba loncat ke kurikulum baru nanti malah bingung".

Sementara, Pengembang Modul Literasi dan Numerasi jenjang SD sekaligus koordinator Mathematics Education SEAMEO QITEP in Mathematics, Wahid Yunianto, mengatakan, modul literasi dan numerasi jenjang SD merupakan hal penting, sebab jika siswa pada jenjang SD dibiarkan tetap di rumah tanpa aktivitas pembelajaran, dampaknya akan lebih parah daripada siswa jenjang SMP maupun SMA yang sebelumnya telah mengenal numerasi.

"Di level SD belum punya basic skill yang mereka bisa mandiri belajar nantinya. Dampaknya learning lostnya akan berdampak sangat negatif ke masa depan mereka kalau pembelajarannya tertunda," ucapnya.

Modul yang disusun, kata Wahid, berbasis aktivitas, dirancang melibatkan orang tua atau anggota keluarga yang ada di rumah. Pada akhir pekan ada kegiatan berbasis projek yang diharapkan ada kolaborasi orang tua dengan peserta didik.

"Aktivitasnya dirancang tematik yang dekat dengan aktivitas keseharian, ada memasak, berkebun, modulnya dirancang ada aktivitas dan berbasis project mingguan."

Pengembangan modul literasi dan numerasi ini mengacu pada kompetensi dasar (KD) yang sudah disederhanakan oleh Kemendikbud, ditambah dengan capaian pembelajaran (CP) dan tema.

Tema yang ada dalam modul itu berbeda dengan tema yang ada dalam kurikulum sebelumnya. Tema dalam modul ini disamakan untuk kelas satu hingga kelas tiga, dan kelas empat hingga kelas enam.

"Diharapkan dengan tema yang sama tersebut nampak sekali progres pembelajarannya," kata Wahid.

Yayuk Hartini, guru SDN 1 Indrasari Martapura, Kalimantan Selatan, mengaku sangat terbantu dengan adanya modul dan penyederhanaan kurikulum. Menurutnya, besarnya cakupan KD di kurikulum sebelumnya, merupakan beban yang lumayan berat untuk guru sebab kondisi belajar di rumah berbeda dengan di sekolah.

"Kalau di sekolah untuk mencapai satu materi kita bisa menyelesaikan dalam satu atau dua jam pelajaran, tapi saat di rumah, itu terlalu banyak iklannya. Jadi ada kalanya yang harus selesai dua jam jadi empat jam, lima jam," jelasnya.

Penyederhanaan ini, lanjut Yayuk, bukan hanya membantu guru, tetapi juga siswa, maupun orang tua siswa, karena mereka bisa menggunakan KD yang esensial saja untuk diterapkan dalam belajar dari rumah (BDR). Aplagi KD dalam penyederhanaan kurikulum ini sudah dipilah yang memang bisa dilakukan untuk kegiatan BDR.

Berita terkait
Kemendikbud Terbitkan Kurikulum Darurat
Kemendikbud menerbitkan kurikulum darurat tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus.
Merdeka Belajar 15 Tahun, Kemendikbud Revisi Aturan
Merdeka Belajar 15 tahun, Kemendikbud berencana melakukan revisi berbagai peraturan perundangan termasuk UU Sistem Pendidikan Nasional.
0
Kementerian Agama Siapkan Pengaturan Hewan Kurban di Tengah Wabah PMK
Menjelang dan pada Iduladha dan tiga hari tasyrik di Iduladha pasti kebutuhan hewan ternak terutama sapi dan kambing itu akan tinggi