Moses Gatutkaca dan Peristiwa Gejayan Berdarah 1998

Nama Gejayan di Yogyakarta memang tidak bisa dilepaskan dari kisah tewasnya mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Sanata Dharma, Moses Gatutkaca.
Ribuan mahasiswa mengikuti aksi #GejayanMemanggil di Simpang Tiga Colombo, Gejayan, Sleman, DI Yogyakarta, Senin (23/9/2019). Mereka mendesak pemerintah dan DPR mencabut UU KPK yang sudah disahkan. (Foto: Antara/Andreas Fitri Atmoko)

Jakarta - Nama Gejayan di Yogyakarta kini memang tak bisa dilepaskan dari kisah tewasnya mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Sanata Dharma, Moses Gatutkaca. Mahasiswa asal Banjarmasin itu tewas saat demo mahasiswa besar-besaran di Yogyakarta pada 8 Mei 1998, yang menuntut Presiden Soeharto lengser.

Moses ditemukan tergeletak di Jalan Kolombo, daerah Gejayan, dekat Posko PMI Sanata Dharma. Dari hidung dan telinganya keluar darah. Nyawanya tak tertolong saat dibawa teman-temannya ke RS Panti Rapih. Menurut dokter kepala Moses terkena pukulan benda keras. Diduga ia terkena gebuk aparat bersenjata.

Seperti para mahasiswa Jakarta yang berdemo tak henti-henti saat itu, di Yogya pun para mahasiswa turun ke jalan. Para mahasiswa dari kampus-kampus di Yogyakarta, seperti UGM, Universitas Sanata Dharma, IKIP Negeri (kini UNY) setiap hari melakukan demo. 

Hari itu, 8 Mei 1998, ribuan mahasiswa bergerak menuju Bundaran UGM, tempat di mana para mahasiswa UGM berunjuk rasa. Para mahasiswa Universitas Sanata Dharma dan IKIP ini akan bergabung dengan rekan-rekan mereka di Bundaran UGM. 

Yel-yel teriakan “turunkan Soeharto” bergema tak putus-putus. Aparat keamanan, yang sudah mendengar akan terjadinya unjuk rasa tersebut, bersiaga, juga memenuhi Jalan Gejayan, salah satu jalan terpanjang dan terpadat di Yogyakarta.

Tewasnya Moses sekitar 20-an tahun silam itu kini dikenal sebagai “Peristiwa Gejayan”.

Bentrokan pun pecah ketika aparat keamanan menyerbu mahasiswa dan “membersihkan” mereka dari Jalan Gejayan. Para mahasiswa kocar kacir, tak berdaya menghadapi keberingasan aparat yang menyerbu, memukuli, dan menghalau mereka. 

Usai bentrokan itulah, Moses ditemukan tergetak di Jalan Kolombo, dekat Jalan Gejayan, dengan tangan ke belakang, seperti dipiting. Dalam perjalanan ke rumah sakit, di dalam ambulans, sekitar pukul 21.55 ia meninggal. 

Dari dompet di sakunya ditemukan KTP dan SIM C yang menerangkan tempat kos-nya: Gang Brojolamatan No 9A Mrican Yogyakarta, sebuah tempat yang tak jauh dari kampusnya. Malam itu sejumlah dosen dan petinggi kampus Sanata Dharma, termasuk Pembantu Rektor III Universitas Sanata Dharma, G. Sukadi, datang “menjenguk” mahasiswa mereka yang sudah terbujur kaku di Rumah Sakit Panti Rapih itu.

Tewasnya Moses tak membuat gerakan mahasiswa Yogyakarta kendur. Demo-demo terus terjadi, hingga kemudian lengsernya Soeharto dari kursi presiden. Moses dianggap sebagai salah satu “pahlawan reformasi,” sama seperti sejumlah rekannya di Jakarta yang tewas tertembak peluru saat berdemo menuntut Presiden Soeharto turun.

Jalan Kolombo, tempat Moses dulu ditemukan bersimbah darah, kini berganti nama menjadi Jalan Moses Gatutkaca. Tewasnya Moses sekitar 20-an tahun silam itu kini dikenal sebagai “Peristiwa Gejayan”. [] 

Berita terkait
Sri Sultan Sebut Macan Tidur di Balik Aksi Gejayan
Ada pihak yang ingin mengambil manfaat. Gejayan itu kan peristiwa 1998. Jangan mudah terpancing. Ada gerakan sistematis membangunkan macan tidur.
4 Rektor Angkat Tangan, Ribuan Orang Demo di Gejayan
Ribuan mahasiswa turun ke Jalan Gejayan Yogyakarta. Mereka prihatin dengan kondisi bangsa, ulah DPR dan pemerintah dianggap tidak pro rakyat.
Tujuh Tuntutan Demonstrasi di Gejayan Yogyakarta
Tujuh tuntutan elemen pelajar, mahasiswa dan masyarakat berdemonstrasi di Gejayan, Yogyakarta pada Senin 23 September 2019.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.