Monyet Rusak Lahan di Gunungkidul, Ini Solusi Sultan

Hewan dengan nama latin macaca fascicularis itu selama bertahun-tahun menyerang lahan pertanian produktif di perbukitan.
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X saat kunjungan kerja di Desa Rejosari, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul pada Senin, 22 Juli 2019.(Foto: Tagar/Hidayat)

Gunungkidul - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X mendapatkan laporan dari warga di Kabupaten Gunungkidul mengenai adanya serangan monyet ekor panjang.

Hewan dengan nama latin macaca fascicularis itu selama bertahun-tahun menyerang lahan pertanian produktif di perbukitan Desa Pundungsari dan Karangsari, Kecamatan Semin.

Laporan itu saat sesi diskusi antara warga dengan orang nomor satu di Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut dalam kunjungan kerja di Balai Desa Rejosari, Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul, Senin 22 Juli 2019.

Seorang warga bernama Sudiyono dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) Desa Pundungsari mengaku serangan monyet ekor panjang akhir-akhir ini sudah sampai ke pemukiman.

"Hanya akhir-akhir ini menyerang sampai ke pemukiman. Kalau tidak ada orang, berani menyerang tanaman di sekitar pemukiman," katanya.

Lahan-lahan di sepanjang gunung-gunung (perbukitan) sudah tidak terjamin lagi tanamannya

Sudiyono mengaku, serangan monyet ini menyebabkan para petani di daerah perbukitan enggan memanfaatkan lahannya. Padahal sebelumnya cukup produktif, dipakai untuk bertanam palawija.

"Lahan-lahan di sepanjang gunung-gunung (perbukitan) sudah tidak terjamin lagi tanamannya. Sekarang hanya ada kayu-kayu saja," tuturnya.

Menanggapi keluhan dari warga, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan ia akan berkoordinasi dengan Dinas Kehutanan DIY untuk mengantisipasi serangan monyet ini. Dari pengalaman sebelumnya, kasus serupa juga terjadi di Kecamatan Rongkop dan Paliyan, Kabupaten Gunungkidul.

"Nanti saya sampaikan ke Dinas Kehutanan. Dulu 10 sampai 12 tahun yang lalu di Rongkop melalui permintaan warga, pernah didatangkan orang dari Badui," katanya.

Orang Badui yang didatangkan oleh Kementerian Kehutanan itu mengantisipasi serangan monyet ekor panjang dengan menangkapnya kemudian memindahkan ke hutan yang jauh dari pemukiman. Cara menangkapnya terbilang cukup unik, yakni terlebih dahulu diamankan komandannya.

"Di Rongkop itu (orang Badui) sudah tahu yang bisa ditangkap ada 50 ekor. 49 ekor anak buahnya, dan satu ekor komandannya," katanya.

Penangkapan selanjutnya dilakukan di daerah Kecamatan Paliyan. Di sana lebih banyak lagi, yaitu sekitar 100 ekor.

"Paliyan itu bisa seratus ekor, berarti dua Komandan. Tahu-tahu yang keluar saat akan ditangkap itu komandannya dulu. Itu yang ditangkap dipegang saja, diam saja. Kera liar itu mestinya galak, tapi diam saja. Saya tidak tahu apa seperti itu lagi kalau minta bantuan ke departemen kehutanan atau tidak," paparnya.[]

Baca juga:


Berita terkait