Merasa Paling Laju, Mobil STTC Dihantam Kereta Api

Mobil kontainer pengangkut bungkus rokok milik perusahaan rokok PT STTC dihantam kereta api.
Mobil kontainer milik perusahaan rokok PT STTC yang dihantam oleh kereta api di Kota Pematangsiantar, Sabtu 22 Juni 2019. (Foto: Tagar/Fernandho Pasaribu)

Pematangsiantar - Mobil kontainer pengangkut bungkus rokok milik perusahaan rokok PT STTC dihantam kereta api pengangkut minyak milik PT KAI di Jalan Tambun Timur, Kelurahan Tambun Nabolon, Kecamatan Siantar Martoba, Kota Pematangsiantar, Sabtu 22 Juni 2019 sekitar pukul 14.30 WIB.

Pantauan Tagar di lokasi kejadian, mobil kontainer Hino nomor polisi BK 8260 WO berwarna hijau itu hancur di bagian boks belakang sebelah kanan, akibat kerasnya hantaman kereta api yang hendak melintasi jalur itu.

Meski mendapat hantaman keras kereta api, tidak ada korban jiwa. Namun, sopir mobil Hino diperkirakan berusia 55 tahun dalam keadaan shock. Pasca kejadian belum diketahui di mana keberadaannya.

Menurut pengakuan seorang saksi bernama Debby Citra Dewi Lubis (26), warga yang juga berada di lokasi mengatakan, sebelumnya dia sudah berusaha menghentikan laju sopir PT STTC yang hendak melintasi rel. Namun sopir tidak menghiraukan teriakan Debby.

"Lihat total lah. Orang kami yang teriak-teriak memanggil dari depan rumah, bilang jangan maju karena ada kereta api," katanya.

Perempuan anak satu itu juga mengatakan sopir sempat berhenti tepat di depan rel. Tetapi karena sopir merasa bisa melewatinya, dia berjalan terus.

Dua kali lah dihajar mobil itu. Makanya mobil itu lompat-lompat dua kali melewati rel. Pikirnya dia lebih cepat dari kereta api itu

"Tadi kami teriak maksudnya suruh dia mundur. Karena sebagian kepala mobil itu sudah dalam rel itu. Udah tahunya dia, sudah sempat berhenti tapi digasnya lagi. Mungkin pikirnya 'ah bisa lewatnya'. Tak tahunya ngak sempat," tuturnya memperlihatkan caranya melambaikan tangan kepada sopir.

Mobil yang baru saja ke luar dari gudang PT STTC diduga hendak ke pabrik pembuatan rokok di Jalan Pendeta Justin Sihombing. Sedangkan kereta api dari arah Kota Pematangsiantar menuju Kota Medan.

"Dua kali lah dihajar mobil itu. Makanya mobil itu lompat-lompat dua kali melewati rel. Pikirnya dia lebih cepat dari kereta api itu," cerocosnya.

Pasca kejadian, sopir keluar dari mobil sembari meminta maaf kepada warga yang ada di situ. "Tadi sopirnya begitu ke luar langsung teriak, minta maaf 'salahlah aku, salahlah aku'. Dia juga sambil gemetaran bilang itu," kata Debby lagi.

Namun Debby bersyukur, pada saat kejadian tak ada warga di bawah pohon mangga tempat pemuda biasa nongkrong.

"Tapi syukur-syukur tadi anak-anak itu tidak ada di bawah pohon mangga dekat lokasi itu. Biasa anak-anak itu main di situ," katanya menunjukkan pohon yang hanya berjarak 1,5 meter dari lokasi terhempasnya mobil.

"Ya traumalah. Karena sempat tadi kupikir pecah ban mobilnya. Kami pikir juga tadi kereta api itu bawa minyak, rupanya mungkin tak ada isinya makanya ngak ada minyak berjatuhan. Untung aja kosong dari Siantar ke Medan," terangnya.

Dia lalu memberi usulan agar dibuatkan palang di rel. Selama ini mobil kontainer milik PT STTC dan kontainer milik perusahaan lainnya sesuka hati melintas di areal perkampungan itu.

"Harapan kami pengen punya palang, supaya lebih hati-hati lagi kan kontainer itu. Karena sebelumnya suka-suka kontainer itu lewat. Sebelumnya pernah juga kontainer kena, cuma bukan punya STTC," katanya.

Di lokasi yang sama, Humas PT STTC Erdi mengaku sudah pernah mengajukan kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Pematangsiantar agar diadakan palang atau pintu rel.

Namun, sejak tahun 2017 sampai saat ini belum juga direalisasikan oleh pihak pemkot.

"Sudah pernah kita ajukan ke pemkot, tapi sampai sekarang belum direalisasikan. Kita lihatlah dulu kekmana realisasinya. Dari 2017, 2018 lah," katanya.[]

Baca juga:

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.