Siantar Keluar 10 Besar Kota Toleran, Respons Walkotnya Bikin Kaget

Terlemparnya Pematangsiantar dari 10 besar kota paling toleran di Indonesia, ditanggapi Wali Kota Hefriansyah.
Wali Kota Siantar Hefriansyah. (Foto: Tagar/Anugerah)

Pematangsiantar - Terlemparnya Pematangsiantar dari 10 besar kota paling toleran di Indonesia, ditanggapi Wali Kota Hefriansyah. Dia menyatakan untuk mempertahankan toleransi bukan hanya tanggung jawab dirinya semata.

"Sama-samalah kita benahi. Kan enggak kerjaanku sendiri itu," ujar Hefriansyah kepada Tagar usai mengikuti pertemuan di Polres Pematangsiantar, Senin, 1 Maret 2021.

Terkait hal itu, ujar Hefriansyah, pemerintah kota akan melakukan pertemuan dengan tokoh lintas agama dan tokoh masyarakat.

"Ya, nanti kita akan adakan pertemuan dengan tokoh-tokoh, diskusi-diskusi ringan, ketawak- ketawak, cerita-cerita untuk kita perbaiki agar saling mengasihi dan menyayangi," tukas Hefriansyah.

Kita berharap ke depan bisa diperbaiki bersama-sama. Mengembalikan Siantar sebagai kota toleran

Hefriansyah mengatakan sikap toleran masih menjadi identitas kota Pematangsiantar. Dia pun meminta agar masyarakat tetap saling menghargai serta tidak reaktif pada persoalan yang terjadi.

"Toleransi itu kan saling menyayangi, mencintai, persaudaraan. Jangan terlalu reaktif, ngotot, bicara yang santun, lembut, ya begitulah," tuturnya.

Sementara itu anggota DPRD setempat, Denny Torang Siahaan berharap Pematangsiantar dapat kembali merebut predikat sebagai kota toleran di tahun depan. Dia mengajak masyarakat agar menjaga pluralisme dan keberagaman.

"Kita berharap ke depan bisa diperbaiki bersama-sama. Mengembalikan Siantar sebagai kota toleran. Jangan mau terpecah-pecah, mari merawat kebersamaan dan keberagaman yang sudah terjalin bertahun-tahun di Kota Siantar," tutup Denny.

Sebelumnya diberitakan, Wakil Ketua Badan Pengurus Setara Institute Bonar Tigor Naipospos menyampaikan, pihaknya sudah melakukan studi terkait toleransi sebanyak empat kali pada 2015, 2017, 2018, dan 2020. Seiring waktu banyak terjadi dinamika tindakan intoleransi yang cukup tinggi di beberapa kota.

Baca juga: Siantar Terlempar dari 10 Besar Kota Paling Toleran di Indonesia

"Terbukti dari skor-skor indeks setiap kota, kalau dilihat dari laporan 2015-2020 terjadi dinamika yang cukup tinggi, ada kota-kota yang tadinya masuk 10 besar, terlempar, adanya yang tadinya skor rendah karena toleransinya buruk malah justru naik ke tingkat madya. Contoh beberapa kota, seperti Pematangsiantar, yang selalu masuk 10 besar tapi pada 2020 terlempar dari posisinya," kata Bonar Tigor.

Hal itu kata Bonar, disebabkan terjadinya dinamika antara masyarakat atau peristiwa antar kelompok beragama yang cukup banyak. Karena itu, perlu regulasi serta kebijakan pemerintah kota untuk merawat kota toleran.

"Selain pertumbuhan penduduk yang menimbulkan dinamika sosial terkadang meski pemerintah komitmen merawat toleransi namun ada juga pemimpin daerah yang secara pragmatik ketika menghadapi persoalan yang bersinggungan dengan basis agama cenderung pragmatis mengedepankan pendekatan hukum atau memihak kepada kelompok tertentu demi kepentingan suara elektoral, dukungan dan elektabilitas dari kelompok tertentu. Akibatnya hak-hak minoritas terabaikan dan dinamika ini terus terjadi dan berubah tiap tahun," ungkapnya.[Anugerah]

Berita terkait
Jaksa Setop Kasus 4 Nakes Siantar, SKP2 Dikirim ke Pelapor Via Pos
Kuasa hukum pelapor penistaan agama empat nakes Pematangsiantar kecewa salinan surat penghentian perkara dikirim jaksa lewat kantor pos.
Jaksa Siap Hadapi Praperadilan Penistaan Agama 4 Nakes Siantar
Kajari Pematangsiantar mengaku siap menghadapi gugatan praperadilan kasus penistaan agama empat nakes RSUD dr Djasamen Saragih.
Pengakuan Nakes Siantar Pasca Putusan Jaksa dan Sikap Pelapor
Salah seorang nakes Pematangsiantar bangga atas keputusan jaksa menghentikan kasus dugaan penistaan agama yang menjeratnya.