Menyesatkan Sebut Omicron Sebagai Penyakit Ringan

Meskipun infeksi Omicron “tidak terlalu parah” WHO memperingatkan “narasi bahwa Omicron adalah penyakit ringan menyesatkan”
Jalanan di Ibu Kota Peru, Lima, dipenuhi para warga di saat jumlah kasus baru Covid-19 yang disebabkan oleh varian Omicron terus bertambah. Foto diambil pada 12 Januari 2022 (Foto: voaindonesia.com - Reuters/Angela Ponce)

Jakarta – Meskipun infeksi Omicron “tidak terlalu parah,” Direktur Jenderal (Dirjen) Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO), Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, memperingatkan “narasi bahwa Omicron adalah penyakit ringan menyesatkan, merusak respon keseluruhan dan menelan lebih banyak korban jiwa” karena varian ini “terus menyapu dunia.”

Berbicara pada wartawan di Jenewa pada Selasa, 18 Januari 2022, Tedros mengatakan terdapat lebih dari 18 juta kasus yang dilaporkan pada minggu lalu. Jumlah kematian tetap stabil, tetapi “dampak Omicron terhadap petugas kesehatan yang sudah kelelahan dan sistem kesehatan yang sudah terbebani” tetap memprihatinkan.

Ia mengatakan meskipun kasus Omicron di beberapa negara telah mencapai puncaknya dan dampak yang terburuk dari gelombang Omicron ini sudah berakhir, tetapi “belum ada negara yang keluar dari perebakan ini.”

dirjen whoDirektur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, berbicara dalam sebuah kesempatan di Jenewa, Swiss, 29 November 2021 (Foto: voaindonesia.com - AFP/WHO/Christopher Black)

Dirjen WHO itu mengatakan ia tetap prihatin dengan banyaknya negara yang masih “memiliki tingkat vaksinasi rendah karena orang-orang lebih berisiko parah dan berpotensi meninggal jika mereka tidak divaksinasi.”

Tedros menggarisbawahi bahwa varian Omicron menyebabkan rawat inap dan kematian, “bahkan kasus yang tidak terlalu parah pun akan membanjiri fasilitas kesehatan.”

Tedros menambahkan, “virus ini beredar terlalu cepat dan banyak orang yang masih rentan. Bagi banyak negara, beberapa minggu ke depan menjadi sangat penting bagi petugas kesehatan dan sistem kesehatan.”

Oleh karena itu, Tedros mendesak semua orang melakukan yang terbaik untuk mengurangi risiko infeksi guna membantu menghilangkan tekanan terhadap sistem kesehatan.

“Sekarang bukan waktunya untuk menyerah dan mengibarkan bendera putih. Kami masih dapat secara signifikan mengurangi dampak gelombang perebakan saat ini dengan berbagi dan menggunakan alat-alat kesehatan secara efektif, dan menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat dan sosial yang kami tahu akan berhasil,” tambahnya.

Dr Maria Van KerkhoveDr Maria Van Kerkhove (Foto: who.int)

Pimpinan Teknis Covid-19 di WHO, Dr Maria Van Kerkhove, menekankan perlunya untuk tidak menyerah tentang strategi yang ada untuk memerangi pandemi.

“Kami mendengar banyak orang mengatakan Omicron adalah varian terakhir, yang berakhir setelah ini. Dan itu terjadi karena virus ini beredar pada tingkat yang sangat luas di seluruh dunia, dan akan ada pembaruan epidemiologi mingguan yang akan diterbitkan dalam beberapa jam yaitu bahwa ada peningkatan 20% kasus dalam tujuh hari terakhir dengan hampir 19 juta kasus."

"Sementara kematian stabil di kisaran 45.000 kematian per minggu, dan ini seharusnya tidak terjadi karena kita memiliki berbagai cara (untuk mengatasi itu),” ujar Van Kerkhove (em/jm)/Associated Press/voaindonesia.com. []

Penyebaran Omicron di Indonesia Terus Meluas

Omicron Dorong Pembatalan Penerbangan di Seluruh Dunia

Dunia Tak Siap Hadapi Omicron dan Varian Baru Lain

Omicron Membuat Maskapai Penerbangan Dunia Kelabakan

Berita terkait
WHO Sebut Terlalu Cepat Perlakukan Covid-19 Seperti Flu
Namun, virus corona (Covid-19) tersebut belum dapat dilihat sebagai penyakit endemik seperti layaknya flu
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.