Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Pemerintah terus berupaya mengembalikan ekonomi Indonesia ke jalur positif meski di tengah pandemi Covid-19. Hal ini, diungkapkan Menko Airlangga saat menjadi narasumber dalam acara bertajuk “Strategi Indonesia Keluar dari Pandemi”, Sabtu 24 Oktober 2020 yang dilakukan secara daring.
Proyeksi di tahun 2021 seluruhnya positif. IMF memprediksi 6,1%, World Bank 4,8%, ADB 5,3%, dan OECD 5,3%.
Menurut Menko Airlangga, sejumlah indikator menunjukkan tren membaik, mulai dari realisasi penanaman modal, neraca perdagangan, inflasi, kinerja pasal modal, stabilitas sektor jasa keuangan, hingga ketahanan sektor eksternal.
Sementara sebelumnya, Lembaga Internasional memproyeksikan Ekonomi Global 2020 terkoreksi cukup tajam, namun pada 2021 akan membaik.
“Indonesia diprediksi oleh berbagai lembaga. Di tahun 2020, IMF memprediksi 0,3%, World Bank 0,0%, ADB -1,0%, dan OECD -3,3%. Sedangkan proyeksi di tahun 2021 seluruhnya positif. IMF memprediksi 6,1%, World Bank 4,8%, ADB 5,3%, dan OECD 5,3%,” jelas Airlangga.
Selanjutnya Menko merinci, realisasi Penanaman Modal sampai September 2020 mencapai Rp 611,6 triliun atau tumbuh 1,7% (yoy). Capaian ini, merupakan 74,8% dari target Penanaman Modal di tahun 2020 sebesar Rp 817,1 triliun.
“Secara kumulatif, penyerapan tenaga kerja dari penanaman modal tersebut hingga September 2020 mencapai 861.581 tenaga kerja atau naik 22,50% (yoy) dibanding tahun lalu,” ucap Airlangga.
- Baca Juga : Airlangga: Zona Merah Dapat Prioritas Vaksin Covid-19
- Baca Juga : Menko Airlangga Ajak Pengusaha Jerman Pulihkan Ekonomi RI
Kemudian, kinerja Perdagangan Luar Negeri hingga September 2020 mencatatkan surplus yang terjadi seiring penurunan impor lebih dalam dibanding ekspor. Sehingga neraca perdagangan Indonesia mulai Januari sampai dengan September 2020 surplus $ 13,51 milliar. Pencapaian ini, jauh lebih baik dibanding periode sama tahun lalu yaitu defisit $ 2,24 miliar dengan total defisit 2019 sebesar $ 3,59 miliar.
Menko Airlangga menambahkan, Perkembangan inflasi di tengah pandemi ini dipengaruhi oleh kestabilan harga dan kondisi permintaan yang masih membutuhkan dorongan. Dukungan stimulus perlindungan sosial juga diberikan agar mendorong naiknya permintaan melalui peningkatan daya beli masyarakat.[]