Mengikuti Jejak Duka Pemakaman Ciputra

Jenazah Ir. Ciputra telah dimakamkan di taman makan keluarga di Desa Sukamaju, Jonggol, Bogor, Jawa Barat, Kamis, 5 Desember 2019.
Liang lahat Ciputra ditutup. (Foto: Tagar/Rully)

Jakarta - Konglomerat besar Tanah Air Dr Ir Ciputra telah berpulang. Pengusaha sukses bidang properti ini meninggal di usia 88 tahun. Ia dikebumikan di pemakaman keluarga di Desa Sukamaju, Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis 5 Desember 2019. 

Hari itu, pagi baru saja menyembul. Hiruk pikuk suara kendaraan motor dan mobil melintas di depan gedung Enterprenuer Art, Jakarta Selatan. Sebuah mobil ambulans sudah stand by, siap berangkat, di sekitar pintu keluar gedung. Mobil pengangkut jenazah Ciputra itu posisinya mengarah menuju Jalan Prof Dr Satrio.  

Sekira pukul 08.22 WIB, mobil ambulans jenis minibus itu mulai meluncur ke jalan utama Satrio. Berdiri berjejer sepanjang jalan keluar gedung, sekitar 30 sekuriti memberi penghormatan untuk yang terakhir kali ke sang pengusaha.

Perjalanan dari Jakarta hingga Jonggol berjalan lancar. Iringi-iringan mobil ambulans dan sejumlah mobil pengantar melaju dalam kecepatan yang teratur. Tak terasa, setelah berjalan sekitar satu jam, ambulans dan rombongannya sudah sampai di Cibubur.

Papan reklame dengan wajah Ciputra tersenyum dan ucapan selamat jalan, berdiri kokoh di tepi jalan. Tidak hanya satu, banyak papan serupa berdiri berderet-deret sepanjang jalan menuju tempat pemakaman di Desa Sukamaju, Jonggol. 

Suara sirine ambulans terdengar membelah jalan pedesaan mendekati kawasan pemakaman. Kerumunan warga di beberapa titik di pinggir jalan turut menyambut mobil pembawa jenazah dengan tatapan duka. Berikut sejumlah mobil dan bus pembawa pelayat yang mengikuti di belakangya. 

Sekitar pukul 10.00 WIB, mobil pembawa jenazah tiba di kawasan pemakaman keluarga Citra Indah City, Jonggol. Belum terlalu siang memang namun panas cukup menyengat. 

Keluar semua, tinggal hanya saya sendiri yang bertahan. Jadi itu satu yang membuat kedekatan sama om.

CiputraPamflet Dr. (HC) Ir. Ciputra terpampang di jalan raya Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. (Foto: Tagar/Santi Sitorus)

Mobil ambulans dan mobil keluarga hanya bisa sampai ke gerbang pemakaman. Pun demikian dengan mobil lain, termasuk kendaraan roda dua dari mereka yang hendak mengikuti prosesi pemakaman juga hanya bisa di kisaran gapura masuk. 

Malah banyak mobil yang terparkir cukup jauh dari gerbang lantaran banyaknya warga dan tokoh masyarakat yang hendak memberi penghormatan terakhir ke Ciputra. Sejumlah warga harus mengatur sedemikian rupa posisi kendaraan agar tidak terjadi kesemrawutan di sekitar gerbang.  

Dari gerbang ke liat lahat berjarak sekitar 100 meter. Semua orang yang hendak mengikuti proses pemakaman di bawah tenda sekitar makam harus berjalan kaki. Sepanjang jalanan dihiasi dengan pajangan bunga putih. 

Sejumlah petugas membawa peti mati dari ambulans menuju tenda di sekitar liang lahat. Diikuti rombongan keluarga, kerabat, karyawan dan pelayat lain, mengiringi berjalan kaki di belakang.   

Panas kian terasa ketika menyusuri jalanan menuju liang lahat. Pantulan panas dari aspal jalan membuat siapapun tak ingin berlama di badan jalan. Para pelayat berupaya mempercepat langkah sembari menutupi kepala dengan tas jinjing, tangan, jaket atau benda apapun yang bisa dijadikan pelindung.

Sejumlah pelayat penting dan tamu VIP mendapat fasilitas payung seragam berwarna hitam. Meski demikian, saking teriknya tetap saja keringat menetes dari kepala hingga dada. Sesekali mereka terlihat mengerutkan kening karena silau teriknya mentari.

Suasana pemakaman tidak seperti pemakaman pada umumnya. Malah mirip pesta resepsi pernikahan. Tenda layaknya tenda pesta berwarna putih mengelilingi sekitar lubang makam. Harum semerbak bunga menyeruak di antara area makam. 

Warna putih yang mendominasi tenda senada dengan mereka yang siang itu berkabung. Hampir semua yang hadir, mulai dari keluarga, tokoh masyarakat sampai pelayat dari kalangan karyawan perusahaan almarhum Ciputra, mulai Jaya Grup, Ciputra Grup dan Metropolitan grup, kompak mengenakan kemeja putih dipadu bawahan hitam. 

Keluarga CiputraKeluarga Ciputra terlihat menangis saat ibadah. (Foto: Tagar/Rully)

Haru Membekap

Detik-detik suasana haru mulai terasa ketika prosesi pemakaman dimulai dari pukul 10.34 WIB. Alunan terompet terdengar mengalun menyayat sembilu. Diiringi alunan musik drumben. 

10 pria seragam putih lengkap dengan sarung tangan sigap mengangkat peti jenazah Ciputra. Berjalan perlahan penuh kehati-hatian mendekati liang lahat. 

Peti mati warna coklat itu terlihat elegan, memperlihatkan khas kemewahan. Di ujung peti ada pegangan yang terbuat dari besi dengan warna kuning emas. Ditutup dengan bendera Ciputra berwarna coklat keemasan.

Merambat pelan menuju dan akhirnya berhenti di dekat lubang kubur. Mengikuti di belakang peti mati rombongan keluarga. Terlihat juga istri almarhum Ciputra, Dian Sumeler, mengenakan busana hitam-hitam duduk di atas kursi roda. 

Tak menunggu lama acara dimulai. Diawali dengan menyanyikan himne Jaya Raya, Metropolitan berlanjut himne Ciputra. Seluruh karyawan ikut menyanyikan lagu-lagu tersebut sembari tertunduk. Beberapa diantaranya terlihat berkaca dan sesenggukan menahan tangis. 

Rampung dengan lagu kebesaran perusahaan, pembacaan riwayat hidup terdengar dari pengeras suara. Protokoler pemakaman menyebut Ciputra meninggalkan satu orang istri, empat orang anak, empat orang menantu, sepuluh orang cucu dan cicit.

Om Cip tidak hanya founder Jaya Raya tapi sudah seperti kayak ayah saya sendiri.

Pemakaman CiputraPeti jenazah Ciputra tiba di Pemakaman Keluarga Ciputra, Jonggol, Bogor, Kamis, 5 Desember 2019. (Foto: Tagar/Nurul Yaqin)

Kemudian prosesi diisi dengan khotbah yang dibawakan oleh Pendeta Ifan. Momen ini membuat keluarga besar yang ditinggal Ciputra tak kuasa membendung air mata.

Sembari melantunkan lagu rohani Kristen Engkau Sungguh Baik air mata terlihat membasahi wajah sebagian besar anggota keluarga. Hingga wajah dan hidung mereka memerah penanda duka membekap jiwa. Sapuan tisu dan sapuan tangan hanya mampu menyeka air mata, belum menghapus kesedihan.

Susana duka ini menjalar ke pelayat lain. Sejumlah karyawan juga merasa kehilangan sosok yang selama jadi panutan. Pipi mereka mengkerut, memerah hingga menangis berurai air mata.

Kesedihan makin menusuk kala peti berisi jenazah Ciputra diturunkan ke liang lahat pada 11.07 WIB. Alunan musik lagu rohani yang mengalun mendayu menambah koyakan duka. 

Kenangan terakhir ke suami tercinta, Dian Sumeler menaburkan bunga mawar merah dan putih ke liang kubur Ciputra. Diikuti anak, menantu, cucu dan cicitnya. Cairan kepiluan terus mengalir, mambasahi wajah hingga menyembabkan kantung mata. 

Tak lupa, topi yang sudah menjadi ikonik Ciputra diletakkan di atas peti mati di liang kubur oleh anak pertamanya, Candra Ciputra. Topi itu berwarna hitam dengan logo kebesaran perusahan Ciputra.

Pemakaman CiputraIstri Ciputra, Dian Sumeler (baju hitam) beserta empat anak dan menantu menaburkan bunga ke dalam liang lahad Ciputra di Pemakaman Keluarga Ciputra, Jonggol, Bogor, Kamis, 5 Desember 2019. (Foto: Tagar/Nurul Yaqin)

Duka Susi Susanti

Tidak hanya pihak keluarga yang merasa kehilangan father of enterprenuer. Publik figur yang siang itu hadir, salah satunya Susi Susanti, tak mampu menyembunyikan dukanya. 

Mantan pebulu tangkis kelas wahid dunia ini mengaku Ciputra adalah sosok yang membawanya pada puncak karir sebagai atlet. Dalam setiap kemenangan yang diraih, di situ ada Om Cip, sapaan akrab Susi Susanti ke Ciputra.  

"Om Cip itu sudah kayak ayah saya di Jakarta. Dari nasehat-nasehatnya, dari pas belum juara saja om sering ke tempat latihan. Lalu pas pertandingan PON di Kuningan, om duduk di pinggir lapangan mendukung saya. Selalu ada saat saya juara juga, om selalu kasih telepon," beber Susi dengan mata berkaca-kaca.

Ciputra hadir jauh sebelum Susi sukses. Ia telah mengenal Ciputra sejak berusia 14 tahun. Pria kelahiran Parigi, Sulawesi Tengah itu selalu memberi dukungan dirinya. Termasuk ketika klub yang membesarkannya, PB Jaya Raya, mulai ditinggal pergi oleh para atlet lantaran masalah finansial. 

"Pindah ke Jakarta usia 14 tahun. Jadi, awal banget sampai kemarin, situasi ekonomi banget. Keluar semua, tinggal hanya saya sendiri yang bertahan. Jadi itu satu yang membuat kedekatan sama om," ujarnya.

Tak heran, jika Susi menganggap pendiri Jaya Raya Grup itu sebagai ayahnya sendiri."Om Cip tidak hanya founder Jaya Raya tapi sudah seperti kayak ayah saya sendiri," ucap dia. 

Saya juga dibesarkan klub Jaya Raya, saya harus membalas budi. Meskipun dalam situasi terpuruk paling bawah saya akan tetap ada di sisi om.

Pemakaman CiputraSusi Susanti hadir dalam pemakaman Ciputra. (Foto: Tagar/Nurul Yaqin)

Satu kenangan yang tak terlupakan dari pemilik nama asli Lucia Francisca Susi Susanti adalah saat Jaya Raya hampir bangkrut dan Ciputra ingin membubarkan. "Om bilang kalau kamu tidak keluar, kita bangun lagi Jaya Raya itu," kenang Susi.

Melihat dukungan yang besar dari Ciputra, Susi tidak ingin mengecewakan. Meskipun saat itu banyak penawaran dari klub lain yang lebih mapan, tapi pebulu tangkis tunggal wanita itu tetap bertahan, berjuang bersama dengan Ciputra.

"Tidak om, tidak apa-apa. Saya juga dibesarkan klub Jaya Raya, saya harus membalas budi. Meskipun dalam situasi terpuruk paling bawah saya akan tetap ada di sisi om," ujarnya kepada Ciputra kala itu.

Kini, Ciputra telah nyenyak dalam tidur abadinya. Ia ditemani oleh orang-orang yang dicintai di kompleks pemakaman keluarga seluas empat hektar. 

Ciputra dimakamkan dekat dengan makam kedua orang tuanya, adalah sang ayah Tjie Siem Poe dan ibundanya, Lie Eng Nio. Juga dekat dengan makam dua mertuanya, Sia Sui Hok dan Kho lien Nio. 

Tak jauh dari makam Ciputra, di sisi utara ada tiga makam lain. Yakni saudara dari ayah Ciputra bernama Bayan Akochi atau Tjie Tjin Hok dan kerabatnya serta makam dari bibi Dian Sumeler. []

Baca juga:

Lihat lainnya:

Berita terkait
Susi Susanti: Om Ciputra Selalu Ada Saat Saya Juara
Sosok pebisnis Ciputra bagi mantan pebulutangkis Indonesia, Susi Susanti sudah dianggap seperti bapaknya sendiri.
Ciputra, Kepingan Kehidupan Seperti Film McFarland
Ciputra pada suatu masa kepingan hidupnya di dusun kecil di Sulawesi Utara akan mengingatkan Anda pada penggalan cerita film McFarland.
Menpora Sebut Ciputra Berjasa Bagi Olahraga Nasional
Menpora Zainudin Amali akan melayat ke kediaman Ciputra sebagai ucapan terima kasih atas pengabdian serta jasanya di bidang olahraga.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.