Mengikis Ketergantungan Anak-anak Terhadap Gawai

Anak-anak memiliki kecenderungan lekat dengan telepon pintar, dan segala jenis aplikasinya, terutama permainan daring.
Anak-anak tengah fokus membuat wayang rotan, di Sanggar Rumah Aksara Wilis Bersaudara, Desa Teluk Wetan, Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Minggu 7 Juli 2019. (Foto: Tagar/Padhang Pranoto)

Jepara - Anak-anak yang lahir selepas tahun 2010, memiliki kecenderungan lekat dengan telepon pintar, dan segala jenis aplikasinya, terutama permainan daring. Seperti hampir muskil melepaskan ketergantungan Generasi Alpha terhadap Gawai. 

Kecanduan teknologi itu, tak hanya ada dialami oleh anak-anak di perkotaan. Di pelosok desa, seperti Desa Teluk Wetan, Kecamatan Welahan, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, kegemaran anak-anak terhadap gawai, pun sulit dilepaskan.

Seperti Kaffa, 10 tahun, ia mengaku lebih baik bermain gawai ketimbang bermain di luar. Di musim liburan seperti ini, ia mengaku lebih senang bermain permainan daring, seperti PUBG, ML dan Free Fire.

"Dolanan neng jaba gak ana kancane e, mending dolanan hape (bermain diluar tidak ada temannya kok. Mendingan bermain hp)," tutur bocah itu, Minggu (7 Juli 2019).

Berangkat dari keprihatinan itu, Wikha Setiawan seorang pegiat seni dan kepustakaan Rumah Aksara Jepara Desa Teluk Wetan tergugah untuk mengikis kecanduan anak-anak terhadap Gawai. Ia lantas menggagas sebuah acara dolanan membuat wayang dari bahan rotan.

Selain untuk sedikit menepis ketergantungan anak-anak di kampungnya terhadap gawai, acara itu juga bertujuan agar keterampilan menganyam rotan ikut terasah.

Perlu diketahui, Desa Teluk Wetan, merupakan sentra penghasil anyaman rotan di Kabupaten Jepara. Produk-produk seperti tempat buah ataupun parsel dan kursi anyaman rotan banyak yang sudah terjual seantero Indonesia.

Wikha mengatakan, kegiatan dolanan menganyam wayang rotan sudah dilakukannya sejak 2017 silam.

"Dulu masih gampang mengajak anak-anak bermain membuat wayang dari rotan. Namun kini, anak-anaknya susah, lebih memilih bermain handphone. Bahkan, kemarin saya survei kecil-kecilan, mau lihat anak-anak sekarang bermainnya di mana. Ternyata mereka lebih memilih nongkrong dengan teman sebayanya, tapi masing-masing memegang hp dan sibuk bermain," tuturnya.

Ia mengakui, sangat sulit melepaskan ketergantungan anak-anak di kampungnya dengan gawai. Bahkan, dari permainan online, ada beberapa manfaat yang kadang tak disadari, diperoleh bocah-bocah itu. Semisal, mengetahui arti dari kata-kata berbahasa asing.

Akan tetapi, hal itu jangan sampai menghilangkan ikatan sosial anak-anak dengan lingkungan dan budaya setempat.

"Oleh karena itu, saya mengagas permainan membuat wayang rotan, karena memang budaya menganyam rotan di sini (Desa Teluk Wetan) sudah ada sejak dulu. Bahkan sudah menjadi ladang pekerjaan," terang Wikha.

Susah-Susah Gampang

Kegiatan pada Minggu pagi itu diikuti sebanyak 20 orang anak. Dimulai pukul 08.00, bocah-bocah kampung itu berhasil menyelesaikan pembuatan wayang cukup singkat, hanya 30 menit. Ada yang sempurna, namun tak jarang yang mengeluh susah.

Kaffa yang ikut dalam pembuatan wayang itu, mengaku cukup senang. Meskipun, baru pertama kali mencoba.

"Senang sih bisa membuat yang begini. Tapi agak sulit juga waktu mengaitkan rotannya," akunya.

Hal serupa diungkapkan oleh Sarip. Ia mengaku baru pertama kali membuat wayang berbahan rotan. Namun, ia mengaku tak kesulitan membuatnya.

"Gampang ternyata, cuma lima menit tadi buatnya," celoteh bocah itu.

Bocah lain, Dika mengaku sulit saat mencoba membuat permainan itu. Namun setelah mengikuti arahan, ia akhirnya bisa membentuk bilah-bilah rotan menjadi bentuk wayang.

"Susah sih, untuk melingkarkan rotan menjadi bentuk kayak gini (wayang). Kalau liburan ini baru sekali ikut bermain-main membikin ini," ungkap Dika, yang kini naik ke kelas 4 SD.

Setelah selesai, bocah-bocah pun nampak semringah menimang-nimang wayang rotan buatan mereka.

Meskipun sederhana, namun tanpa disadari, kegiatan dolanan itu bisa mengikis ketergantungan anak terhadap gawai, walau hanya satu jam. []

Berita terkait
Balita Boleh Main Gadget Tidak Lebih 30 Menit
Menurut dr Soedjatmiko, anak balita boleh memainkan gadget tapi durasinya pendek tidak boleh lebih dari 30 menit dalam satu hari.
Ponsel Dilengkapi 5 Kamera Jadi Bagian 3 Gadget Paling Ditunggu 2019
Di tahun 2019 ini, sejumlah ponsel diantisipasi penikmat gadget.
Ramai Informasi Hoaks, Tamara Geraldine Ajak milenial Cerdas Pakai Gadget
Mengisi kemerdekaan salah satu caranya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.