Mengenang Jasa Tirtoadisuryo, Bapak Pers Nasional Indonesia

Beliau adalah seorang yang memberi inspirasi bagi masyarakat yang bingung dan tidak memiliki pijakan visi yang luas, dan cenderung kacau.
Lukisan dan patung Tirtoadisuryo, Bapak Pers Nasional Indonesia. (Foto: Tagar/Ist)

Jakarta - Nama Tirtoadisuryo mungkin agak terdengar asing di telinga masyarakat Indonesia. Padahal, dia adalah salah satu tokoh penting di Indonesia. Beliau merupakan perintis Pers Nasional Indonesia, dan tokoh kebangkitan Nasional Indonesia.

Nama lengkapnya Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo, beliau lahir di Blora pada tahun 1880, namun Tirto lebih lama tinggal di daerah Bandung, Jawa Barat

Dikutip dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, Tirtoadisuryo yang disebut sebagai Bapak Pers Nasional ini adalah seorang yang memberi inspirasi bagi masyarakat yang bingung dan tidak memiliki pijakan visi yang luas, dan cenderung kacau.

Sejak muda Tirto rajin mengirimkan tulisan-tulisannya ke sejumlah surat kabar yang dimuat dalam bahasa Belanda dan Jawa. Beliau juga pernah membantu Chabar Hindia Olanda pimpinan Alex Regensburgh dalam kurun waktu kurang lebih dua tahun sebelum pindah menjadi redaktur Pembrita Betawi, Pimpinan F. Wriggers. Tak lama dari itu Pembrita Betawi langsung dipimpin oleh Tirto.

Karir pertamanya dalam bidang jurnalistik yaitu saat ia memimpin Soenda Berita, surat kabarnya sendiri (1903-1905). Perlu diketahui, Soenda Berita merupakan surat kabar pertama yang dikelola langsung oleh pribumi. Ia kemudian mendirikan surat kabar mingguan “Medan priyayi” pada tahun 1909, dan ditahun yang sama Tirtoadisuryo bersama haji Mohammad Arsjad dan Pangeran Oesman mendirikan perusahaan penerbitan pertama di Indonesia, N. V Javaanshe boekhandelen Drukkerij “Medan Priyayi”.

Pada waktu itu Medan Priyayi begitu digemari oleh masyarakat Indonesia karena adanya satu kolom khusus yang menyediakan penyuluhan hukum gratis. Tirto sering dibuang ke tempat terpelosok selama berbulan-bulan lamanya karena pemberitaan di surat kabar Medan Priyayi sering dianggap menyinggung kolonial Belanda.

Setelah berjuang menegakan pers di Indonesia, Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo tutup usia pada tanggal Tujuh Desember 1918. Ironisnya, tidak ada satupun surat kabar di Indonesia yang memuat berita tentang kematiannya.

Tirtoadisuryo pernah berkata, tugas pers haruslah memajukan dan memahami hak-hak dan martabat rakyat. Sebagai penulis berita, perumus gagasan, pengarang karya-karya non-fiksi dan atas perjuangannya dalam membangun dunia pers Indonesia, pada tahun 1973 Dewan Pers RI menetapkan Tirtoadisuryo sebagai Bapak Pers Nasional.

Dalam rangka merayakan Hari Pers Nasional yang diperingati setiap tanggal 9 Februari ini, berikut jasa-jasa Tirtoadisuryo yang perlu diketahui.


Mendirikan koran nasional pertama Indonesia

Di era modern seperti sekarang, kita mungkin akan mudah mendapatkan koran dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan koran online pun bisa kita baca saat melalui perangkat yang kita miliki. Keadaan ini berbeda ketika Belanda masih menguasai Indonesia. Penduduk di negeri ini dibatasi untuk bersuara, pers pun hanya muncul di sekitaran Belanda dan kalau pun bisa dibaca masyarakat isinya hanya propaganda.

Berangkat dari keadaan yang sangat miris ini, Tirtoadisuryo mulai melakukan gebrakan baru. Setelah keluar dari STOVIA dia mendirikan beberapa koran di Bandung seperti Soenda Berita di tahun 1903-1905, Medan Prijaji dai tahun 1907, dan Putri Hindia di tahun 1908. Koran yang didirikan oleh Tirtoadisuryo akhirnya menyebar ke seluruh Indonesia, bahkan memiliki pelanggan tetap dengan jumlah ribuan.

Dari tiga koran yang akhirnya dibuat oleh Tirtoadisuryo, Medan Prijaji dianggap sebagai koran paling berhasil. Bahkan koran ini dianggap sebagai media nasional pertama di Indonesia karena menjangkau banyak kalangan. Penggunaan Bahasa Melayu pada koran ini juga memudahkan banyak orang memahami berita yang awalnya hanya ditulis dalam Bahasa Belanda saja.


Menyebarkan propaganda melalui pena

Melalui tulisan-tulisannya Tirtoadisuryo menyuarakan banyak sekali permasalahan rakyat. Dia akan melakukan kritik habis-habiskan kepada pihak tertentu yang membuat rakyat jadi menderita. Dia akan langsung menyebutkan nama dan melakukan kritikan melalui media yang dibaca oleh banyak orang di kawasan Bandung kala itu. Akibatnya percekcokan kerap terjadi dan sempat membuat Tirtoadisuryo dibuang ke 2 bulan ke Lampung.

Selain melakukan kritik pedas kepada orang tertentu. Dia juga melakukan kritik habis-habiskan kepada Belanda. Segala kebijakan yang sekiranya menyengsarakan rakyat langsung mendapatkan sorotan yang sangat tajam. Akibatnya Belanda geram dan TAS mulai mendapatkan perhatian khusus karena dianggap mampu membolak-balikkan opini masyarakat.


Seorang organisatoris yang andal

Bersamaan dengan berdirinya Medan Prijaji yang menjadi koran nasional pertama Indonesia. Tirtoadisuryo juga mendirikan sebuah organisasi Sarekat Dagang Islam di Surakarta dengan Haji Samanhudi. Organisasi ini bergerak di biang perdagangan terutama pedagang-pedagang muslim yang ada di Indonesia untuk mampu bersaing dengan pedagang yang berasal dari kaum Tionghoa.

Seiring dengan berkembangnya waktu Serekat Dagang Islam mulai tersebar ke seluruh Indonesia. Tirtoadisuryo sendiri ketua Sarekat Dagang Islam di kawasan Bogor. Sembari berdagang, Tirtoadisuryo terus mengembangkan kemampuannya untuk menulis dan menjadikan Medan Prijaji semakin dikenal banyak sekali orang.


Jurnalis yang paling dibenci oleh belanda

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, tulisan-tulisan yang dibuat oleh Tirtoadisuryo selalu membuat Belanda jadi tersulut. Kritik-kritik yang dilakukan olehnya membuat Belanda jadi berang. Bahkan ada tahun 1912 Medan Prijaji yang dijalankan oleh Tirtoadisuryo mendapatkan delik pers dan dianggap sebagai penghina Residen Ravenswaii dan Residen Boissavain yang dituduh menghalangi Suami Kartini untuk menggantikan ayahnya.

Akibat keberaniannya ini Tirtoadisuryo akhirnya diasingkan ke kawasan Pulau Bacan, Halmahera selama 6 bulan. Setelah menjalani hukuman pengasingan ini keadaan fisik dari Tirtoadisuryo menurun dan membuat dia meninggal dunia pada 7 Desember 1918. Berita kematian dari Tirtoadisuryo tidak diliput oleh pers kala itu hingga jasa-jasa Tirtoadisuryo benar-benar dilupakan oleh banyak orang. []


Baca Juga

Tradisi Warga Magelang Rayakan Hari Pers Nasional

 Kapal Wartawan Istana Tergulung Ombak Labuan Bajo 

 Firli Bahuri Akan Masak Nasi Goreng untuk Wartawan 

Wanita Ini Menangis Didatangi Wartawan dari Siantar











Berita terkait
Hari Pers Nasional, Forum Pewarta Bantul Berikan Bantuan APD
Memperingati Hari Pers Nasional yang jatuh pada hari Selasa, 9 Februari 2021 Forum Pewarta Bantul (FPB) mengadakan bakti sosial.
Sejarah Hari Pers Nasional 9 Februari
Hari Pers Nasional diperingati setiap tanggal 9 Februari bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Persatuan Wartawan Indonesia.
Menkominfo: Hari Pers Momentum Tingkatkan Komitmen Pers
Menkominfo Johnny G. Plate menyebut bahwa peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2021 ini menjadi momentum untuk meningkatkan komitmen pers.