Mengenal 8 Jenis Hidroponik Sebelum Membuatnya

Bercocok tanam merupakan hobi yang bisa menghasilkan pundi-pundi uang jika serius dijalan. Nah, ini jenis sistem yang umum digunakan.
Ilustrasi - Sistem hidroponik. (Foto: Tagar/Pixabay/@marsraw)

Jakarta – Hidroponik merupakan suatu teknik dalam bercocok tanam yang banyak memanfaatkan air. Namun, tahukah kalian jika ternyata teknik hidroponik dibagi dalam beberapa jenis dan model.

Bercocok tanam merupakan hobi yang bisa menghasilkan pundi-pundi uang jika serius dijalan. Namun, dikota-kota besar bercocok tanam dengan gaya konvensional menjadi suatu masalah karena terbatasnya lahan yang ada.

Hidroponik menjadi pilihan bagi masyarakat yang ingin bercocok tanam namun hanya memiliki lahan yang sangat minim. Sebelum memulai bercocok tanam dengan teknik hidroponik sebaiknya kalian mengetahui beberapa macam jenis hidroponik yang bisa di coba. Berikut adalah jenis sistem yang umum digunakan oleh masyarakat.


1. Wick

Metode pertama ini merupakan metode yang paling mudah dan sangat disarankan untuk pemula. Prinsip yang digunakan pada sistem wick adalah menggunakan sumbu yang mudah menyerap air dan dijadikan penghubung antara cairan nutrisi dan media tanam.

Kelebihan dari sistem wick adalah alat dan bahan yang murah serta tanaman akan terus mendapatkan nutrisi selama cairan nutrisi tidak habis. Kelemahan dari sistem ini adalah besarnya kemungkinan cairan nutrisi ditumbuhi oleh lumut dan pertumbuhan tanaman sedikit lebih lambat.


2. Float hydroponic system (FHS)

Metode kedua ini dikenal juga dengan rakit apung, dimana tanaman akan diletakan pada styrofoam yang mengapung diatas cairan nutrisi. Namun pastikan jika akar benar-benar terendam dalam air supaya tanaman bisa tumbuh dengan maksimal.

Kelebihan dari sistem rakit apung ini adalah pertumbuhan tanaman bisa optimal karena nutrisi yang diserap melimpah. Sedangkan kelemahannya adalah tanaman yang tumbuh besar dalam waktu cepat tidak cocok menggunakan metode ini.


3. Pasang surut

Seperti namanya sistem pasang surut ini akan membasahi media tanam dalam waktu tertentu secara berkala. Umumnya siklus pergantian ini terjadi setiap 15 menit dan sangat disarankan pergantian siklus ini terjadi secepat mungkin.

Kelebihan dari sistem pasang surut ini adalah persediaan air, oksigen dan nutrisi lebih baik dan dapat diaplikasikan pada berbagai macam tanaman. Kekurangan dari sistem ini adalah ketergantungan listrik karena sistem memerlukan pompa dan timer di setiap siklusnya.


4. Irigasi tetes

Seperti namanya, sistem hidroponik ini adalah dengan cara meneteskan cairan ke media penanaman. Metode ini sangat cocok digunakan untuk tanaman berukuran besar yang memerlukan waktu tumbuh cukup lama.

Kelebihan dari sistem ini adalah dapat menghemat air dan nutrisi karena penggunaannya di tetes saja. Kelemahannya adalah jika terjadi kerusakan pada jalur tetes pemilik harus membongkar dan membersihkan semua komponennya.


5. Deep Water Culture (DWC)

Metode kelima ini mirip dengan rakit apung, dimana akar tumbuhan akan terendam didalam air. Cara kerjanya dari sistem ini adalah tumbuhan akan diletakan pada netpot dan akar terendam dalam cairan nutrisi.

Kelebihan dari sistem ini adalah sistem cukup sederhana dan memerlukan biaya yang murah. Kelemahan sistem ini adalah suhu air sulit dijaga sehingga memungkinkan cairan nutrisi terlalu panas.


6. Nutrient film technique (NFT)

Metode keenam ini merupakan sistem yang mirip dengan rakit apung dan deep water culture dimana akar akan menyerap nutrisi secara langsung dari cairan nutrisi. Pembeda dari sistem ini adalah air yang merendam akan lebih sedikit dan mengalami sirkulasi cukup cepat.

Kelebihan dari nft adalah mendapatkan air, nutrisi, dan oksigen yang cukup sehingga kualitas panen tinggi. Kekurangannya adalah memerlukan biaya yang mahal jika ingin membuat sistem hidroponik ini serta memerlukan perawatan yang lebih juga dibandingkan sistem lainnya.


7. Aquaponik

Sistem ketujuh ini mungkin yang paling akrab didengar oleh kebanyakan masyarakat. Sistem ini merupakan penggabungan dari dua sistem akuakultur dan hidroponik. Sehingga pengguna bisa menghasilkan panen tumbuhan dan juga ikan dalam waktu yang bersamaan.

Kelebihan dari sistem ini adalah dapat mempertahankan kualitas air dan menghasilkan dua produk sekaligus. Kekurangannya adalah membutuhkan perawatan ekstra dimana merawat ikan dan tanaman di waktu yang bersamaan.


8. Aeroponik

Sistem terakhir ini merupakan sistem yang bisa dibilang paling mahal karena cara kerjanya yang menyemprotkan nutrisi ke akar tanaman. Akar tanaman akan tergantung secara bebas dan disemprotkan cairan nutrisi secara berkala.

Kelebihan sistem ini adalah waktu panen paling pendek diantara yang lain serta memiliki estetika lebih. Namun, kekurangannya adalah biaya instalasi yang mahal dan sangat bergantung pada listrik.

(Dimas Rafika)

Berita terkait
Tanaman Hias Ini Paling Populer Sepanjang Tahun 2021
Pada pembahasan kali ini akan menampilkan beberapa tanaman hias yang populer di tahun 2021.
Kerap Menyiram Tanaman di Malam Hari? Yuk Simak Penjelasannya
Seperti makhluk hidup lainnya, tanaman membutuhkan asupan untuk bertahan hidup. Salah satunya ialah air.
7 Tata Cara Menyiram Tanaman yang Menyehatkan
Dalam menyiram pun kamu tidak bisa hanya sekedar mengisi wadah dengan air lalu menumpahkannya atau menyemprotkan air pakai selang ke arah tanaman.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.