Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut, sektor pertanian berhasil tumbuh sebesar 2,19 persen (year-on-year) pada sepanjang kuartal II/2020. Meski demikian, capaian tersebut melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dengan kontribusi 5,33 persen.
Perlu diketahui pula bahwa hanya ada tujuh sektor yang diketahui berada pada level positif pada periode ini. Selain pertanian, enam sektor lainnya adalah informatika dan komunikasi (10,88 persen), jasa keuangan (1,03 persen), pendidikan (1,21 persen), real estate (2,3 persen), kesehatan (3,71 persen), dan pengadaan air (4,56 persen).
Sejatinya, pertanian merupakan salah satu dari lima sektor utama pembentuk produk domestik bruto (PDB). Bersama dengan sektor industri pengolahan, perdagangan, konstruksi, dan pertambangan, kelima sektor ini memberikan kontribusi hingga 65 persen dari seluruh aktivitas ekonomi di Indonesia.
“Pergerakan di antara lima sektor ini akan sangat berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun sayangnya, hanya ada satu sektor yang tumbuh positif yaitu pertanian,” ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi persnya pekan lalu.
Badan Pusat Statistik lantas menyebut setidaknya terdapat tiga alasan kunci mengapa sektor agrikultur dapat tetap bertahan di level positif.
Pertama, adalah didorong oleh pergeseran musim tanam yang mengakibatkan puncak panen padi terjadi pada triwulan II/2020.
“Tahun lalu panen raya terjadi pada periode Maret, sementara tahun ini terjadi pada April dan berlanjut hingga Mei,” kata Suhariyanto.
Kedua, subsektor kehutanan dan penebangan kayu bergeliat karena produksi tanaman hutan bagi kepentingan industri tengah digiatkan.
Ketiga adalah terkait dengan peningkatan produksi kelapa sawit, kopi, dan tebu di beberapa sentra produksi, serta didorong pula oleh kenaikan permintaan dari luar negeri untuk komoditas crude palm oil (CPO).
Adapun, perekonomian Indonesia berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku triwulan II/2020 mencapai Rp3.687,7 triliun.
Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi pada sepanjang kuartal kedua tahun ini terkontraksi cukup dalam dengan menempati level minus 5,32 persen. Raihan itu kontras dengan capaian pada triwulan sebelumnya yang masih bertengger di level positif 2,97 persen.