Alamak! Pertumbuhan Ekonomi Minus Diyakini Berlanjut

Tren pertumbuhan negatif diproyeksi masih akan berlanjut hingga kuartal III/2020. Bahkan, cukup berpotensi untuk terkontraksi lebih dalam
Pedagang melayani pembeli di Pasar Senen, Jakarta, Selasa, 21 April 2020. Banyak perempuan yang tetap berdagang seperti biasanya meski dalam kondisi pandemi Covid-19. (Foto: Antara/Nova Wahyudi)

Jakarta - Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan pertumbuhan ekonomi negatif pada triwulan II/2020 sangat mungkin berlanjut hingga triwulan III/2020. Bahkan, ekonom itu menyebut terbuka kemungkinan kontraksi lebih dalam bakal terjadi pada kuartal berikutnya.

“Kalau kita lihat, ini yang tertekan justru sektor-sektor produktif yang berkontribusi cukup besar bagi pembentukan PDB [produk domestik bruto],” ujarnya kepada Tagar, Rabu, 5 Agustus 2020.

Enny menambahkan, peran sentral sektor produktif cukup penting guna memastikan aktivitas ekonomi dapat terus berputar.

“Contohnya di lapangan bagaimana? Bahwa masyarakat itu bisa bekerja lalu mendapatkan penghasilan dan uangnya digunakan untuk konsumsi, jadi kegiatan ekonomi bisa terus berjalan,” tutur dia.

Pernyataan Enny tersebut cukup beralasan jika menilik data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS). Lembaga pimpinan Suhariyanto itu mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang terkulai di level minus 5,32 persen pada sepanjang kuartal II/2020 disebabkan oleh ketidakberdayaan sektor produktif.

Dalam konferensi pers yang digelar hari ini, BPS menyebut bahwa secara year-on-year sektor lapangan usaha transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi tertinggi sebesar minus 30,84 persen.

Dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa serta impor barang dan jasa juga mengalami hal yang sama dengan pertumbuhan minus masing-masing sebesar 11,66 persen dan 16,96 persen.

Dalam kesempatan tersebut Enny turut pula mengkritisi kebijakan ekonomi pemerintah selama masa pandemi. Pasalnya, berbagai langkah yang diambil oleh penyelenggara negara dinilai tidak mampu mencegah pelemahan secara signifikan.

“Pemerintah sudah memutuskan untuk memperlebar defisit anggaran [Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/APBN] menjadi 6 persen, tetapi kenapa pertumbuhan anjlok sampai minus 5,32 persen. Ini perlu dievaluasi kebijakannya, sektor-sektor mana saja yang menjadi penyumbang kontraksi tersebut,” tutur dia.

“Patokan saya, kalau intervensi pemerintah dan juga cara-cara pemerintah untuk memberikan stimulus tidak ada perubahan yang bersifat extraordinary, proyeksi saya justru triwulan ketiga akan lebih buruk daripada yang terjadi di triwulan kedua,” sambungnya.

Secara umum, lima sektor utama yang menjadi kontributor pembentukan PDB kompak terkontraksi selama triwulan kedua tahun ini.

Masing-masing sektor itu adalah transportasi dan pergudangan (-1,29 persen), industri pengolahan (-1,28 persen), perdagangan (-1,00 persen), akomodasi dan makanan (-0,66 persen), serta industri lainnya (-1,09) persen.

Berita terkait
BPS: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II/2020 Minus 5,32%
Badan Pusat Statistik memberikan keterangan bahwa pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2020 mengalami kontraksi hingga level minus
BPS: Pariwisata Jakarta Mulai Pulih, Ini Buktinya
Sektor pariwisata di DKI Jakarta sudah mulai menunjukan peningkatan aktivitas dalam era normal baru
Pertumbuhan Minus 5,32%, Negara Harus Kaji Kebijakan
Pemerintah diharapkan mengevaluasi kebijakan sektor ekonomi sehubungan dengan kontraksi pertumbuhan yang cukup dalam
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)