Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Singapura dikabarkan mengalami kontraksi hebat pada kuartal II/2020 dengan level minus 13,2 persen secara tahunan. Capaian tersebut lebih rendah dibandingkan dengan prediksi otoritas setempat dengan target penurunan 12,6 persen.
Mengutip siaran Bloomberg, negara tetangga di Kawasan ASEAN itu dinilai cukup terpengaruh akibat lesunya aktivitas perdagangan internasional akibat pandemi Covid-19.
Alhasil, struktur produk domestik bruto (PDB) mengalami penurunan hingga 42,9 persen. Beberapa sektor ekonomi yang sangat terdampak oleh kebijakan pembatasan mobilisasi antara lain sektor ritel, dan industri pariwisata. Kedua lini bisnis itu sontak mengalami titik terendah dari pertumbuhan.
“Meskipun ekonomi telah secara bertahap dibuka kembali dan pemerintah telah memberikan langkah-langkah stimulus senilai lebih dari 19 persen dari PDB, pemulihan tetap dalam kondisi ketidakpastian dan perusahaan bersiap untuk mengambil kebijakan pengurangan pekerja,” demikian ungkap laporan tersebut, Selasa, 11 Agustus 2020.
Lebih lanjut, sektor manufaktur Singapura turun 31,7 persen sektor jasa mengalami hal serupa dengan anjlok 37,4 persen. Diikuti kemudian dengan bidang ekonomi konstruksi yang terjun bebas hingga 97,1 persen.
Untuk diketahui, kontraksi yang terjadi pada sejumlah negara di Asia Tenggara mencatatkan rekor terburuknya. Indonesia misalnya yang mengalami kontraksi paling hebat dalam dua dekade terakhir.Pun demikian dengan Filipina yang cukup terpukul akibat dampak pandemi.
Adapun, China sebagai negara yang dianggap sebagai wilayah persebaran pertama Covid-19 diketahui sudah mulai bangkit pada Juli 2020 dengan indikasi peningkatan permintaan global.