Memelihara Tradisi dan Budaya Aceh Melalui 1001 Kopi Khop

Tahun ini agenda yang paling menarik perhatian adalah racikan 1001 gelas kopi khop.
1001 kopi khop dibagikan kepada masyarakat secara gratis dalam Banda Aceh Coffee Festival 2018 diikuti oleh 20 stand kopi, Senin (17/12) sore. (Foto: Tagar/Fahzian Aldevan)

Banda Aceh, (Tagar 18/12/2018) - Minum kopi bukan jadi hal yang asing di Indonesia, di setiap sudut tempat bisa ditemui olahan si biji hitam ini. Bukan hanya kalangan anak muda, siapa saja isa menyerumput kopi, kecuali anak balita tentunya. 

Daerah paling ujung pulau sumatera ini memiliki ribuan warung kopi. Hampir setiap sudut dihinggapi warung kopi yang bervariasi. Di kota dengan julukan 1001 warung kopi ini, masyarakat bisa saban hari menikmati kopi.

Berbagai macam kopi seperti Robusta maupun Arabica bisa ditemukan, baik kopi tradisional maupun moderen tergantung sesuai selera. Selain itu, Banda Aceh yang sudah berumur 813 tahun membuktikan sejarah panjangnya, termasuk dalam perkembangan kopi.

Untuk itu, pemerintah setempat setiap tahunnya menyelenggarakan festival kopi. Untuk tahun ini dalam agenda yang paling menarik perhatian adalah racikan 1001 gelas kopi khop.

1001 Kopi Khop1001 kopi khop dibagikan kepada masyarakat secara gratis dalam Banda Aceh Coffee Festival 2018 diikuti oleh 20, Senin (17/12) sore. (Foto: Tagar/Fahzian Aldevan)

Kopi khop ialah kopi berjenis biji robusta dengan cara minum yang unik. Lazimnya meminum kopi dilakukan dengan menyeruput dari bibir cangkir atau gelas. Kopi khop berbeda, disajikan dengan gelas terbalik di atas sebuah piring kecil.

"Dengan penyajian gelas terbalik atau yang lebih dikenal dengan sebutan kopi tubruk. Kopi khop awalnya berasal dari daerah pesisir pantai barat (Aceh Barat)," kata barista sekaligus pioner kopi khop, Aan Risnanda Valevi kepada Tagar News di acara penutupan Banda Aceh Coffee Festival 2018 di Taman Bustanussalatin (Taman Sari), Senin (17/12) sore.

Kata Aan, kopi khop merupakan salah satu bentuk peninggalan tradisi dan budaya endatu (nenek moyang) Aceh. Kata khop berasal dari bahasa Aceh yang artinya ‘terbalik atau tertelungkup’. 

Filosofi kopi khop erat dikaitkan dengan simbol ‘kupiah meukutop’ yaitu topi khas Aceh Barat yang dikenakan oleh Teuku Umar, seorang pejuang ikonik Aceh yang ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia yang berasal dari Aceh Barat.

"Berdasarkan penelusuran sejarah hingga saat ini, belum ada daerah lain di Indonesia yang memiliki tradisi dan budaya serupa dalam hal menyeduh dan menikmati kopi. Maka dengan ini kita semua telah ikut berpartisipasi untuk memelihara tradisi dan budaya bangsa Aceh," ujar Aan.

Banda Aceh Coffee Festival 2018 di Taman Bustanussalatin (Taman Sari), sudah berlangsung sejak Sabtu (15/12) lalu. Diikuti oleh 20 stand kopi dan beragam penampilan seni dan budaya. 1001 kopi khop yang dibagikan kepada masyarakat dengan gratis.

Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman menceritakan sekilas mengenai sejarah kopi hingga masuk dan menjadi komoditi andalan Aceh.

"Asal mulanya kopi dari kawasan Ethopia pada abad ke-9. Lalu terus berkembang hingga ke Arab dan Afrika Utara. Dari sana baru masuk ke Asia dan Eropa,"  kisah Aminullah.

Sementara datang ke Indonesia tepatnya di Batavia, sekitar tahun 1696. Kemudian masuk ke Aceh pada 1908 dan dikembangkan di daerah Gayo dengan jenis kopi Arabika. Selanjutnya jenis Robusta ditanam di daerah pesisir atau dataran yang lebih rendah. 

"Jadi, kenikmatan cita rasa kopi ini sudah dikenal sejak berabad-abad lampau,” kisahnya lagi.

Menurut Aminullah, kopi kini telah menjelma menjadi sumber ekonomi rakyat yang menjanjikan. 

"Dengan kopi kita dapat menyelesaikan berbagai persoalan mulai dari kemiskinan hingga pengangguran. Banda Aceh terkenal dengan sebutan Kota 1001 Warkop dan jika satu Warkop saja memperkerjakan 10 orang, maka sudah 10 ribu tenaga kerja yang terserap," nilainya.

Lalu kenapa harus kopi? Selain enak dan nikmat, kopi juga bisa menjadi obat sakit kepala dan penahan kantuk. Di samping menjadi sumber ekonomi rakyat, kopi juga perekat silaturahmi. Motto ngopi di Banda Aceh itu ‘Secangkir Kopi Sejuta Cerita’, karena segala hal mulai dari urusan bisnis hingga hal-hal lainnya dibahas di Warkop.

1001 Kopi Khop1001 kopi khop dibagikan kepada masyarakat secara gratis dalam Banda Aceh Coffee Festival 2018 diikuti oleh 20 stand kopi, Senin (17/12) sore. (Foto: Tagar/Fahzian Aldevan)

Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman bertekad untuk membawa kopi Aceh naik level, dari ikon nasional menjadi ikon dunia.

"Mari bersama kita promosikan kopi Aceh sebagai salah satu kopi ternikmat di dunia baik dari sisi aroma maupun cita rasanya. Kopi Aceh harus bisa naik level, dari ikon nasional menjadi ikon dunia," kata Aminullah.

Tak ketinggalan, Aminullah meminta pengusaha hotel untuk ikut mempromosikan Kopi Aceh kepada setiap tamunya. 

"Bukan hanya kopi, tapi juga promosikan produk-produk para perajin kita. Tugas saya untuk mendatangkan tamu sebanyak-banykanya agar hotel penuh semua," tukasnya.

Aminullah meyakini, semakin banyak wisatawan yang berkunjung maka akan semakin meningkat perekonomian suatu daerah. Tahun ini ditargetkan 500 ribu kunjungan wisatawan, sebelumnya 300-an ribu. Tahun depan harus bisa mencapai angka satu juta.

"Untuk itu, saya mengajak seluruh warga kota untuk memberikan pelayanan terbaik kepada setiap tamu atau wisatawan yang datang ke Banda Aceh. Kebersihan kota juga mari kita jaga bersama karena menjadi faktor penting untuk semakin menarik minat wisatawan," pungkas wali kota.

Sebelumnya di tempat yang sama, Kadis Pariwisata Banda Aceh M Rizha mengatakan kegiatan ini merupakan agenda tahunan pihaknya dalam rangka mempromosikan Banda Aceh melalui kopi.

"Seperti kita maklumi, kopi telah menjadi ikon Aceh di tingkat nasional bahkan internasional, dan Banda Aceh juga terkenal sebagai 1001 warung kopi, dan ngopi sudah menjadi akar budaya masyarakatnya," tuturnya.

Sementara itu salah satu pengunjung Banda Aceh Coffee Festival 2018, Kemal (25) menilai festival kopi tahun ini bagus namun lebih bagus pada tahun 2017 lalu.

"Tahun ini sedikit kurang tidak seperti yang tahun lalu, seharusnya setiap warung kopi itu lebih ditampilkan ciri khasnya, Ini biasa aja ngak jauh beda duduk di warung kopi," kata Kemal yang mengaku juga ikut merasakan festival kopi pada tahun yang lalu.

Kemal berharap kedepan acara tahunan yang bergengsi ini agar mampu ajang bertaraf Internasional.

"Kalau bisa kita mengait orang -orang yang lebih kreatif lagi yang buat acara, karena seperti tahun lalu acaranya sangat sukses sekali sampai ke Internasional tapi ini hanya untuk lokal, Selain itu kalau bisa tempatnya juga harus besarlagi karena coba liat ini sangat sempit," tutup Kemal. []

Berita terkait
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi