Medsos Dipenuhi Hoaks dan Fitnah, Moeldoko Ajak Politik Cinta Kasih

Sebuah penelitian mengatakan, 88,2 persen berita-berita media sosial saat ini berkaitan dengan SARA.
Moeldoko saat berbicara dalam Seminar Media dan Kemanusiaan: Peran Media bagi Masyarakat, yang digelar dalam rangkaian peringatan ‘25 tahun Menebarkan Cinta Kasih Yayasan Budha Tzu Chi-DAAI TV’ di di Tzu Chi Centre, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Minggu (21/10). (Foto: Dok. Kantor Staf Presiden)

Jakarta, (Tagar 21/10/2018) - “Sebuah penelitian mengatakan, 88,2 persen berita-berita media sosial saat ini berkaitan dengan SARA. Dari hari ke hari kita disodori berita hoaks dan fitnah. Ini sungguh berbahaya,” papar Kepala Staf Kepresidenan Jenderal (Purn) Moeldoko.

“Karena itu, mari kita kembangkan politik cinta kasih, perasaan saling bantu di antara sesama, terutama mereka yang sedang berada dalam kesusahan,” lanjut Moeldoko saat berbicara dalam Seminar Media dan Kemanusiaan: Peran Media bagi Masyarakat, yang digelar dalam rangkaian peringatan ‘25 tahun Menebarkan Cinta Kasih Yayasan Budha Tzu Chi-DAAI TV’ di Tzu Chi Centre, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Minggu (21/10), mengutip siaran pers dari Kantor Staf Presiden.

Berbicara dalam tema ‘Menyikapi Berita Hoaks’, Moeldoko memaparkan, di era Post Truth ini, kebenaran informasi tergantung tujuan dan selera produsen dan pembawa berita. Sering informasi tak berkait dengan hajat hidup orang banyak, namun mengecoh dengan tujuan kekuasaan, atau kekerasan dan berpotensi mempertajam polarisasi di masyarakat dengan mengusung sentimen agana ras dan kelompok kepentingan yang tendensius mengusung sentimen agama.

Panglima TNI 2013-2015 ini menegaskan pernyataan Presiden Jokowi bahwa Indonesia adalah negara besar dengan 260 juta penduduk, 1.300 suku bangsa dan lebih dari 740 bahasa. Bandingkan dengan Afghanistan yang hanya memiliki 35 juta penduduk, 14 suku bangsa dan 30 bahasa.

“Presiden Afghanistan Ashraf Ghani berkata, 40 tahun lalu mereka adalah negara yang rukun dan damai. Namun, akibat berita-berita hoaks, mereka kini mundur, berada dalam lingkaran konflik tak berkesudahan,” kata peraih Bintang Adhi Makayasa sebagai lulusan terbaik Akabri 1981 ini.

Baca Juga: Putaran Gasing Sang Presiden

Moeldoko memaparkan, Kantor Staf Presiden melakukan berbagai upaya keras untuk mengatasi beredarnya aneka berita palsu. Misalnya, saat ada framing 10 juta Tenaga Kerja Asing dari China masuk ke Indonesia. Seolah ada pergerakan orang keluar dari pesawat, memakai kaos dan celana jeans disebar dalam media sosial dengan narasi ratusan ribu TKA mendarat di Indonesia.

“Itu berita bohong. Saya bisa mempertanggungjawabkannya,” tegas Doktor Ilmu Admimistrasi Universitas Indonesia ini.

Terhadap isu serbuan TKA itu, Kantor Staf Presiden kemudian mengajak media terbang ke Morowali, untuk melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana fakta tenaga kerja asing di lokasi kawasan industri pertambangan di Sulawesi Tengah. 

“Mereka melihat fakta, bahwa benar ada TKA, tapi jumlahnya tidak signifikan, serta tidak benar menghilangkan kesempatan kerja tenaga kerja lokal kita,” katanya.

Selain Kepala Staf Kepresidenan, seminar yang dihadiri 600 orang ini juga mendatangkan pembicara lain, yakni  Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siroj, Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Abdul Manan dan pendiri serta editor in chief Good News From Indonesia (GNFI) Akhyari Hananto. []

Berita terkait