Masih Terendam Air, Ujian Sekolah di Yogyakarta Ditunda

Tidak bisa mengikuti gladi bersih UN (ujian nasional).
Ilustrasi banjir. (Foto: Antara/Raisan Al Farisi)

Yogyakarta, (Tagar 18/3/2019) - Puluhan fasilitas pendidikan di Kabupaten Bantul terkena dampak banjir akibat hujan yang berlangsung selama 36 jam. Bahkan sejumlah SMP yang hari ini (18/3) jadwalnya ujian terpaksa batal dilaksanakan.

Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, sampai Senin (18/3) masih ada 15 sekolah yang terdampak. "Yang paling parah di Imogiri,  Pandak, Sanden, Tanjungsari dan Purwoasari. Belum surut karena di cekungan," katanya saat ditemui di DPRD Yogyakarta, Senin (18/3).

Menurut dia, aktivitas kegiatan belajar di sebagian sekolah juga masih terganggu. Sejumlah SMP yang hari ini ada ujian sekolah berstandar nasional (USBN), jika kondisi sekolah tidak memungkinkan bisa ditunda pelaksanaannya. "Saya sudah sampaikan ke sekolah, kalau tidak memungkinkan (USBN) bisa ditunda," ungkapnya.

Menurut dia, Disdikpora DIY sudah memberikan empat imbauan perihal dampak banjir. Pertama, untuk sekolah dengan kondisi seperti sekarang ini,  diminta tidak melakukan aktivitas di luar sekolah seperti kemah. Kedua, sekolah yang sudah selesai dampaknya yang tidak membahayakan bagi murid, ajak muridnya datang untuk gotong royong. "Ajak murid bersih-bersih sekolah," kata dia.

Ketiga, pengamanan aset sekolah seperti arsip sekolah harus dikedepankan. Hal ini juga sebagai antisipasi dan persiapan ujian nasional sehingga komputer harus diamankan.

"Untuk SMP  hari ini ada enam sekolah tidak bisa mengikuti gladi bersih UN (ujian nasional, seperti SMP Muhammadiyah Pundong. Saya sudah mengirim surat ke Jakarta untuk kegiatan gladi bersih UN susulan," papar dia.

Kepala Disdikpora DIY, Kadarmanta Baskara AjiKepala Disdikpora DIY, Kadarmanta Baskara Aji (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Baskara menegaskan, tidak ada aset sekolah seperti komputer dan arsip sekolah yang rusak akibat kejadian banjir dan genangan air.  "Karena hujannya kemarin pelan-pelan, sekolah yang menjadi langganan banjir, komputer sudah diamankan ke ruang atas," jelasnya.

Di tempat terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Biwara Yuswantara mengatakan, kejadian hidrometeorologi menyebabkan dua orang meninggal dunia dan dua orang masih dalam pencarian.

Dua orang meninggal yakni Painem (70), warga  RT 07 Dusun Numpukan, Desa Karang Tengah, Kecamatan Imogiri, Bantul dan Sudiatmojo (80) warga Padukuhan Panjimatan, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri.

Sedangkan dua orang, yang dilaporkan hilang atau masih dalam pencarian adalah Eko Supadmi (45) dan Rufti Kusuma Putri (9). Keduanya warga Pajimatan RT 02, Dusun Kedungbuweng, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Bantul.

Kepala Pelaksana BPBD Bantul Dwi Daryanto mengatakan, evakuasi tanah longsor masih dilakukan dengan alat berat dibantu relawan. Diduga masih ada dua warga tertimbun di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri. "Proses pencarian masih terus dilakukan, namun masih belum ditemukan," tandasnya.

Baca juga: Menjadikan Dana Desa Magnet Pemuda Tidak Merantau ke Kota, Ini Caranya

Berita terkait