Banda Aceh - Nisan raja dan ulama yang diperkirakan sejak zaman Kesultanan Aceh Darussalam di Gampong Pande, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh tertimbun tanah.
Ketua Peubeudoh Sejarah Adat dan Budaya Aceh (Peusaba) Mawardi Usman, menyesalkan sikap pemerintah Banda Aceh yang lalai akan kelestarian artefak sejarah itu.
"Kami mengutuk keras atas tindakan penimbunan makam raja dan ulama di kawasan Tambak Gampong Pande," kata Marwardi saat dihubungi Tagar, Rabu 22 Mei 2019.
Padahal kata dia beberapa waktu lalu, nisan tersebut sudah diikatkan kain kuning oleh Ketua Dunia Melayu Dunia Islam (DMDI) Tan Sri Muhammad Ali Rustam, yang datang khusus menghadiri Haul Tuan Di Kandang.
"Pemugaran dengan cara membalut nisan dengan kain kuning di sebuah makam, menandakan sebuah manifestasi dari kesucian. Namun, makam tersebut ditimbun oleh tanah," kesalnya.
Ia menyebutkan, ada nisan berkhaf Kufi bertuliskan kalimat tauhid yang sudah nyaris tertimbun.
Nisan tua itu diyakini makam para ulama Turki Seljuq. Pihaknya menduga nisan itu sengaja ditimbun untuk keperluan perluasan pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah (PlTSa) dan instalasi pengolahan air limbah (Ipal).
Hal itu sangat berbanding terbalik dengan misi Kota Banda Aceh yang ingin menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat edukasi dan wisata sejarah. Tapi artefak peninggalan sejak yang sudah ada abad ke-16 itu dinilai hendak dimusnahkan.
"Siapa sangka hari ini di bulan suci seluruh kawasan tambak di sana mau ditimbun. Kelakuan yang menimbun makam raja dan ulama Islam sangat kita sayangkan dan Peusaba meminta rakyat Aceh bersatu untuk melindungi makam raja dan ulama di Gampong Pande," katanya.[]
Baca juga:
- Jokowi Pemimpin yang Adil, Alasan Ratusan Ulama Aceh Mendukungnya
- Gubernur Aceh Ucapkan Selamat untuk Jokowi-Ma'ruf