Mahasiswa IAIN Madura Sulap Sampah Botol Jadi Rupiah

Ide brilian sampah disulap jadi barang berguna dilakukan mahasiswa IAIN Madura, yaitu dibuat jadi gantungan kerudung.
Mahasiswa IAIN Madura yang sedang menjalankan pengabdian masyarakat di Ponpes Matholiul Anwar memperlihatkan ide kreativitas sampah batol dibuat jadi gantungan kerudung. (Foto: Tagar/Nurus Solehen)

Pamekasan - Ide brilian tentang sampah disulap jadi barang berguna dilakukan oleh mahasiswa IAIN Madura yang sedang menjalankan studi pengabdian masyarakat. Sampah itu berupa botol gelasan yang dibuat jadi gantungan kerudung.

Pelopor ide itu Nuriyanti Rahayu mengatakan di sekitar pesantren tempat ia mengajar terdapat banyak sampah botol gelasan. Setiap pagi dan sore sampah botol gelasan telah dipisahkan dengan sampah lain. Karena banyak, ia mencari gagasan untuk dijadikan barang berguna.

"Sampah botol gelasan di sini cukup banyak. Namun teman-teman menyarankan agar tidak dibuang. Sebisa mungkin bisa dibuat barang yang antik dan bermanfaat," kata Nuriyanti kepada Tagar, Jumat, 19 Juli 2019.

Setelah itu, lanjut Nuri, lahirlah ide untuk dibuat gantungan kerudung. Dimulai dari teman kelompoknya, ia mempraktikkan cara membuatnya. Lalu dia menyampaikan ide itu ke siswa pondok pesantren (ponpes) itu, yang terdiri dari pelajar Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA).

Kami juga mempraktikkan cara membuat dan mengolah sampah botol itu jadi gantungan kerudung, sehingga santri dan pelajar di sini tidak memilih untuk membuang botol gelasan namun dibuat gantungan pakaian.

"Kami juga mempraktikkan cara membuat dan mengolah sampah botol itu jadi gantungan kerudung, sehingga santri dan pelajar di sini tidak memilih untuk membuang botol gelasan namun dibuat gantungan pakaian," ujar mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah.

Nuri menyampaikan jika inovasi ide ini dikembangkan akan menghasilkan nilai rupiah, hanya cukup mempelajari cara membuatnya. Selain mudah mendapatkan botol gelasan, caranya pun juga dinilai tidak sulit.

Di tempat pengabdiannya, Nuriyanti bertugas dengan 13 mahasiswa dari berbagai jurusan. Kelompok pengabdiannya adalah posko bernomor 127 yang berlokasi di Ponpes Matholiul Anwar di Desa Rekkerrek, Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur.

Dosen pembimbing di kelompok tersebut Ahmad Baidowi mengapresiasi anak asuhnya menghadirkan kreativitas ide tentang sampah dibuat jadi barang berguna. Walaupun secara garis besar kuliah pengabdiannya harus membangun partisipasi sosial dengan masyarakat, namun dia akan memberi penilaian plus atas ide tersebut.

"Mahasiswa kan tugasnya harus menggandeng masyarakat, misalnya yang punya potensi untuk digali. Masyarakat tidak dibuat objek tapi menjadi bagian mitranya," ujar Baidowi. []

Baca juga:

Berita terkait