Jakarta - Mabs Hussain merupakan tokoh polisi Inggris yang berhasil membongkar kasus pemerkosaan terhadap 190 pria yang dilakukan oleh Reynhard Sinaga asal Indonesia. Mabs yang menjabat sebagai Asisten Kepala Polisi Kepolisian atau Assistant Chief Constable (ACC) Manchester Raya diketahui beragama Islam.
Dilansir dari media Inggris, Manchester Evening News, Jumat, 10 Januari 2020, Mabs merupakan pria dari orang tua yang berketuruan Pakistan. Ayahnya seorang penenun di sekitar Bradford dan wilayah Leeds, sementara Ibundanya merupakan seorang ibu rumah tangga yang membesarkan kelima anaknya.

“Orang tua saya berasal dari Pakistan, imigran generasi pertama ke negara itu, mereka datang pada tahun 1960-an. Kami lahir dan dibesarkan di Bradford, keluarga lima anak," ungkap Mabs dalam wawancara bersama Manchester Evening News.
Mabs berhasil bergabung dengan Kepolisian Manchester Raya pada 2002, kemudian di 2018, dia diangkat menjadi Asisten Kepala Polisi wilayah setempat. Saat kecil, Mabs berkeinginan menjadi anggota kepolisian, tapi dia tidak terlalu berharap.
"Itu adalah sesuatu yang selalu ingin saya lakukan tetapi saya tidak pernah berpikir saya akan mengejar itu. Orang tua saya ingin saya hanya melakukan yang terbaik yang bisa saya lakukan, dan memiliki etos kerja yang kuat. Ibuku tidak bisa membaca atau menulis bahasa Inggris, namun dia membuat kami duduk malam dan membaca buku-buku. Itu fokus pada pendidikan dan bekerja keras," kata Mabs.
“Ingatan saya tentang sekolah adalah salah satu guru saya, yang mengatakan bahwa saya tidak akan berarti apa-apa. Ada dukungan saat itu tentang meningkatkan aspirasi, kami tidak diberi jalur karier, kami hanya anak-anak kelas pekerja,” ujarnya.
Berhasil menjabat sebagai anggota kepolisian membuat Mabs merasa bangga atas keinginan kecil yang telah tercapai. Dia mengatakan ingin memberikan pelayanan dan kontribusi yang terbaik untuk instansi dan masyarakat.
“Pertama kali saya mengenakan seragam saya. Pertama kali saya pergi dengan asupan saya untuk mendapatkan kit saya dan keluar menjadi benar-benar bagian dari sesuatu. Ada perasaan bangga, menjadi bagian dari layanan. Itu adalah memori yang selalu saya ingat," ujar Mabs.
Pun demikian, Mabs belum memiliki keinginan untuk menjabat sebagai kepala kepolisian. “Masih terlalu dini bagi saya untuk berpikir tentang menjadi kepala polisi. Saya telah ditunjuk sebagai seorang ACC. Ini adalah hari pertama, dan mudah-mudahan saya memiliki karier yang panjang di Polisi Manchester Raya. Saya menantikan untuk bekerja dengan kolega saya, para mitra dan masyarakat dalam memberikan layanan, dan itulah fokus saya," kata Mabs.
Mabs Husaain diangkat menjadi Asisten Kepala Polisi Manchester pada 2018. (Foto: Dok. Manchester Evening News)
Walaupun beragama Islam, dalam artian minoritas di Inggris, Mabs menjelaskan bagaimana dia menanggapi isu rasisme yang terbilang cukup besar di negara beribukota London tersebut.
"Ayah saya dulu sering berbicara tentang rasisme, ketika dia datang, tentang Front Nasional, tentang kekerasan. Saya dipanggil dengan berbagai nama saat tumbuh dewasa, nama rasis. Anda tidak terlalu memikirkannya, itu bagian dari hidup pada waktu itu. Saya ingat laki-laki kulit putih muda melempari kami dengan batu ketika kami berada di seberang jalan, tetapi saya memiliki dua teman kulit putih dan dua teman Asia yang berjalan bersama saya saat itu. Saya berada di daerah yang sangat beragam dan itulah cara saya dibesarkan,” ujar Mabs.