Jakarta - Indonesia berpotensi dalam perdaganga emisi karbon jika melihat kekayaan sumber daya alam. Untuk itulah menurut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, pemerintah mulai membidik potensi perdagangan emisi karbon antar negara atau carbon credit.
Luhut mengatakan Indonesia memiliki 75-80 persen carbon credit dunia dari hutan, mangrove, gambut, rumput laut hingga terumbu karang. "Angkanya kami tidak tahu, mungkin 82 miliar atau 100 miliar dolar AS per tahun. Ini angka (potensi) besar yang bisa diambil oleh pemerintah," katanya di Jakarta, Selasa 10 Desember 2019.
Ia menambahkan negara-negara yang menghasilkan banyak emisi karbon harus mengkompensasi dengan carbon credit yang bisa didapatkan di Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tengah menyusun format agar Indonesia bisa "menjual" potensi tersebut dan menambah pemasukan negara.
"Kita ada tujuh konservasi dunia, itu mau kami programkan pemeliharaannya seperti Komodo Island, Way Kambas, supaya baik. Kita belajar dari Afrika, Kenya, itu dikelola secara internasional jauh hasilnya lebih baik," katanya seperti dikutip dari Antara.
Artinya, kata Luhut, wilayah-wilayah konservasi seperti Pulau Komodo, Way Kambas dan lainnya itu betul-betul terlindungi secara baik sehingga menjadi sumber karbon yang bisa dijual. Carbon credit Indonesia yang melimpah selama ini memang belum pernah dijadikan "senjata". Terlebih, Indonesia masih dianggap sebagai negara yang melakukan praktik-praktik perkebunan yang tidak berkelanjutan khususnya soal sawit.
"Anak cucu saya selalu ingatkan saya soal lingkungan. Bagaimana saya menolak cucu saya. Kebijakan di Indonesia itu selalu melihat ke next generation and beyond. Saya selalu katakan (kepada sejumlah pihak) jangan dikte kami soal lingkungan," ucap Luhut.
Pasar atau perdagangan karbon merupakan istilah untuk aktivitas penyaluran dana dari negara penghasil emisi karbon kepada negara dengan potensi sumber daya alam yang mampu menyerap emisi karbon secara alami. Dengan mekanisme tersebut, perusahaan atau pabrik yang mengeluarkan emisi yang akan membeli carbon credit. Sebagai contoh, pabrik yang mengeluarkan CO2 dapat membeli carbon credit dari petani yang menanam pohon.[]
Baca Juga:
- Gegara Lifting Turun, Luhut Kumpulkan Produsen Migas
- Larangan Ekspor Biji Nikel Dicabut Luhut Pandjaitan