Lubang Buaya Jelang Hari Kesaktian Pancasila

Deretan pohon tinggi rindang dan rumput hijau membentang di pelataran Lubang Buaya, jauh dari kesan seram bayangan film G30S/PKI.
Petugas membersihkan pelataran Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta Timur, Minggu, 29 September 2019. (Foto: Antara/Aditya Pradana Putra)

Jakarta - Deretan pohon tinggi rindang dan rumput hijau membentang di pelataran Lubang Buaya, Kamis, 26 September 2019. Jauh dari kesan seram dan angker bayangan pembantaian para jenderal seperti gambaran dalam film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI.

Lubang Buaya adalah sebuah tempat di kawasan Pondok Gede, Jakarta, yang menjadi tempat pembuangan para korban Gerakan 30 September pada 30 September 1965. 

Secara spesifik, sumur Lubang Buaya terletak di Kelurahan Lubang Buaya di Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. 

Nama Lubang Buaya sendiri berasal dari sebuah legenda yang menyatakan bahwa ada buaya-buaya putih di sungai yang terletak di dekat kawasan Pondok Gede. 

Lubang Buaya pada terjadinya G30S saat itu merupakan pusat pelatihan milik Partai Komunis Indonesia. 

Saat ini di tempat tersebut berdiri Lapangan Peringatan Lubang Buaya, berisi Monumen Pancasila, sebuah museum diorama, sumur tempat para korban dibuang, serta sebuah ruangan berisi relik.

Selain itu juga terdapat rumah yang di dalamnya ketujuh pahlawan revolusi disiksa dan dibunuh. Terdapat mobil yang digunakan untuk mengangkut orang-orang.

Tempat ini menjadi tujuan wisata sejarah bagi pelajar, mahasiswa, dan siapa pun dari seluruh Indonesia yang ingin mengetahui peristiwa hitam yang menjadi penanda peralihan pemerintahan dari orde lama ke orde baru.

Datang ke sini untuk berziarah, mendoakan para leluhur.

MulyonoMulyono, pengunjung Monumen Pancasila Sakti. (Foto: Tagar/M Irkhamni)

***

Pada Kamis pagi itu, tampak seorang pria paruh baya berbaju batik hijau, bercelana pendek, memakai peci, dan berkumis. Ia berjalan di antara pohon besar.

Ia menyebut namanya Mulyono 48 tahun, seorang pengusaha kayu asal Malang, Jawa Timur. Ia datang bersama rombongan.

"Lagi beristirahat, sambil menikmati sejuknya angin di sini, pemandangannya bersih, suasana seperti ini tidak ada di kampung saya," katanya menjawab sapaan Tagar.

"Kami serombongan 60 orang menggunakan bus pariwisata. Datang ke sini untuk berziarah, mendoakan para leluhur, supaya usaha kayu saya mendapatkan kelancaran dalam penjualan," ujar Mulyono.

Ia menjual kayu yang sudah jadi dari berbagai jenis, di antaranya kayu jati dan sengon. Kayu diolah untuk bahan material membangun rumah.

Ayah tiga anak ini mengatakan sangat mensyukuri usahanya, karena dengan menjual kayu, bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga, bisa menyekolahkan anak-anak.

"Sebelum sampai di sini, saya bersama rombongan sudah berziarah ke makam Sunan Ampel, Syekh Maulana Maghribi, dan Sunan Bonang. Setelah ini, 22 makam lagi yang harus dikunjungi," kata Mulyono.

Ia mengatakan berziarah ke makam wali dan makam pahlawan sudah menjadi rutinitas tahunan.

Dapat tugas dari guru PPKN.

Para pelajar SMP Negeri 268 JakartaPara pelajar SMP Negeri 268 Jakarta di Museum Lubang Buaya, Sabtu, 28 September 2019. (Foto: Tagar/M Irkhamni)

***

Sabtu, 28 September 2019, Tagar kembali datang ke Museum Lubang Buaya. Para petugas sedang melakukan persiapan untuk upacara Kesaktian Pancasila pada Selasa, 1 Oktober 2019 dipimpin Presiden Joko Widodo

"Hari ini sedang ada persiapan untuk penyelenggaraan upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila. Jadi untuk sementara tempat ini ditutup untuk umum. Dibuka kembali tanggal 2 Oktober," kata seorang penjaga berbaju loreng.

Di luar pintu gerbang utama, lima perempuan remaja duduk di pembatas trotoar. Mereka pelajar SMP Negeri 268 Jakarta Timur, tidak tahu hari ini Monumen Pancasila sedang tutup.

Seorang dari mereka mengatakan datang untuk membuat video bertema Pancasila, spesifiknya sila ketiga, Persatuan Indonesia.

"Dapat tugas dari guru PPKN," ujarnya.

"Benar-benar senang sama tempat ini, pemandangannya indah, sangat cocok untuk melakukan foto selfie," sahut seorang remaja berbaju hitam.

"Kami di sini juga bisa belajar banyak tentang sejarah," sambung remaja berbaju merah.

"Tempat ini seru. Pokoknya serulah," kata gadis berbaju garis merah putih.

"Bagus sih buat anak-anak, dengan mengunjungi tempat ini kita menjadi tahu sejarah tempo dulu," lanjut belia berkaos putih.

"Yang aku suka karena tempatnya nyaman, sejuk, pemandangannya bagus, kalau pas foto-foto hasilnya pasti bagus," kata berbaju hijau.

Namun, pagi itu rasa kecewa terlihat jelas di raut wajah mereka. Sudah mempersiapkan bahan untuk pembuatan video, jauh-jauh datang dari rumah, ternyata sampai di sini tidak boleh masuk.

Mereka datang menggunakan angkutan umum. Dan tidak kapok akan datang lagi ke tempat ini.

"Biasanya pelajar dikenakan tarif Rp 3.000 untuk masuk monumen ini, sangat terjangkau bagi kami," kata seorang di antara mereka.

Kami di sini juga bisa belajar banyak tentang sejarah.

Lubang BuayaPetugas membersihkan pelataran Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta Timur, Minggu, 29 September 2019. (Foto: Antara/Aditya Pradana Putra)

***

Pada hari normal, bukan menjelang peringatan Kesaktian Pancasila, untuk mencapai tempat ini, kalau datang dari arah Pondok Gede Plaza, belok kiri yang ke arah TMII, sekitar 500 meter di kiri jalan ada pintu masuk dengan gerbang yang besar. Jam buka mulai pukul 10 pagi hingga pukul 4 sore.

Di area Monumen Pancasila Sakti, jauh dari kesan seram. Hal berbeda ketika memasuki Museum Pengkhianatan PKI, masih satu area dengan Lubang Buaya dan Pusat Sejarah TNI.

Ke tempat ini dengan mobil pribadi, datang berdua, akan dikenakan biaya Rp 25.000. 

Rinciannya, tiket masuk museum per orang hanya Rp 2.500, kendaraan roda empat di kenakan Rp 5.000. 

Lantas apa yang membuat harga tiket masuk untuk berdua dengan mobil Rp 25.000? Ternyata yang Rp 15.000 untuk biaya buku panduan museum dan stiker.

Berjalan kaki lumayan jauh dari area parkir untuk sampai ke area depan Museum Pengkhianatan PKI. Areanya memang cukup luas, bahkan bangunan museumnya pun terlihat sangat besar dan megah.

Museum ini dibangun dan diresmikan pada 1 Oktober 1992 oleh Presiden Soeharto. Sebelum masuk ke dalam museum, harus diingat museum ini berisi rekam sejarah kekejaman, kekejian, dan penyiksaan sadis rakyat Indonesia dan tokoh nasional oleh Partai Komunis Indonesia.

Suasana gelap, hawa dingin, dan cahaya temaram, ditambah aroma khas bangunan tua langsung menyeruak ketika pertama kali masuk ke dalam bangunannya. Suasana seram ketika terdapat banyak diorama dan ruangan museum yang rutenya berbelok, luas, dan panjang.

Entah kenapa bentuk bangunan luar yang bagus tidak sampai ke bagian dalam bangunan museum yang terkesan tidak diperhatikan. Banyak lampu di sudut ruangan yang mati dan di sejumlah diorama di sini yang bercerita tentang berbagai macam penyiksaan sampai pembunuhan.

Gambaran sadis dalam film G30S PKI menjadi nyata dalam museum ini. Sangat menegangkan dan menakutkan ketika sampai puncak di sebuah ruangan bertuliskan 'Ruang Pakaian dan Bekas Darah'.

Entah mengapa saya ingin mengatakan tempat ini tidak cocok untuk dikunjungi anak-anak.

Rasa mencekam seketika hilang saat kaki menjejak rumput hijau di sekitar Monumen Pancasila Sakti.

Lubang BuayaPetugas membersihkan pelataran Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya, Jakarta Timur, Minggu, 29 September 2019. (Foto: Antara/Aditya Pradana Putra)

Pada Minggu, 29 September 2019, petugas membersihkan pelataran Monumen Pancasila Sakti. Peringatan Hari Kesaktian Pancasila, Selasa, 1 Oktober 2019 akan diselenggarakan di lokasi ini yang merupakan tempat bersejarah bagi para Pahlawan Revolusi yang mempertahankan ideologi negara Pancasila. 

Lubang BuayaPetugas melakukan gladi bersih upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur, Minggu, 29 September 2019. Peringatan Hari Kesaktian Pancasila akan diselenggarakan di lokasi tersebut, yang merupakan tempat bersejarah bagi para Pahlawan Revolusi yang mempertahankan ideologi negara Pancasila, pada Selasa, 1 Oktober 2019. (Foto: Antara/Aditya Pradana Putra)

Baca juga:

Berita terkait
Mengenal G30S/PKI di Museum AH Nasution
Bila Anda berada di wilayah Jabodetabek, jejak peninggalan sejarah G30S/PKI dapat ditelusuri di Museum AH Nasution.
Lima Fakta Peristiwa G30S/PKI
Peristiwa G30S/PKI berujung pada intimidasi dan persekusi kepada masyarakat Indonesia.
Tujuh Perwira Sasaran Keganasan G30S/PKI
Tujuh perwira korban keganasan G30S/PKI diberi gelar sebagai Pahlawan Revolusi atau Pahlawan Nasional yang ditetapkan pada 5 Oktober 1965.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.