Lima Mitos Berkaitan Gerhana Matahari Total

Gerhana Matahari Total (GMT), fenomena alam yang mengingatkan akan kebesaran Sang Pencipta. Momen langka, sayang untuk dilewatkan.
Ilustrasi Gernahana matahari total. (Foto: dok. Tagar)

Jakarta - Gerhana Matahari Total (GMT), fenomena alam yang mengingatkan akan kebesaran Sang Pencipta. Momen langka, sayang untuk dilewatkan. 

GMT dipastikan para peneliti antariksa akan terjadi pada 2 Juli 2019. Bulan akan sepenuhnya menutupi Matahari dengan durasi yang diprediksi lama.

Argentina dan Cile, berkesempatan lebih dulu untuk melihat gerhana Matahari total. Sedangkan Indonesia berkesempatan mengamati gerhana Matahari cincin pada 26 Desember 2019. 

Baca juga: Gangguan Gerhana Matahari Total Bikin Atmosfer Bergetar

Nah, berhubung di Indonesia kental dengan mitos, berikut Tagar rangkumkan dari berbagai sumber.

1. Matahari Dimakan Serigala

Legenda bangsa Viking menyebutkan gerhana matahari terjadi saat serigala Skoll berhasil menangkap Dewa Matahari atau Sol. 

Bangsa Viking, yang dikenal dari Norwegia, Swedia, dan Denmark, kemudian diminta membuat kegaduhan dengan memukul panci dan wajan, agar serigala ketakutan dan mengembalikan matahari.

2. Naga Jahat Menelan Matahari

Masyarakat Ternate, Maluku Utara, meyakini peristiwa GMT disebabkan naga jahat bernama Jambewangi yang menelan matahari. Setelah itu, langit di pagi hari yang biasanya cerah berubah menjadi gulita.

Mengusir Jambewangi dibutuhkan suara yang gaduh, misalnya memukul piring dengan sendok beramai-ramai. Satu-satunya cara agar naga Jambewangi memuntahkan kembali matahari.

3. Kulit Belang Pada Bayi

Penduduk Banden percaya wanita hamil harus bersembunyi di bawah meja atau kasur saat terjadinya GMT, agar calon bayi tidak berkulit belang. 

Ada juga yang melakukan ritual memandikan kucing dan hamil mandi. Malah, sebagian ada yang melumuri perut sang ibu dengan kunyit, dibalut kain atau sarung yang dibalik, agar calon anak tidak berkulit belang.

Baca juga: Jalur Totalitas Gerhana Matahari Total 2 Juli 2019

4. Dewa Marah

Pada zaman Yunani kuno, gerhana matahari dianggap pertanda dewa sedang marah. Masyarakat percaya bencana akan terjadi.

5. Racun Disebar

Masyarakat Jepang dahulu kala percaya gerhana matahari adalah wabah. Saat fenomena alam ini terjadi, racun sedang ditebarkan. Untuk menghindari racun mengkontaminasi air di bumi, masyarakat Jepang kemudian menutupi sumur-sumur air. []

Berita terkait
0
Harga Emas Antam di Pegadaian, Rabu 22 Juni 2022
Harga emas Antam hari ini di Pegadaian, Rabu, 22 Juni 2022 untuk ukuran 1 gram mencapai Rp 1.034.000. Simak rincian harganya sebagai berikut.