TAGAR.id, Jakarta - Peneliti Pusat Riset Antariksa Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN Andi Pangerang mengatakan fenomena alam gerhana bulan total dapat disaksikan dengan mata telanjang.
Hal ini juga dapat diluat di seluruh wilayah Indonesia. "Masyarakat dapat menyaksikan dengan mata kepala, tanpa alat khusus, tidak seperti gerhana matahari yang menggunakan filter," kata Andi sebagaimana diberitakan Antara, Selasa, 8 November 2022.
Berbeda dengan gerhana matahari total, gerhana bulan total hanya masuk ke dalam bayangan inti (umbra) bumi. Sementara, cahaya bulan adalah pantulan dari cahaya matahari yang mengenai permukaan bulan. Sehingga intensitas cahayanya jauh lebih kecil dibandingkan intensitas cahaya matahari.
"Oleh sebab itu, gerhana bulan total aman dilihat langsung tanpa bantuan alat khusus," ujar Andi.
Gerhana bulan total tersebut berlangsung dengan durasi total selama satu jam 24 menit 58 detik dan durasi umbral (sebagian+total) selama tiga jam 39 menit 50 detik.
Gerhana tersebut termasuk ke dalam gerhana ke-20 dari 72 gerhana dalam Seri Saros 136 (1680-2960). Pada fenomena gerhana tersebut, posisi bulan berada di bagian selatan umbra bumi.
"Jika ingin mengabadikan fenomena astronomis tersebut, masyarakat dapat menggunakan kamera ponsel, kamera DSLR atau dapat memakai teleskop yang terhubung dengan kamera CCD dan laptop/PC," jelas Andi.[]
Baca Juga:
- Gerhana Matahari Total 4 Desember 2021 yang Paling Dinantikan
- Tata Cara Shalat Gerhana Matahari dan Bulan