Jakarta - Setiap gunung berapi memiliki kecenderungan yang berbeda ketika mengalami erupsi atau meletus.Ahli Kebencanaan UPN Veteran Yogyakarta, Eko Teguh Slamet mengatakan bahwa letusan Gunung Semeru pada Sabtu, 4 November 2021 merupakan erupsi sekunder.
Berdasarkan data sementara yang dihimpun Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BNPB per Sabtu, 4 Desember 2021, ada 6 desa yang berada di 2 kecamatan di Kabupaten Lumajang yang terdampak guguran awan panas Gunung Semeru.
Selain itu, ada 11 desa/kelurahan di 9 kecamatan yang terdampak sebaran abu vulkanik.
Erupsi sekunder dapat disebabkan oleh hujan dengan intensitas tinggi pada hari sebelumnya atau di hari yang sama saat gunung meletus.
Ketika memasuki musim penghujan atau satu hingga dua tahun sebelumnya sudah pernah terjadi erupsi, dapat terjadi kemungkinan terburuk erupsi sekunder seperti yang terjadi kemarin.
Dikutip dari siaran pers yang disiarkan di laman resmi PVMBG Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada Minggu, 5 November 2021, peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Semeru juga menghadirkan potensi bahaya lain.
Di antaranya seperti lontaran batuan pijar di sekitar puncak, awan panas guguran dan guguran batuan dari kubah/ujung lidah lava ke sektor tenggara dan selatan dari puncak.
Aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada 1 dan 4 Desember, menurut PVMBG, merupakan aktivitas permukaan (erupsi sekunder).
Dari hasil analisis data kegempaan, fenomena ini tidak menunjukkan adanya kenaikan jumlah dan jenis gempa dengan suplai magma/batuan segar ke permukaan. []
Baca Juga
- Jokowi Perintahkan Kepala BNPB Pastikan Penanganan Erupsi Semeru
- Dilaporkan 13 Korban Tewas Akibat Letusan Gunung Semeru
- Pastikan Bantuan Logistik Terdistribusi, Mensos Tiba di Lokasi Bencana Erupsi Gunung Semeru dan Tinjau Kesiapan Dapur Umum
- Jokowi Perintahkan Gerak Cepat Tangani Dampak Erupsi Semeru