Legenda Gunung Semeru yang Melekat di Masyarakat

Ketika Gunung Semeru meletus pada Sabtu 4 Desember 2021, legenda dari abad ke-15 itu kembali banyak dibicarakan.
Gunung Semeru (Foto: Tagar/getty images/sherly348)

Jakarta - Legenda Gunung Semeru di Jawa Timur sangat melekat dalam kehidupan masyarakat Jawa.

Ketika Gunung Semeru meletus pada Sabtu 4 Desember 2021, legenda dari abad ke-15 itu kembali banyak dibicarakan.

Namun, mungkin masyarakat zaman modern sekarang tak banyak yang mengetahui tentang legenda Gunung Semeru ini.

Gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl) itu disebut sebagai pasak bumi.

Ini berdasarkan kepercayaan masyarakat Jawa yang tercatat dalam kitab kuno Tantu Pagelaran dari abad ke-15.

Pulau Jawa dulu disebut mengambang di lautan luas. Sehingga daratan ini terombang-ambing oleh gulungan ombak di samudera.

Agar bisa tenang dan tak lagi berguncang, akhirnya para Dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa ke pusat bumi.

Caranya dengan cara memindahkan sebagian Gunung Meru dari India dan meletakkannya di atas Pulau Jawa.

Dewa Wisnu lalu menjelma jadi seekor kura-kura raksasa untuk menggendong Gunung Meru dari India dipunggungnya.

Sedangkan Dewa Brahma membantu dengan menjelma jadi ular yang membelitkan gunung ke badan kura-kura.

Ketika sampai di Pulau Jawa, tepatnya di bagian barat, mereka meletakkan Gunung Meru yang baru diangkut dari India itu.

Namun, karena gunung terlalu berat, maka Pulau Jawa pun menjadi miring. Mereka lalu memindahkannya lagi ke arah timur.

Ketika Gunung Meru diangkat lagi, serpihannya berserakan sepanjang perjalanan. Sehingga terciptalah jajaran pegunungan di Pulau Jawa.

Pegunungan yang memanjang dari barat ke timur itu kini dikenal sebagai Gunung Lawu, Wilis, Kelud, Welirang, Kawi, dan Arjuno.

Para Dewa kemudian juga meletakkan sebagian kecil Gunung Meur di arah barat laut, karena Pulau Jawa masih miring. Bagian itu menjadi Gunung Pawitra, yang kini disebut Gunung Penanggungan.

Gunung yang dipindahkan dari India itulah yang sekarang dikenal sebagai Gunung Semeru. Dalam kepercayaan agama Hindu di Indonesia berarti gunung pusat dunia.

Puncak Gunung Semeru disebut dengan Mahameru, yang berarti 'gunung besar' dalam bahasa Sansekerta.

Umat Hindu Bali meyakini Gunung Semeru sebagai rumah tempat tinggal para Dewa. Puncak Mahameru merupakan tempat bersemayam Dewa Siwa.

Ketika gunung dari India itu dipindahkan, Pulau Jawa sendiri belum memiliki nama. Makanya, saat Sang Hyang Siwa melihat banyak pohon Jawawut, dia menyebut pulau ini dengan nama Jawa.

Hingga saat ini, umat Hindu di Jawa dan Bali masih meyakini Gunung Semeru sebagai tempat kediaman para Dewa, serta penghubung bumi dengan Kahyangan.

Umat Hindu dari Bali biasanya pada momen-momen tertentu juga datang untuk melakukan upacara penghormatan kepada para Dewa di Gunung Semeru.

Apalagi, Gunung Mahameru mereka percayai sebagai bapak dari Gunung Agung di Bali yang sangat dihormati oleh umat Hindu di wilayah itu.

Selain melakukan upacara penghormatan, mereka juga biasanya berkunjung ke Gua Widodaren untuk mendapatkan tirta suci.

Sementara itu, secara ilmiah Gunung Semeru terbentuk akibat subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia. Proses itu menjadikannya sebagai gunung berapi.

Gunung Semeru dikenal sebagai gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia, setelah Gunung Kerinci di Sumatra dan Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat.

Hingga saat ini, gunung berapi ini masih aktif dan beberapa kali terjadi erupsi, termasuk pada Sabtu 4 Desember 2021 lalu.

Letusan pertama Gunung Semeru yang terekam diperkirakan pada 8 November 1818, atau sekitar 203 tahun yang lalu.

Sekitar 20 tahun setelah letusan pertama itu, Clignet dan Winny Brigita, ahli geologi asal Belanda, jadi orang Eropa pertama mendaki Gunung Semeru. Mereka menempuh jalur sebelah barat daya melalui Widodaren.

Maars yang berisi danau kawah terbentuk sepanjang garis melalui puncak gunung berapi. Ada empat danau atau ranu, yaitu Ranu Pani, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo dan Ranu Darungan.

Di puncak Gunung Semeru terdapat pula kawah aktif yang dikenal dengan nama Jonggring Saloko. Kawah ini sering mengeluarkan gas beracun yang disebut 'Wedhus Gembel'.

Soe Hok Gie, aktivis dan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia, meninggal di Gunung Semeru pada 1969 akibat menghirup asap beracun di Gunung Semeru.

Kawah Jonggring Saloko ini mengirimkan aliran lava ke sisi selatan menuju daerah Pronojiwo dan Candipuro di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Daerah itu pula yang terdampak besar dalam erupsi Gunung Semeru kali ini. Awan panas dan lahar dingin jatuh hingga menyebabkan korban jiwa. []


Baca Juga

Waspada Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru Lumajang

PVMBG: Delapan Kali Semeru Keluarkan Lava Pijar

Sejarah Erupsi Gunung Semeru di Lumajang Sejak 1913

Semeru dan Empat Gunung Mempesona di Malang






Berita terkait
5 Fakta Gunung Semeru di Jawa Timur
Mungkin masih banyak yang belum mengetahui sejarah Gunung Semeru. Termasuk soal misteri yang sudah ada sejak abad ke-15.
Dilaporkan 13 Korban Tewas Akibat Letusan Gunung Semeru
BNPB menyatakan jumlah korban tewas akibat erupsi Gunung Semeru bertambah menjadi 13 orang pada Minggu, 6 Desember 2021
Pastikan Bantuan Logistik Terdistribusi, Mensos Tiba di Lokasi Bencana Erupsi Gunung Semeru dan Tinjau Kesiapan Dapur Umum
Berangkat dari Surabaya pukul 23.00, Mensos meluncur ke lokasi bencana, dan tiba di Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, pukul 04.00.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.