Lawan COVID-19 Bukan Hanya dengan Masker

Virus corona tidak akan menginfeksi yang imunitasnya atau kekebalan tubuhnya kuat, untuk mencegahnya bukan pakai masker tapi dengan jaga kesehatan
Gubernur Jawa Barat Ridwnan Kamil (tengah) usai Rapat Lintas Sektoral Pencegahan dan Penanganan COVID-19 Tingkat Provinsi Jabar di Aula Barat Gedung Sate, Selasa 3 Februari 2020. (Foto: Tagar/ Fitri Rachmawati).

Bandung - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menegaskan virus Corona tipe baru atau sebutan resminya COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) tidak akan hidup atau menginfeksi orang yang imunitasnya atau kekebalan tubuhnya kuat. Sehingga, untuk mencegahnya bukan menggunakan masker tetapi dengan menjaga kesehatan dengan pola hidup sehat.

“Virus ini tak akan hidup di tubuh seseorang yang imunnya kuat. Maka, mari hidup sehat, jaga kesehatan dengan makan makanan yang sehat, banyak minum multivitamin, rajin olahraga dan jauhi kegiatan yang beresiko tinggi terinfeksi virus COVID-19 (traveling ke negara epidemi). Cara ini paling preventif dan efektif (dibandingkan dengan menggunakan masker),” tuturnya, Bandung, 3 Maret 2020.

Merujuk pernyataan resmi dari Badan Kesehatan Dunia PBB (World Health Organization/WHO) jelas Kang Emil, penggunaan masker hanya untuk orang yang sakit atau orang yang merawat pasien sakit atau yang berada di wilayah epidemi. Diluar kondisi tersebut WHO justru menyarankan untuk tidak menggunakan masker dengan alasan demi kesehatan orang tersebut.

fitri2Pembeli masker yang ramai di Apotek 55, Bandung, Jabar. (Foto: Tagar/ Fitri Rachmawati).

“Karena apabila orang sehat masih tetap menggunakan masker justru akan meningkatkan resiko sakit atau terinfeksi virus, dan demi menjaga ketersedian stok masker,” jelas dia.

Oleh karena itu, Kang Emil mengimbau masyarakat Jawa Barat tak perlu panik memborong masker, bolak-balik ke apotek atau membeli semua stok lewat online shop yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Penggunaan masker hanya untuk orang yang sakit atau terinfeksi COVID-19 dan yang berisiko tinggi terinfeksi COVID-19, dan untuk yang merawat orang sakit atau terinfeksi COVID-19.

“Jadi jangan sampai gara-gara panic buying masker, orang yang sakit atau yang berisiko terinfeksi COVID-19 mau beli masker habis karena sudah diborong sama yang gak sakit. Jangan sampai orang sakit, petugasnya butuh malah tidak ada karena dibeli oleh mereka yang sebenarnya tidak membutuhkan,” jelas dia.

1. Polisi Bakal Penjarakan Penimbun Masker

Mengingat ada aksi panic buying masker yang mengakibatkan ketersedian masker di beberapa wilayah Jawa Barat kosong, dan kalaupun ada penjual justu menjual dengan harga tinggi sampai 100% kenaikannya. Pemerintah Provinsi Daerah Jawa Barat sudah meminta Kepolisian Jawa Barat untuk menindak tegas pihak-pihak yang sengaja menimbun, termasuk yang menjual masker dengan harga yang tinggi serta segala tindakan yang memanfaatkan situasi saat ini hingga banyak merugikan masyarakat.

“Saya sudah meminta polisi mengecek pabrik-pabrik masker di seluruh Jawa Barat untuk memastikan tidak ada upaya penimbunan, dan penipuan dengan memproduksi masker palsu,” tegas Kang Emil.

Ia pun menambahkan, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat sampai saat ini sudah mengirimkan 10 ribu masker ke Depok, dan akan melakukan prosedur yang sama (mengirimkan masker) ke wilayah-wilayah yang sangat membutuhkan.

fitri3Salah seorang karyawan melayani pembeli masker di Apotek 55, Bandung, Jawa Barat. (Foto: Tagar/ Fitri Rachmawati).

“Kita sudah mengirim 10 ribu masker ke Kota Depok untuk disalurkan kepada tenaga kesehatan dan layanan-layanan kesehatan, dan kita akan melakukan hal yang sama ke wilayah lainnya yang membutuhkan,” ujar dia mengakhiri.

2. Di Bandung, Masker Mendadak Langka

Ditempat yang berbeda, salah satu penjaga Toko Apotek 55 yang beralamatkan di Jl. Moch Toha No. 133 Bandung sebut saja Evi mengakui masker sekali pakai sudah habis di tokonya, dan kalaupun ada harus memesan terlebih dahulu dengan harga yang tinggi atau naiknya hampir 100% dari harga normal.

“Masker biasa yang sekali pakai sudah habis, kalau ada itu harganya sudah mahal,” tuturnya.

Hal yang sama pun terjadi untuk harga masker kain kata dia, yang biasa dijual Rp 5.000 per satuanya sekarang menjadi Rp 10.000 persatuannya. Selain itu, kenaikan pun terjadi untuk berbagai jenis produk hand sanitizer dan desinfektan hampir rerata naik 100% dengan stok yang terbatas.

“Semua produk kebersihan (hand sanitizer dan desinfektan) naik sejak pengumuman 2 orang WNI asal Depok positif COVID-19. Setelah itu, semua harga naik dari distributornya. Alasan mereka (distributor) sih karena banyaknya permintaan, alasan lain (menimbun) itu saya kurang tahu, yang jelas kita tak menimbun,” tegas dia. []

Berita terkait
Jokowi Ancam Penimbun Masker Usai 2 WNI Kena Corona
Presiden Jokowi mengancam penimbun masker di tengah kondisi pencegahan wabah virus corona di Tanah Air.
Heboh Virus Corona, Masker di Siantar Habis
Esmi Silalahi tampak lelah mencari masker, pasca pengumuman Presiden Jokowi menyebut terdapatnya WNI yang terpapar virus corona.
Corona Buat Harga Masker Melonjak, Permainan Kartel?
KPPU mengungkapkan harga masker yang kini melambung di pasaran, seusai temuan pertama kasus virus corona atau COVID-19 di Indonesia.
0
Biden dan Para Pemimpin G7 Disebut Sepakati Larangan Impor Emas Rusia
Sebuah langkah yang bertujuan untuk semakin mengisolasi Rusia dari ekonomi global dengan mencegah partisipasinya di pasar emas